Pertumbuhan Ekonomi Diprediksi 5,1%
A
A
A
JAKARTA - Penghujung 2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 5,1%.
Pilihan kebijakan fiskal yang kontraktif ditambah dengan kebijakan moneter yang relatif ketat berkontribusi pada perlambatan ekonomi tahun ini. “Kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga tinggi sejak kenaikan harga BBM pada 2013 telah mendorong suku bunga kredit meningkat hingga 12% sehingga ikut memperlambat laju investasi,” kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini di Jakarta belum lama ini.
Dari sisi permintaan, lanjutnya, kebijakan pelarangan ekspor mineral oleh pemerintah saat penurunan harga komoditas global, selain berdampak pada penurunan ekspor, juga berdampak pada pelemahan pertumbuhan fixed investment. Selain itu, konsumsi swasta juga menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi tahun ini. Inflasi yang terendah dalam 10 bulan pertama serta pemilihan umum yang dilangsungkan tahun ini mampu memberikan stimulus pada peningkatan belanja masyarakat.
Hendri menjelaskan, hingga kuartal III/2014 pertumbuhannya mencapai 5,5%, terutama disumbangkan oleh konsumsi nonpangan yang tumbuh 6,4%. “Tekanan pada pertumbuhan konsumsi terjadi pada masyarakat yang bergelut di sektor pertambangan dan industri manufaktur serta pada akhir tahun akibat kenaikan BBM pada pertengahan November lalu,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, belanja pemerintah tahun ini hanya tumbuh di kisaran 2,5% meski pada umumnya pertumbuhan lebih tinggi terjadi pada tahun pemilu. Sementara itu, investasi modal tetap tahun ini diperkirakan hanya tumbuh 5% atau di bawah rata-rata historisnya sebesar 8%. Menurut Hendri, investasi konstruksi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya masih menjadi penyumbang utama dengan pertumbuhan 6,5%.
“Investasi mesin dan peralatan pada periode yang sama juga mengalami pertumbuhan hingga 4,9%,” ungkapnya. Dia mengatakan, pertumbuhan investasi tersebut sedikit terhambat oleh pelemahan rupiah dan perlambatan pada beberapa subsektor industri manufaktur seperti industri logam, industri alat angkutan dan mesin, serta industri tekstil dan alas kaki.
Anjloknya kegiatan investasi di sektor pertambangan membuat pengadaan alat angkutan mengalami kontraksi hingga 10%. Kepala Riset Trimegah Securities Sebastian Tobing mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi tahun ini diekspektasi akan kembali menurun dari 5,3% ke 5,1%. Pemangkasan pertumbuhan ekonomi tahun ini lantaran ada perlambatan ekonomi dunia, di mana pertumbuhan ekonomi Jepang cenderung melambat berada pada kisaran PDB 2014 1,3% yoy.
Di kawasan Eropa ada indikator membaik, namun masih melemah. PDB kawasan Eropa 2014 diperkirakan sekitar 1% yoy. “Akhir tahun nanti kita perkirakan bergerak di level 5,1%. Sementara tahun depan kami juga menurunkan ekspektasi GDP dari 5,4% ke level 5- 5,1%,” ungkap dia.
Kunthi fahmar sandy
Pilihan kebijakan fiskal yang kontraktif ditambah dengan kebijakan moneter yang relatif ketat berkontribusi pada perlambatan ekonomi tahun ini. “Kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga tinggi sejak kenaikan harga BBM pada 2013 telah mendorong suku bunga kredit meningkat hingga 12% sehingga ikut memperlambat laju investasi,” kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini di Jakarta belum lama ini.
Dari sisi permintaan, lanjutnya, kebijakan pelarangan ekspor mineral oleh pemerintah saat penurunan harga komoditas global, selain berdampak pada penurunan ekspor, juga berdampak pada pelemahan pertumbuhan fixed investment. Selain itu, konsumsi swasta juga menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi tahun ini. Inflasi yang terendah dalam 10 bulan pertama serta pemilihan umum yang dilangsungkan tahun ini mampu memberikan stimulus pada peningkatan belanja masyarakat.
Hendri menjelaskan, hingga kuartal III/2014 pertumbuhannya mencapai 5,5%, terutama disumbangkan oleh konsumsi nonpangan yang tumbuh 6,4%. “Tekanan pada pertumbuhan konsumsi terjadi pada masyarakat yang bergelut di sektor pertambangan dan industri manufaktur serta pada akhir tahun akibat kenaikan BBM pada pertengahan November lalu,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, belanja pemerintah tahun ini hanya tumbuh di kisaran 2,5% meski pada umumnya pertumbuhan lebih tinggi terjadi pada tahun pemilu. Sementara itu, investasi modal tetap tahun ini diperkirakan hanya tumbuh 5% atau di bawah rata-rata historisnya sebesar 8%. Menurut Hendri, investasi konstruksi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya masih menjadi penyumbang utama dengan pertumbuhan 6,5%.
“Investasi mesin dan peralatan pada periode yang sama juga mengalami pertumbuhan hingga 4,9%,” ungkapnya. Dia mengatakan, pertumbuhan investasi tersebut sedikit terhambat oleh pelemahan rupiah dan perlambatan pada beberapa subsektor industri manufaktur seperti industri logam, industri alat angkutan dan mesin, serta industri tekstil dan alas kaki.
Anjloknya kegiatan investasi di sektor pertambangan membuat pengadaan alat angkutan mengalami kontraksi hingga 10%. Kepala Riset Trimegah Securities Sebastian Tobing mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi tahun ini diekspektasi akan kembali menurun dari 5,3% ke 5,1%. Pemangkasan pertumbuhan ekonomi tahun ini lantaran ada perlambatan ekonomi dunia, di mana pertumbuhan ekonomi Jepang cenderung melambat berada pada kisaran PDB 2014 1,3% yoy.
Di kawasan Eropa ada indikator membaik, namun masih melemah. PDB kawasan Eropa 2014 diperkirakan sekitar 1% yoy. “Akhir tahun nanti kita perkirakan bergerak di level 5,1%. Sementara tahun depan kami juga menurunkan ekspektasi GDP dari 5,4% ke level 5- 5,1%,” ungkap dia.
Kunthi fahmar sandy
(ars)