Neraca Perdagangan November Diprediksi Kembali Defisit
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi, neraca perdagangan November mengalami defisit namun bersifat jangka pendek. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, salah satu penyebab defisit neraca perdagangan November adalah impor migas yang masih tinggi.
Sementara, ekspor komoditas masih turun. ”Itu jelas impor migasnya masih tinggi. Tetapi, itu sudah dikompensasi dengan adanya penurunan harga minyak, cuma ekspor-ekspor komoditas negara kita kan juga turun semua, terutama batu bara yang masih terus turun,” kata Juda di Jakarta akhir pekan lalu.
Dia mengatakan, agar ekspor bisa terus meningkat, pemerintah harus mulai beralih dari ekspor komoditas ke nonkomoditas. Namun, pertumbuhan ekspor nonkomoditas sangat tergantung kepada sektor manufaktur. Tantangan Indonesia ke depan yakni menggeser ketergantungan ekspor komoditas kepada manufaktur.
Dia menyarankan, pemerintah sebaiknya memberikan insentif berupa tax allowance atau taxholiday untuk mendorong pertumbuhan sektor manufaktur. Kepala Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) Juniman memprediksi, pada bulan November impor melonjak terkait persiapan liburan Desember.
Sementara di sisi ekspor, kinerja ekspor yang sempat membaik pada Oktober, terutama pada komoditas minyak sawitmentah( CPO) danperhiasan akan kembali memburuk. ”November CPO jatuh. Jadi, ekspor akan melambat lagi. Dengan begitu, akan defisit lagi. Saya perkirakan di November USD100 juta dan Desember USD50 juta defisitnya,” kata dia.
Kepala Ekonom PT Bank Centra Asia Tbk David Sumual memprediksi, neraca perdagangan November mengalami defisit USD120 juta. Dia menjelaskan, faktor yang menyebabkan neraca perdagangan November mengalami defisit adalah masih tingginya impor minyak serta bahan baku menjelang tutup tahun 2014. Sementara, ekspor komoditas juga terus mengalami perlambatan ditambah harga komoditas andalan Indonesia yang juga masih menurun.
Kunthi fahmar sandy
Sementara, ekspor komoditas masih turun. ”Itu jelas impor migasnya masih tinggi. Tetapi, itu sudah dikompensasi dengan adanya penurunan harga minyak, cuma ekspor-ekspor komoditas negara kita kan juga turun semua, terutama batu bara yang masih terus turun,” kata Juda di Jakarta akhir pekan lalu.
Dia mengatakan, agar ekspor bisa terus meningkat, pemerintah harus mulai beralih dari ekspor komoditas ke nonkomoditas. Namun, pertumbuhan ekspor nonkomoditas sangat tergantung kepada sektor manufaktur. Tantangan Indonesia ke depan yakni menggeser ketergantungan ekspor komoditas kepada manufaktur.
Dia menyarankan, pemerintah sebaiknya memberikan insentif berupa tax allowance atau taxholiday untuk mendorong pertumbuhan sektor manufaktur. Kepala Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) Juniman memprediksi, pada bulan November impor melonjak terkait persiapan liburan Desember.
Sementara di sisi ekspor, kinerja ekspor yang sempat membaik pada Oktober, terutama pada komoditas minyak sawitmentah( CPO) danperhiasan akan kembali memburuk. ”November CPO jatuh. Jadi, ekspor akan melambat lagi. Dengan begitu, akan defisit lagi. Saya perkirakan di November USD100 juta dan Desember USD50 juta defisitnya,” kata dia.
Kepala Ekonom PT Bank Centra Asia Tbk David Sumual memprediksi, neraca perdagangan November mengalami defisit USD120 juta. Dia menjelaskan, faktor yang menyebabkan neraca perdagangan November mengalami defisit adalah masih tingginya impor minyak serta bahan baku menjelang tutup tahun 2014. Sementara, ekspor komoditas juga terus mengalami perlambatan ditambah harga komoditas andalan Indonesia yang juga masih menurun.
Kunthi fahmar sandy
(bbg)