Cargill Rogoh Kocek Rp1,23 T Buka Pabrik Olahan Kakao
A
A
A
GRESIK - PT Cargill Indonesia telah membuka pabrik pemrosesan kakao dengan investasi sebesar USD100 juta atau sekitar Rp1,23 triliun (kurs Rp12.338/USD).
Presiden Cargill Cocoa and Chocolate Business di Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Asia Jos de Loor mengatakan, upaya Cargill membuka pabrik pemrosesan kakao ini sebagai jawaban atas keinginan pelanggan supaya Cargill terus berinovasi dan memberikan nilai tambah terhadpa produk yang dihasilkan.
Pihaknya mengaku selama ini telah membeli biji kakao dari Indonesia sejak 1995 dan saat ini berkomitmen untuk mendukung produksi pertanian berkelanjutan dan pasokan kakao yang bertanggung jawab di negara ini.
"Untuk itu, kami bekerja sama dengan pemerintah, masyarakat dan para mitra untuk membantu membangun industri kakao Indonesia yang dinamis dalam jangka panjang," ujarnya di Gresik, Rabu (10/12/2014).
Selama ini, ujar dia, biji kakao yang dibeli dari Makassar dan Sulawesi Selatan telah diekspor dalam kondisi mentah ke berbagai negara di Asia Tenggara, Amerika Latin dan Amerika dengan volume sekitar 20.000 ton per tahun.
Namun, kini mulai diproduksi melalui industri pemrosesan, kakao tidak langsung diekspor dalam kondisi mentah tetapi diproses dulu menjadi bubuk-bubuk kakao premium merek Gerkens dari Cargill. Serta jenis liquor dan butter berkualitas tinggi yang akan disesuaikan dengan permintaan konsumen di Asia.
"Untuk itu, kami akan mempekerjakan sedikirnya 300 tenaga kerja di sini. Total karyawan Cargill Indonesia saat ini sudah mencapai 12.000 karyawan yang dipekerjakan di berbagai kegiatan bisnis yang meliputi pakan ternak, kakao, biji-bijian dan minyak biji-bijian, kelapa sawit, kopra dan pemanis," terangnya.
Cargill juga berencana memberikan pelatihan bagi 4.500 petani kakao di Farmer Field Schools yang baru dibuka di Kabupaten Bone dan Soppeng serta menargetkan agar 2.000 petani yang ikut pelatihan mendapatkan sertifikat berkelanjutan independen.
Hal ini mendukung Sustainable Cocoa Production Program (SCPP), program kemitraan yang meliputi Swiss State Secretariat for Ecobomic Affairs (SECO), Sustainable Trade Initiative (IDH), Kedutaan Besar Kerajaan Belanda (EKN) Swisscontact dan perudahaan-perusahaan swasta untuk memberikan pelatihan dan bantuan teknis bagi petani kakao Indonesia di Kabupaten Bone dan Soppeng provinsi Sulsel.
Sementara, Bupati Gresik Sambari Halim Radianto mengatakan, pihaknya menyambut baik berdirinya pabrik kakao di Gresik. Pilihan Gresik tidak salah karena memiliki infrastruktur yang baik.
Selain itu, di Gresik akan ada pelabuhan international sebagai penyokong perekonomian nasional.
"Kami akan memberikan kemudahan perizinan bagi investor yang masuk. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi akan lebih baik. Jika tahun ini 7,46%, maka tahun depan bisa naik," pungkasnya.
(Baca: Pemerintah Permudah Pendirian Pabrik Kakao)
Presiden Cargill Cocoa and Chocolate Business di Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Asia Jos de Loor mengatakan, upaya Cargill membuka pabrik pemrosesan kakao ini sebagai jawaban atas keinginan pelanggan supaya Cargill terus berinovasi dan memberikan nilai tambah terhadpa produk yang dihasilkan.
Pihaknya mengaku selama ini telah membeli biji kakao dari Indonesia sejak 1995 dan saat ini berkomitmen untuk mendukung produksi pertanian berkelanjutan dan pasokan kakao yang bertanggung jawab di negara ini.
"Untuk itu, kami bekerja sama dengan pemerintah, masyarakat dan para mitra untuk membantu membangun industri kakao Indonesia yang dinamis dalam jangka panjang," ujarnya di Gresik, Rabu (10/12/2014).
Selama ini, ujar dia, biji kakao yang dibeli dari Makassar dan Sulawesi Selatan telah diekspor dalam kondisi mentah ke berbagai negara di Asia Tenggara, Amerika Latin dan Amerika dengan volume sekitar 20.000 ton per tahun.
Namun, kini mulai diproduksi melalui industri pemrosesan, kakao tidak langsung diekspor dalam kondisi mentah tetapi diproses dulu menjadi bubuk-bubuk kakao premium merek Gerkens dari Cargill. Serta jenis liquor dan butter berkualitas tinggi yang akan disesuaikan dengan permintaan konsumen di Asia.
"Untuk itu, kami akan mempekerjakan sedikirnya 300 tenaga kerja di sini. Total karyawan Cargill Indonesia saat ini sudah mencapai 12.000 karyawan yang dipekerjakan di berbagai kegiatan bisnis yang meliputi pakan ternak, kakao, biji-bijian dan minyak biji-bijian, kelapa sawit, kopra dan pemanis," terangnya.
Cargill juga berencana memberikan pelatihan bagi 4.500 petani kakao di Farmer Field Schools yang baru dibuka di Kabupaten Bone dan Soppeng serta menargetkan agar 2.000 petani yang ikut pelatihan mendapatkan sertifikat berkelanjutan independen.
Hal ini mendukung Sustainable Cocoa Production Program (SCPP), program kemitraan yang meliputi Swiss State Secretariat for Ecobomic Affairs (SECO), Sustainable Trade Initiative (IDH), Kedutaan Besar Kerajaan Belanda (EKN) Swisscontact dan perudahaan-perusahaan swasta untuk memberikan pelatihan dan bantuan teknis bagi petani kakao Indonesia di Kabupaten Bone dan Soppeng provinsi Sulsel.
Sementara, Bupati Gresik Sambari Halim Radianto mengatakan, pihaknya menyambut baik berdirinya pabrik kakao di Gresik. Pilihan Gresik tidak salah karena memiliki infrastruktur yang baik.
Selain itu, di Gresik akan ada pelabuhan international sebagai penyokong perekonomian nasional.
"Kami akan memberikan kemudahan perizinan bagi investor yang masuk. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi akan lebih baik. Jika tahun ini 7,46%, maka tahun depan bisa naik," pungkasnya.
(Baca: Pemerintah Permudah Pendirian Pabrik Kakao)
(izz)