Pertumbuhan Industri Nonmigas Melambat

Selasa, 23 Desember 2014 - 12:24 WIB
Pertumbuhan Industri...
Pertumbuhan Industri Nonmigas Melambat
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tahun ini melambat. Pada Januari-September 2014, sektor ini hanya tumbuh 5,3%, di bawah capaian periode tahun sebelumnya yang mencapai 6,3%.

Melambatnya pertumbuhan industri nonmigas seiring dengan masih lemahnya permintaan global, dan turunnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Menurut Menteri Perindustrian Saleh Husin, kendati tahun ini melambat, untuk 2015 pertumbuhan industri manufaktur kemungkinan lebih baik.

Kementerian Perindustrian memproyeksikan, industri nonmigas tahun 2015 diperkirakan bisa mencapai 6,1%. “Hal ini dapat disampaikan bahwa dengan melihat cukup baiknya kinerja sektor industri nonmigas dalam tiga tahun terakhir dan dengan meningkatnya investasi dalam tiga tahun terakhir,” ujar Saleh di kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, kemarin.

Menurut Saleh, cabang industri yang diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi antara lain industri makanan, minuman, dan tembakau industri barang kayu dan hasil hutan lainnya serta industri alat angkut, mesin dan perkapalan. “Dengan pertumbuhan industri nonmigas tersebut maka pertumbuhan ekonomi (PDB) diperkirakan dapat mencapai 5,3- 5,7% pada tahun 2015,” ungkapnya.

Dia melanjutkan, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada kuartal III/2014 melambat dibandingkan tahun 2013 akibat banyak investor, yang wait and see karena di Indonesia sedang memasuki tahun politik. “Di tahun 2015, kami yakin akan ada peningkatan,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Anshari Bukhari mengatakan, dilihat dari kinerja kuartal III, sektor industri berbasis sumber daya alam, baik itu makanan-minuman, industri kayu menjadi pendukung pertumbuhan. “Di RIPIN (Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional) kita targetkan 6,8% namun karena perekonomian belum sepenuhnya pulih, baik di dalam negeri maupun global, kita prediksikan 6,1% bisa tercapai tahun depan.

Pertumbuhan yang ingin kita wujudkan yaitu quick wins. Bagaimana memperbanyak kawasan industri, memperbanyak hilirisasi, tambang dan migas, itu yang penting,” ujarnya. Menurut Anshari, industri makanan minuman akan menjadi sektor utama dalam menopang di pertumbuhan industri nonmigas tahun depan.

“Makanan dan minuman itu turunan hilirisasi dari agro. Terus yang kedua smelter . Itu 13 kawasan industri dikaitkan dengan smelter, baik yang berbasis mineral, tambang, maupun gas,” katanya. Dia melanjutkan, tahun depan juga diharapkan akan tumbuhnya industri baja hulu. “Misalnya nanti bauksit menjadi alumina, itu yang kita harapkan menjadi faktor pertumbuhan,” tuturnya.

Namun, menurut dia, untuk mendorong sektor industri harus tetap kembali pada sumber daya alam (SDA). Untuk itu, sangat penting mengelola SDA sehingga untuk kemudian dijadikan produk-produk bernilai tambah dengan menambah industri hilirisasi.

“Kalau perlu jangan hanya dalam satu tahap proses. Jangan hanya sampai bauksit menjadi alumina tetapi alumina menjadi aluminium. Jadi memperpanjang hilirisasinya. Mudah-mudahan di tahun depan sejalan dengan pembangunan listrik dan infrastruktur karena jika sudah tersedia industri akan tumbuh,” ungkapnya.

Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kemenperin Harjanto mengatakan, penurunan industri nonmigas juga terjadi di sektor pupuk, dan petrokimia. Hal ini disebabkan persoalan pasokan gas. Untuk itu akan dicarikan solusi bagaimana agar bisa mengembangkan industri gas ke depan. “Faktor lain yang memengaruhi lainnya konsumsi dalam negeri, impor, neraca defisit, tapi sekarang sudah lebih baik,” ujarnya.

Terkait upaya untuk mengakselerasi industri, Kementerian Perindustrian telah mengusulkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang difokuskan pada pengembangan perwilayahan industri, menambah populasi industri, serta peningkatan daya saing dan produktivitas.

Tahun depan Kementerian Perindustrian akan melaksanakan program prioritas pengembangan Perwilayahan Industri melalui pembangunan 13 kawasan industri di luar Pulau Jawa serta pembangunan 22 sentra industri kecil dan menengah (IKM) di luar Pulau Jawa dan sejumlah program lainnya termasuk membantu akses pembiayaan.

Oktiani endarwati
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0737 seconds (0.1#10.140)