Untung-Rugi Brand Tandingan

Kamis, 11 Desember 2014 - 10:13 WIB
Untung-Rugi Brand Tandingan
Untung-Rugi Brand Tandingan
A A A
Kita tidak percaya dengan Pimpinan DPR sekarang! Kita buat DPR tandingan! Sekalian saja bikin Presiden Tandingan, Kabinet Tandingan, Rakyat Tandingan.

Sekarang sedang musim membuat brand Tandingan. Ada Gubernur Tandingan. Ada Golkar Tandingan, dan seterusnya. Saya sering membayangkan bagaimana rasanya punya saudara kembar tetapi berbeda sifat dan punya citra yang berbeda pula di mata audiens yang sama. Pasti tidak mudah.

Berbagai aspek personal brand yaitu bagaimana impresi diri kita diciptakan dari serial kata yang disampaikan, melalui perbuatandantingkahlaku, melalui penampilan busana seharihari, dan lain-lain. Itu semua merupakan aspek yang masuk dalam kategori controllable . Lalu, saya bayangkan, ada seseorang dengan wajah sama (sang saudara kembar) yang punya cara sendiri dalam bertutur kata (dan tidak menggambarkan apa yang kita citrakan), lalu memilih busana dengan selera yang tidak ada kemiripannya dengan keseharian kita.

Ini adalah bagian controllable dari aktivitas branding yang menjadi uncontrollable . Mengelola brand tidak pernah mudah. Mengelola brand dari satu sosok saja sulit, apalagi dua sosok ‘sama’ yang ‘berbeda’.

“Gubernur AHOK atau Gubernur HOAK yang sedang dibahas saat ini?” “Golkar mana yang sedang dibicarakan?” Golkar tentu punya makna khusus yang sudah dibina sejak puluhan tahun yang lalu. Brand ini sedang mengalami ujian yang berat. Golkar tandingan menggambarkan adanya internal brand problem .

Untuk memenangkan pertarungan di pemilihan umum periode berikutnya, kekuatan brand partai tidak boleh berdegradasi karena akan menurunkan minat audiens barunya. Pemilih pemula tentu harus setuju dulu dengan makna BRAND sebuah partai yang akan dipilihnya. Makna apa yang sedang dibangun oleh Golkar? Saat ini, jika tanyakan kepada generasi anak saya, belum tentu mereka memahami sepenuhnya makna brand Partai Golkar-Golongan Karya.

Mereka tidak mempunyai sejarah di mana Golkar berjaya di zaman orde baru. Brand ini masih asing dan belum ‘bunyi’ di benak mereka. Padahal, generasi anak saya dan yang di bawahnya adalah target brand Golkar untuk pemilihan umum berikutnya. Berarti, punya makna yang jelas dan tegas sudah menjadi kebutuhan utama bagi Golkar agar bisa persuasi pemilih barunya.

Cita-cita brand mana yang akan dibina? karena antara Golkar ‘asli’ dan Golkar ‘tandingan’ sudah pasti berbeda cita-cita dan beda makna. Pengelola brand Golkar saat ini harus berupaya penuh untuk mengembalikan positioning Golkar menjadi satu saja, bukan multiple makna di mata calon pemilihnya nanti.

Syahrini Tandingan

Yang menarik, penyanyi Syahrini pun ternyata punya tandingan. Disebutnya Syahrini KW (seperti branded bag, yang ditiru habis-habisan dan diberi label KW1, KW2 dan KW3). Menarik mengamati betapa b a n y a k gadis-gadis cantik yang ingin tampil bak Princess Syahrini. Dari mulai rambutnya, cara bicaranya, gaya bernyanyinya, langkah genitnya ‘ maju - mundur - cantik-cantik...’ Mempunyai orangorang yang ingin menjadi seperti diri kita adalah sebuah prestasi.

Keinginan untuk berasosiasi dengan sebuah brand glamour Syahrini dan memerankan ‘Syahrini’ secara utuh berarti mereka memahami makna brand. Keberadaan para Syahrini KW ini memperkuat brand Syahrini karena maknanya tetap sama: “Cantik, Narsis, Eksis”. Brand-brand besar akan ditiru dan mempunyai barisan ‘KW’ atau kualitas nomor duanya. Lihat saja, sampai hari ini Elvis masih hidup dalam barisan KWKW- nya. Banyak Michael Jackson KW masih eksis di Youtube. Brand tandingan dengan persamaan makna memang menguntungkan brand aslinya.

Internal Branding

Sebuah brand yang dulunya kuat sering terlambat untuk refleksi dan mengaudit kekuatan brand- nya sendiri. Atau, kalaupun dievaluasi, lebih banyak mengevaluasi kekuatan eksternalnya saja dibandingkan pesaingnya. Survei-survei yang dibuat secara berkala masih lebih banyak menekankan untuk memahami seperti apa kekuatan brand di mata konsumen dan stakeholder eksternal lainnya.

Dalam brand audit, yang harus dideteksi bukan hanya isu eksternal tetapi juga isu internal. Seberapa terdispersi pemahaman internal terhadap citacita brand? Apakah para pengelola brand dan anggota komunitas brand sudah berjalan keluar koridor dan menjauh dari tujuan awalnya?

Tidak perlu menunggu sakit untuk memeriksakan dan mengevaluasi kesehatan brand, sama halnya seperti memeriksakan kesehatan tubuh kita. Pada saat general check-up dan terdeteksi masalah yang sederhana dan masih bisa ditangani dengan cepat, biaya pengelolaan brand untuk menjadi sehat kembali akan relatif murah.

Brand-brand yang memiliki tandingan tetapi berbeda makna seperti Golkar ini mencerminkan sebuah situasi brand problem yang kronis. Hasil pemeriksaan kesehatannya akan mengarah pada keadaan komplikasi penyakit. Akan sulit untuk menyelesaikan dengan satu atau dua terapi atau obat, akibat bertumpuk dan berlapisnya sumber penyakit. Jangan terlambat memeriksa kesehatan brand .

Deteksi dini selain bisa memanjangkan usia (brand ) juga bisa memberikan kenyamanan dan mendapatkan enjoyable brand moments.
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4016 seconds (0.1#10.140)