Industri Jasa Keuangan Stabil

Rabu, 24 Desember 2014 - 13:27 WIB
Industri Jasa Keuangan Stabil
Industri Jasa Keuangan Stabil
A A A
JAKARTA - Rapat Bulanan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kondisi industri jasa keuangan hingga awal Desember secara umum berada dalam kondisi yang relatif stabil dan terkendali.

Evaluasi tersebut dilakukan pada pekan kedua setiap bulan untuk menilai performa dan risiko industri jasa keuangan. Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB OJK Lucky F A Hadibrata mengatakan, risiko likuiditas perbankan tergolong relatif rendah. Loan to deposit ratio (LDR) Oktober berhasil turun menjadi 88,45% dari posisi September 2014 sebesar 88,93%.

Penurunan LDR ini disumbang oleh penurunan kredit sebesar 0,09% dari bulan sebelumnya (mtm). Dana simpanan atau DPK mengalami peningkatan sebesar 0,39% dari bulan sebelumnya. “Namun, masih terdapat potensi risiko likuiditas sejalan ketergantungan terhadap pendanaan noninti serta rasio deposan inti yang masih cukup tinggi,” ungkap Lucky dalam siaran pers kemarin di Jakarta.

Pertumbuhan moderat memengaruhi kredit perbankan per Oktober yang tercatat sebesar 12,62% year on year (yoy). Kondisi ini lebih rendah dibandingkan saat September sebesar 13,16% (yoy). “Pertumbuhan aset dan DPK perbankan kembali meningkat terjadi sejak Agustus. Pertumbuhan aset dan DPK per Oktober masing-masing sebesar 15,45% dan 13,93% yoy, tumbuh dari posisi September di 14,39% dan 13,32% yoy,” sebutnya.

Dia mengatakan, kondisi perbankan dari segi permodalan dan rentabilitas perbankan relatif baik dan stabil. Itu ditandai dengan rasio kecukupan modal atau CAR per Oktober sebesar 19,63%, naik dari September 2014 sebesar 19,53%. Rasio modal inti per Oktober naik menjadi sebesar 17,94% dari September sebesar 17,91%.

“Sepanjang 2014 kinerja CAR perbankan selalu berada di atas 19%, sedangkan kinerja rentabilitas dan efisiensi perbankan relatif stabil yang ditandai dengan ROA dan NIM per Oktober 2014 masing-masing sebesar 2,89% dan 4,24%. Naik dari September di 2,91% dan 4,21%. Sedangkan efisiensi dalam BOPO per Oktober stabil pada level 76,14%,” katanya.

Otoritas melihat pemulihan ekonomi global terus berlanjut seperti ekonomi AS yang semakin solid. Itu ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tercatat relatif tinggi dengan tingkat pengangguran yang menurun. Meski demikian, pelaksanaan normalisasi kebijakan masih belum jelas. Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/Fed) tidak mengubah kebijakan moneternya.

Fed tetap bersabar sebelum menaikkan suku bunga dan menormalkan kebijakan dana murah. Beberapa analis mengatakan, perubahan bahasa dengan penggunaan kata tetap bersabar itu hanya sebagian terkait proyeksi kapan Fed akan mulai menaikkan suku bunga.

“Kata sabar mengingatkan perubahan bahasapada 2004, limabulansebelum pengetatan dimulai. Dengan memperkirakan suku bunga di atas 1% pada akhir tahun, para pejabat Fed secara implisitmengisyaratkan langkah pertama sekitar pertengahan tahun depan,” tulis Jim O’Sullivan, kepala ekonom AS di High Frequency Economics, dalam catatan risetnya.

Adapun pemulihan ekonomi zona euro masih terbatas, inflasi masih di bawah target, dan stimulus diperluas. Kemudian perekonomian Jepang terkontraksi dalam dua triwulan berturutturut sejalan pelemahan konsumsi pascakenaikan pajak penjualan pada April lalu. Perekonomian China juga cenderung negatif antara lain terlihat dari rilis data ekonomi sektor manufaktur dan pasar properti.

“Kondisi ini berdampak pada perekonomian domestik. Moderasi diperkirakan masih berlanjut pada triwulan IV/2014,” ungkapnya. Pemimpin BNI Wilayah Jakarta Kota Suharta Wijaya mengakui, tantangan tahun depan masih dari likuiditas ketat. Pihaknya akan mengikuti regulator dalam target kredit minimal di 15% kredit. Adapun, suku bunga kredit atau SBDK diperkirakan juga akan naik mengikuti BI Rate.

Per November 2014 kredit yang disalurkan sudah mencapai Rp4,3 triliun di sektor produktif. Sedangkan sektor konsumer mencapai Rp1,9 triliun. "Kami di cabang, ke depan cabangnya akan fokus di pembiayaan suplai chain nasabah corporate. Di cabang akan bersaing berebut kue di Jabodetabek," ujar Suharta saat dihubungi kemarin di Jakarta.

Pihaknya optimistis mengembangkan cash managementdari penempatan dana nasabah korporasi. Segmen bisnis perbankan untuk sektor produktif akan menjadi andalan. Dengan delapan sektor unggulan di business banking yang terbagi menjadi segmen corporate, menengah, dan kecil.

Hafid fuad
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3153 seconds (0.1#10.140)