Perdagangan Non-Migas Bisa Surplus USD12M
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memprediksi surplus perdagangan non-migas Indonesia hingga akhir tahun ini bisa mencapai USD12 miliar. Secara kumulatif Januari- Oktober 2014, neraca perdagangan Indonesia masih defisit USD1,6 miliar.
Hal ini dipicu oleh defisit perdagangan minyak dan gas (migas) sebesar USD10,7 miliar dan surplus nonmigas USD9,1 miliar. Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Partogi Pangaribuan optimistis, hingga akhir tahun surplus non-migas bisa dipertahankan di atas USD9 miliar.
“Menurut proyeksi dan analisa kami di Kemendag, surplusnya (nonmigas) di kisaran USD11-12 miliar,” ujarnya di sela-sela jumpa pers di Kantor Kemendag, Jakarta, kemarin. Optimisme tersebut antara lain didasarkan pada proyeksi peningkatan ekspor sejumlah komoditas penting pada November dan Desember 2014.
Kendati harga beberapa komoditas seperti barang tambang dan minyak sawit mentah (CPO) menurun di pasar internasional, Partogi tetap meyakini surplus nonmigas bisa mencapai target. Ia mencontohkan pengenaanbeakeluar( BK) 0% untukCPO dipastikan mendorong ekspor.
Demikian halnya komoditi batu bara, di mana saat ini sudah terdaftar sekitar 248 eksportir. “Awalnya (batu bara) ini meragukan, tapi ternyata ekspornya tidak berkurang,” ujarnya. Sementara secara bulanan, ekspor nonmigas bulan Oktober 2014 menguat hingga mencapai USD12,9 miliar.
Pencapaian ini mendorong total ekspor mencapai USD15,4 miliar. Namun, bila dibandingkan dengan Oktober 2013, nilai ekspor nonmigas Oktober 2014 mengalami penurunan 0,78%, demikian juga ekspor migas turun 9,05%. Kemendag beberapa waktu lalu telah merevisi target ekspor 2014 dari semula USD190 miliar menjadi USD184,3 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo pada Senin (1/12) juga memperkirakan, kinerja ekspor tahun ini belum akan beranjak jauh dari tahun lalu yaitu di kisaran USD180 miliar. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menambahkan, dari sisi negara tujuan ekspor, pada Oktober 2014 terjadi peningkatan ekspor secara signifikan ke negara-negara emerging market.
Antara lain, Australia (36,2% MoM dan 10,8% YoY), Uni Emirat Arab (UEA) (30,1% MoM dan 57,5% YoY), Mesir (56,1% MoM dan 179,6% YoY), dan Arab Saudi (9,4% MoM dan 37,8% YoY). Peningkatan ekspor ke Australia antara lain ditopang oleh ekspor produk besi dan baja, mesin, dan pupuk.
Sementara, ekspor ke UEA meningkat lantaran ditopang oleh ekspor produk CPO, perhiasan, dan automotif. Adapun, peningkatan ekspor ke Mesir ditopang oleh ekspor produk CPO, serat, dan karet.
Inda susanti
Hal ini dipicu oleh defisit perdagangan minyak dan gas (migas) sebesar USD10,7 miliar dan surplus nonmigas USD9,1 miliar. Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Partogi Pangaribuan optimistis, hingga akhir tahun surplus non-migas bisa dipertahankan di atas USD9 miliar.
“Menurut proyeksi dan analisa kami di Kemendag, surplusnya (nonmigas) di kisaran USD11-12 miliar,” ujarnya di sela-sela jumpa pers di Kantor Kemendag, Jakarta, kemarin. Optimisme tersebut antara lain didasarkan pada proyeksi peningkatan ekspor sejumlah komoditas penting pada November dan Desember 2014.
Kendati harga beberapa komoditas seperti barang tambang dan minyak sawit mentah (CPO) menurun di pasar internasional, Partogi tetap meyakini surplus nonmigas bisa mencapai target. Ia mencontohkan pengenaanbeakeluar( BK) 0% untukCPO dipastikan mendorong ekspor.
Demikian halnya komoditi batu bara, di mana saat ini sudah terdaftar sekitar 248 eksportir. “Awalnya (batu bara) ini meragukan, tapi ternyata ekspornya tidak berkurang,” ujarnya. Sementara secara bulanan, ekspor nonmigas bulan Oktober 2014 menguat hingga mencapai USD12,9 miliar.
Pencapaian ini mendorong total ekspor mencapai USD15,4 miliar. Namun, bila dibandingkan dengan Oktober 2013, nilai ekspor nonmigas Oktober 2014 mengalami penurunan 0,78%, demikian juga ekspor migas turun 9,05%. Kemendag beberapa waktu lalu telah merevisi target ekspor 2014 dari semula USD190 miliar menjadi USD184,3 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo pada Senin (1/12) juga memperkirakan, kinerja ekspor tahun ini belum akan beranjak jauh dari tahun lalu yaitu di kisaran USD180 miliar. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menambahkan, dari sisi negara tujuan ekspor, pada Oktober 2014 terjadi peningkatan ekspor secara signifikan ke negara-negara emerging market.
Antara lain, Australia (36,2% MoM dan 10,8% YoY), Uni Emirat Arab (UEA) (30,1% MoM dan 57,5% YoY), Mesir (56,1% MoM dan 179,6% YoY), dan Arab Saudi (9,4% MoM dan 37,8% YoY). Peningkatan ekspor ke Australia antara lain ditopang oleh ekspor produk besi dan baja, mesin, dan pupuk.
Sementara, ekspor ke UEA meningkat lantaran ditopang oleh ekspor produk CPO, perhiasan, dan automotif. Adapun, peningkatan ekspor ke Mesir ditopang oleh ekspor produk CPO, serat, dan karet.
Inda susanti
(bbg)