BI Janji Jaga Inflasi 2015 Terkendali
A
A
A
JAKARTA - Inflasi Desember 2014 meningkat tinggi dan sedikit melebihi perkiraan Bank Indonesia (BI), yaitu mencapai 2,46% (mtm) atau secara tahunan sebesar 8,36%.
"Jadi kalau terkait inflasi minggu terakhir BI, ketika melakukan pemantauan harga kami sudah melihat bahwa inflasi yang tadinya kita perkirakan antara 2,1%-2,2% itu naik menjadi 2,2%-2,4%," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di gedung BI, Jumat (3/1/2015).
Sebetulnya, kata dia, yang terkait dengan dampak BBM dinaikkan sama tetapi ada komoditas pangan strategis yang meningkat lebih tinggi, sehingga inflasinya cukup tinggi.
"Jadi kalau seandainya inflasi yoy 8,36% itu cukup tinggi, tentu kita meski menjaga supaya inflasi 2015 cepat terkendali dan kembali seperti yang kita rencanakan yaitu 4 plus minus 1pct," ungkapnya.
Sementaram terkait inflasi tinggi BI juga perlu mewaspadai neraca perdagangan yang juga defisit lagi. pihaknya juga mengetahui bahwa sebelumnya defisit sempat positif sedikit namun kembali defisit.
"Jadi saya melihat inflasi tinggi juga ada neraca perdagangan yang defisit itu harus dijadikan satu target untuk bisa dikendalikan secara lebih baik," ujar Agus.
Jadi, itu kondisi nasional yang perlu diwaspadai. BI menyambut baik kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang intinya bukan hanya kebijakan jangka pendek tapi juga kebijakan untuk menangani tantangan yang sifatnya struktural.
Secara umum, pihaknya meyakini bahwa transaksi berjalan 2014 menunjukkan kondisi ke arah yang lebih baik menuju di bawah 3%, tetapi di 2015 harus diupayakan untuk terus di level berkesinambungan yaitu kisaran minus 2,5-3pct.
BI juga mengamati dan mengawasi awal 2015 mengenai perkembangan dunia, selama setengah hari saja ditandai dengan ekonomi Eropa semua berspekulasi dan meyakni ekonomi eropa melemah salah satu yang paling diwaspadai adalah perkembangan Yunani.
Di Yunani, ketika PM nya mau diusulkan jadi presiden ditolak oleh parlemen dan kemudian diyakini berdamapak pada ekonomi Eropa yang masih lemah.
"Kita melihat bahwa nilai tukar di dunia hampir semuanya melemah terutama juga karena faktor perkembangan di Eropa harga minyak yang kembali jatuh dan di akhir tahun kemarin (30 Desember) mata uang Rusia satu hari turun sampai 7pct," paparnya.
Jadi, menurut Agus, itu menunjukkan kondisi yang harus diwaspadai. Namun, BI memahami bahwa dunia melihat Indonesia ada kelemahan di inflasi ataupun neraca perdagangan.
"Tahun ini akan lebih baik dan kami meyakini langkah yang di ambil pemerintah beberapa bulan terakhir akan membuahkan hasil. Diharapkan ada upaya untuk terus melakukan perbaikan struktural," pungkasnya.
"Jadi kalau terkait inflasi minggu terakhir BI, ketika melakukan pemantauan harga kami sudah melihat bahwa inflasi yang tadinya kita perkirakan antara 2,1%-2,2% itu naik menjadi 2,2%-2,4%," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di gedung BI, Jumat (3/1/2015).
Sebetulnya, kata dia, yang terkait dengan dampak BBM dinaikkan sama tetapi ada komoditas pangan strategis yang meningkat lebih tinggi, sehingga inflasinya cukup tinggi.
"Jadi kalau seandainya inflasi yoy 8,36% itu cukup tinggi, tentu kita meski menjaga supaya inflasi 2015 cepat terkendali dan kembali seperti yang kita rencanakan yaitu 4 plus minus 1pct," ungkapnya.
Sementaram terkait inflasi tinggi BI juga perlu mewaspadai neraca perdagangan yang juga defisit lagi. pihaknya juga mengetahui bahwa sebelumnya defisit sempat positif sedikit namun kembali defisit.
"Jadi saya melihat inflasi tinggi juga ada neraca perdagangan yang defisit itu harus dijadikan satu target untuk bisa dikendalikan secara lebih baik," ujar Agus.
Jadi, itu kondisi nasional yang perlu diwaspadai. BI menyambut baik kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang intinya bukan hanya kebijakan jangka pendek tapi juga kebijakan untuk menangani tantangan yang sifatnya struktural.
Secara umum, pihaknya meyakini bahwa transaksi berjalan 2014 menunjukkan kondisi ke arah yang lebih baik menuju di bawah 3%, tetapi di 2015 harus diupayakan untuk terus di level berkesinambungan yaitu kisaran minus 2,5-3pct.
BI juga mengamati dan mengawasi awal 2015 mengenai perkembangan dunia, selama setengah hari saja ditandai dengan ekonomi Eropa semua berspekulasi dan meyakni ekonomi eropa melemah salah satu yang paling diwaspadai adalah perkembangan Yunani.
Di Yunani, ketika PM nya mau diusulkan jadi presiden ditolak oleh parlemen dan kemudian diyakini berdamapak pada ekonomi Eropa yang masih lemah.
"Kita melihat bahwa nilai tukar di dunia hampir semuanya melemah terutama juga karena faktor perkembangan di Eropa harga minyak yang kembali jatuh dan di akhir tahun kemarin (30 Desember) mata uang Rusia satu hari turun sampai 7pct," paparnya.
Jadi, menurut Agus, itu menunjukkan kondisi yang harus diwaspadai. Namun, BI memahami bahwa dunia melihat Indonesia ada kelemahan di inflasi ataupun neraca perdagangan.
"Tahun ini akan lebih baik dan kami meyakini langkah yang di ambil pemerintah beberapa bulan terakhir akan membuahkan hasil. Diharapkan ada upaya untuk terus melakukan perbaikan struktural," pungkasnya.
(izz)