Analis: Intervensi Positif BI Dorong Penguatan Rupiah
A
A
A
JAKARTA - Laju nilai tukar rupiah menutup akhir pekan di zona hijau. Target resistance Rp12.540/USD terlampaui seiring imbas hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC), dan intervensi positif Bank Indonesia (BI)
"Ada imbas dari pernyataan BI yang dinilai cukup positif, memberikan sinyal kepastian level yang akan dijaga, yaitu di level Rp11.900-Rp12.300. Hal ini turut menjaga rupiah bertahan di zona hijau," ujar Head of Research Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI), Reza Priyambada dalam risetnya, Sabtu (20/12/2014).
Dia menjelaskan, meski laju USD sempat menguat seiring dengan adanya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed akan terjadi pada awal kuartal pertama 2015 (setelah dalam Rapat FOMC 17 Desember 2014 ditunda), namun laju rupiah masih dapat menguat dan mampu berada di atas target level resistance Rp12.540/USD.
"Masih adanya sentimen positif memungkinkan laju rupiah dapat kembali bergerak ke zona hijau," tegasnya.
Di samping itu, lanjut dia, imbas hasil rapat The Fed memberikan sentimen positif pada laju bursa saham Asia.
Masih melemahnya yen turut memberikan sentimen positif terutama pada Nikkei dan TOPIX, diiringi sentimen positif dari penilaian BoJ (ban sentral Jepang) yang masih akan mempertahankan stimulusnya senilai 80 triliun yen (USD676 miliar) dan suku bunga rendah.
Di sisi lain, menguatnya saham-saham metal, logam, dan transportasi di China turut menambah sentimen positif.
Tidak hanya itu, China sebagai negara pengimpor minyak terbesar dinilai mendapatkan benefit dengan penurunan harga minyak mentah global dan penilaian tersebut mendapat respon positif.
"Masih adanya imbas positif dari hasil rapat FOMC dan rapat BoE (bank sentral Eropa) yang masih melanjutkan pelonggaran moneternya membuat laju bursa saham Eropa mampu berakhir positif di akhir pekan," tambah Reza.
"Ada imbas dari pernyataan BI yang dinilai cukup positif, memberikan sinyal kepastian level yang akan dijaga, yaitu di level Rp11.900-Rp12.300. Hal ini turut menjaga rupiah bertahan di zona hijau," ujar Head of Research Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI), Reza Priyambada dalam risetnya, Sabtu (20/12/2014).
Dia menjelaskan, meski laju USD sempat menguat seiring dengan adanya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed akan terjadi pada awal kuartal pertama 2015 (setelah dalam Rapat FOMC 17 Desember 2014 ditunda), namun laju rupiah masih dapat menguat dan mampu berada di atas target level resistance Rp12.540/USD.
"Masih adanya sentimen positif memungkinkan laju rupiah dapat kembali bergerak ke zona hijau," tegasnya.
Di samping itu, lanjut dia, imbas hasil rapat The Fed memberikan sentimen positif pada laju bursa saham Asia.
Masih melemahnya yen turut memberikan sentimen positif terutama pada Nikkei dan TOPIX, diiringi sentimen positif dari penilaian BoJ (ban sentral Jepang) yang masih akan mempertahankan stimulusnya senilai 80 triliun yen (USD676 miliar) dan suku bunga rendah.
Di sisi lain, menguatnya saham-saham metal, logam, dan transportasi di China turut menambah sentimen positif.
Tidak hanya itu, China sebagai negara pengimpor minyak terbesar dinilai mendapatkan benefit dengan penurunan harga minyak mentah global dan penilaian tersebut mendapat respon positif.
"Masih adanya imbas positif dari hasil rapat FOMC dan rapat BoE (bank sentral Eropa) yang masih melanjutkan pelonggaran moneternya membuat laju bursa saham Eropa mampu berakhir positif di akhir pekan," tambah Reza.
(dmd)