Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi RI Sulit Tembus 5,5%
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Senior Standar Chartered Bank Fauzi Ichsan memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan hanya sebesar 5,2%.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit menembus angka di atas 5,5% karena ada kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed rate) pada tahun depan.
"Dengan kenaikan harga BBM, dampaknya di semester I/2015 relatif negatif. Tetapi di semester II akan kelihatan bahwa penurunan anggaran subsidi itu digunakan untuk bangun proyek dan akan mulai terasa di 2015," kata Fauzi, Selasa (9/12/2014).
Dia melanjutkan, meskipun kenaikan suku bunga AS hanya 50 basis points (bps), BI secara otomatis akan menaikan suku bunga acuan (BI rate) hanya untuk memastikan tidak ada penarikan modal lantaran akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Fauzi mencontohkan, jika suku bunga AS naik dari 25 bps menjadi 75 bps, maka BI rate harus menaikan suku bunga sebesar 50 bps ke 8,25% dan akan diikuti kenaikan fasilitas Bank Indonesia (fasBI).
Namun, jika suku bunga AS tidak menaikan suku bunga maka BI tidak perlu menaikan BI rate, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,5%, bahkan bisa di atas 5,5%.
"Itu tergantung pula seberapa cepat perundingan pemerintah dengan DPR soal revisi APBN 2015," tukasnya.
Menurut dia, dengan negosiasi yang cepat dilaksanakan, maka akan semakin jelas berapa anggaran untuk infrastruktur dan subsidi. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan akan semakin optimistis.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit menembus angka di atas 5,5% karena ada kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed rate) pada tahun depan.
"Dengan kenaikan harga BBM, dampaknya di semester I/2015 relatif negatif. Tetapi di semester II akan kelihatan bahwa penurunan anggaran subsidi itu digunakan untuk bangun proyek dan akan mulai terasa di 2015," kata Fauzi, Selasa (9/12/2014).
Dia melanjutkan, meskipun kenaikan suku bunga AS hanya 50 basis points (bps), BI secara otomatis akan menaikan suku bunga acuan (BI rate) hanya untuk memastikan tidak ada penarikan modal lantaran akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Fauzi mencontohkan, jika suku bunga AS naik dari 25 bps menjadi 75 bps, maka BI rate harus menaikan suku bunga sebesar 50 bps ke 8,25% dan akan diikuti kenaikan fasilitas Bank Indonesia (fasBI).
Namun, jika suku bunga AS tidak menaikan suku bunga maka BI tidak perlu menaikan BI rate, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,5%, bahkan bisa di atas 5,5%.
"Itu tergantung pula seberapa cepat perundingan pemerintah dengan DPR soal revisi APBN 2015," tukasnya.
Menurut dia, dengan negosiasi yang cepat dilaksanakan, maka akan semakin jelas berapa anggaran untuk infrastruktur dan subsidi. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan akan semakin optimistis.
(rna)