Pengamat: Rini Sembarangan Tunjuk Dirut BUMN
Rabu, 24 Desember 2014 - 14:01 WIB
Pengamat: Rini Sembarangan Tunjuk Dirut BUMN
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Watch Naldy Nazar menilai, Menteri BUMN Rini Soemarno sembarangan dalam menunjuk dirut perusahaan BUMN.
Menurut dia, Rini seolah berbuat seenaknya dengan menyetir sendiri kebijakan BUMN tanpa meminta persetujuan Presiden.
"Rini itu konyol sekali itu. Salah satu kekonyolan dia itu, direksi BUMN akan diambil alih oleh orang asing. Apakah enggak ada putra Indonesia yang lebih layak dari itu? Banyak kok. Bagaimana kredibilitas kita dimata asing kalau semua direksi BUMN diisi asing. Bisa malu," ujarnya ketika berbincang dengan Sindonews di Jakarta, Rabu (24/12/2014).
Apalagi, penunjukan dirut BUMN seperti PLN dan Pertamina sama sekali tidak mengacu pada jabatan intern perusahaan alias semuanya diambil dari eksternal.
"Makannya saya bilang dari awal, Rini ini track record-nya sudah jelek, saya ngikutin perjalanannya dia. Dia buat keputusan yang aneh-aneh soal dirut mesti eksternal lah," ujarnya.
Naldy juga mengaku heran lantaran ada keputusannya soal penjualan gedung BUMN untuk alasan efisiensi.
"Masa gedung BUMN mau dijual? Untuk efisiensi pula. Emangnya itu gedung bisa membuat efisien BUMN? Itu kecil nilainya. Justru yang harus diefisienkan Rp4.600 triliun aset BUMN. Bukan buat jual gedung. Itu kan cuma cari muka saja dia kalau masalah jual gedung," tandasnya.
Menurut dia, Rini seolah berbuat seenaknya dengan menyetir sendiri kebijakan BUMN tanpa meminta persetujuan Presiden.
"Rini itu konyol sekali itu. Salah satu kekonyolan dia itu, direksi BUMN akan diambil alih oleh orang asing. Apakah enggak ada putra Indonesia yang lebih layak dari itu? Banyak kok. Bagaimana kredibilitas kita dimata asing kalau semua direksi BUMN diisi asing. Bisa malu," ujarnya ketika berbincang dengan Sindonews di Jakarta, Rabu (24/12/2014).
Apalagi, penunjukan dirut BUMN seperti PLN dan Pertamina sama sekali tidak mengacu pada jabatan intern perusahaan alias semuanya diambil dari eksternal.
"Makannya saya bilang dari awal, Rini ini track record-nya sudah jelek, saya ngikutin perjalanannya dia. Dia buat keputusan yang aneh-aneh soal dirut mesti eksternal lah," ujarnya.
Naldy juga mengaku heran lantaran ada keputusannya soal penjualan gedung BUMN untuk alasan efisiensi.
"Masa gedung BUMN mau dijual? Untuk efisiensi pula. Emangnya itu gedung bisa membuat efisien BUMN? Itu kecil nilainya. Justru yang harus diefisienkan Rp4.600 triliun aset BUMN. Bukan buat jual gedung. Itu kan cuma cari muka saja dia kalau masalah jual gedung," tandasnya.
(izz)
