Cerita Mentan Negosiasi Presiden Dapatkan Tambahan Anggaran
A
A
A
MENTERI Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa pemberian tambahan dana pertanian sebesar Rp15 triliun, yang merupakan kompensasi pengalihan dana subsidi bahan bakar minyak (BBM) memiliki cerita dibaliknya.
Dana tersebut diperoleh sebagai upayanya ketika mengajukan proposal dan negosiasi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saya tiga kali menghadap Presiden Jokowi. Pada siang pertama menghadap, beliau masih memikirkan masalah BBM, wajahnya cemberut dan masih pusing. Proposal yang saya bawa, saya simpan lagi karena kalau gagal nego, gagal kerjaan. Jadi saya pulang karena tahu wajah beliau cemberut," kenang Amran di Makassar, Kamis (18/12/2014).
Kemudian pada Sidang Kabinet kedua, Amran melanjutkan, kondisi masih tidak memungkinkan untuk mengajukan proposal karena mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut masih tampak pusing. Saat itu, dia mengingat, tidak ada senyum di wajah presiden.
Namun, pada Sidang Kabinet ketiga, Presiden Jokowi mulai tersenyum dan hal itu menjadi lampu hijau baginya untuk mengajukan proposal tambahan anggaran untuk kementeriannya.
"Beliau tanya kabar dan apa yang sudah dilakukan? Saya jawab, satu minggu saya sudah lakukan refocusing anggaran. Anggaran Rp15 triliun, saya ambil Rp4,1 triliun, yang rencananya buat gedung, anggaran studi banding ke luar negeri, dan ceremonial saya cabut," tutur dia.
Kemudian Amran melanjutkan, dia mulai membahas masalah pertanian, khususnya ke faktor-faktor kunci produksi dan masuk kelima masalah pertanian.
"Saya bilang, ada dana yang stand by, ga? Maksudnya daripada saya nganggur? Pak presiden bilang ada. Kemudian dia bilang ke Pak Bambang (menteri keuangan/menkeu)," ujarnya.
Setelah mendapat persetujuan dari Menkeu Bambang Brodjonegoro, akhirnya anggaran untuk pertanian mendapat tambahan sebesar Rp15 triliun. Dia bersyukur karena upayanya untuk mendapatkan tambahan anggaran tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan sektor pertanian.
"Pokoknya kalau di sana ada menkeu, dan di acc, itu pasti beres," ujarnya tersenyum senang.
Dana tersebut diperoleh sebagai upayanya ketika mengajukan proposal dan negosiasi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saya tiga kali menghadap Presiden Jokowi. Pada siang pertama menghadap, beliau masih memikirkan masalah BBM, wajahnya cemberut dan masih pusing. Proposal yang saya bawa, saya simpan lagi karena kalau gagal nego, gagal kerjaan. Jadi saya pulang karena tahu wajah beliau cemberut," kenang Amran di Makassar, Kamis (18/12/2014).
Kemudian pada Sidang Kabinet kedua, Amran melanjutkan, kondisi masih tidak memungkinkan untuk mengajukan proposal karena mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut masih tampak pusing. Saat itu, dia mengingat, tidak ada senyum di wajah presiden.
Namun, pada Sidang Kabinet ketiga, Presiden Jokowi mulai tersenyum dan hal itu menjadi lampu hijau baginya untuk mengajukan proposal tambahan anggaran untuk kementeriannya.
"Beliau tanya kabar dan apa yang sudah dilakukan? Saya jawab, satu minggu saya sudah lakukan refocusing anggaran. Anggaran Rp15 triliun, saya ambil Rp4,1 triliun, yang rencananya buat gedung, anggaran studi banding ke luar negeri, dan ceremonial saya cabut," tutur dia.
Kemudian Amran melanjutkan, dia mulai membahas masalah pertanian, khususnya ke faktor-faktor kunci produksi dan masuk kelima masalah pertanian.
"Saya bilang, ada dana yang stand by, ga? Maksudnya daripada saya nganggur? Pak presiden bilang ada. Kemudian dia bilang ke Pak Bambang (menteri keuangan/menkeu)," ujarnya.
Setelah mendapat persetujuan dari Menkeu Bambang Brodjonegoro, akhirnya anggaran untuk pertanian mendapat tambahan sebesar Rp15 triliun. Dia bersyukur karena upayanya untuk mendapatkan tambahan anggaran tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan sektor pertanian.
"Pokoknya kalau di sana ada menkeu, dan di acc, itu pasti beres," ujarnya tersenyum senang.
(rna)