Dua Faktor Penyebab Rupiah Ambruk
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, terdapat dua faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (USD) ambruk, yaitu eksternal dan internal.
Dia menyebutkan, faktor eksternal datang dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/Fed) yang masih belum diketahui kapan akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya (Fed Fund Rate).
"Pertanyaannya kapan dan seberapa besar. Nah, itu sudah menjadi sentimen yang akan pasti mempengaruhi nilai rupiah. Artinya, hal ini akan memperkuat dolar (USD) dan pasti akan memperlemah rupiah. Ini kondisi dasar sampai nanti Amerika menyelesaikan semua proses normalisasi kebijakan moneter," terang Bambang di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Dia menyebutkan, mengenai kondisi domestik (interal) salah satunya terkait neraca transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) Indonesia.
"Meskipun menuju perbaikan, kita lihat kuartal IV/2014 dibandingkan kuartal III/2014 dan kuartal III/2013, tetapi besarannya itu dianggap untuk emerging market seharusnya bisa lebih baik," ujarnya.
Dia menyebutkan, pada kuartal III/2014 defisit transaksi berjalan sekitar 3%. Dia berharap ada upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan.
"Tapi itu artinya kondisi fundemantal domestik yang masih harus diperbaiki," jelas Bambang.
Selain dua faktor tersebut, terdapat pula faktor seasonal seperti yang terjadi terhadap nilai tukar rupiah belakangan ini, yaitu penguatan dolar terhadap hampir semua mata uang dunia.
"Nanti bisa dilihat datanya. Tapi gampangnya adalah kita juga melihat rupiah terhadap mata uang yang bukan USD," tandasnya.
Dia menyebutkan, faktor eksternal datang dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/Fed) yang masih belum diketahui kapan akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya (Fed Fund Rate).
"Pertanyaannya kapan dan seberapa besar. Nah, itu sudah menjadi sentimen yang akan pasti mempengaruhi nilai rupiah. Artinya, hal ini akan memperkuat dolar (USD) dan pasti akan memperlemah rupiah. Ini kondisi dasar sampai nanti Amerika menyelesaikan semua proses normalisasi kebijakan moneter," terang Bambang di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Dia menyebutkan, mengenai kondisi domestik (interal) salah satunya terkait neraca transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) Indonesia.
"Meskipun menuju perbaikan, kita lihat kuartal IV/2014 dibandingkan kuartal III/2014 dan kuartal III/2013, tetapi besarannya itu dianggap untuk emerging market seharusnya bisa lebih baik," ujarnya.
Dia menyebutkan, pada kuartal III/2014 defisit transaksi berjalan sekitar 3%. Dia berharap ada upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan.
"Tapi itu artinya kondisi fundemantal domestik yang masih harus diperbaiki," jelas Bambang.
Selain dua faktor tersebut, terdapat pula faktor seasonal seperti yang terjadi terhadap nilai tukar rupiah belakangan ini, yaitu penguatan dolar terhadap hampir semua mata uang dunia.
"Nanti bisa dilihat datanya. Tapi gampangnya adalah kita juga melihat rupiah terhadap mata uang yang bukan USD," tandasnya.
(dmd)