China Serbu Pasar Mobil Listrik Dunia: Berapa Subsidi yang Diberikan?
loading...
A
A
A
JAKARTA - China , sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia telah memimpin langkah besar dalam mengembangkan industri mobil listrik. Pemerintah negara ini telah mengalokasikan dana yang sangat besar untuk mendorong adopsi kendaraan listrik dan energi baru (NEV).
Berdasarkan laporan, dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun, China telah menginvestasikan sekitar Rp3.803 triliun untuk pengembangan sektor mobil listriknya, dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengatasi masalah polusi udara yang semakin memburuk. Langkah-langkah tersebut bukan hanya untuk mendukung industri dalam negeri tapi juga berperan penting mengurangi gas rumah kaca serta meningkatkan kualitas lingkungan.
Subsidi dan Insentif untuk Pembelian Kendaraan Listrik
Salah satu strategi utama yang diterapkan oleh pemerintah China adalah memberikan subsidi dan insentif kepada konsumen dan produsen kendaraan listrik. Subsidi ini dirancang untuk menarik lebih banyak konsumen agar beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik yang ramah lingkungan.
Pada 2024 dan 2025, subsidi yang diberikan cukup besar, dengan pembeli kendaraan NEV dibebaskan dari pajak pembelian hingga 30 ribu yuan, yang setara dengan sekitar Rp62,4 juta per kendaraan. Subsidi ini bertujuan untuk mempercepat transisi menuju kendaraan listrik, mendorong konsumen agar lebih tertarik untuk memilih mobil ramah lingkungan meskipun harga mobil listrik cenderung lebih tinggi daripada mobil konvensional.
Namun, pemerintah China merencanakan pengurangan subsidi secara bertahap. Pada tahun 2026 dan 2027, subsidi untuk kendaraan energi baru ini akan dipangkas menjadi 15 ribu yuan, atau sekitar Rp31,2 juta per kendaraan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada subsidi, sekaligus mendorong industri otomotif untuk berinovasi dan menciptakan mobil listrik yang lebih terjangkau dan dapat bersaing di pasar tanpa bergantung pada bantuan pemerintah.
Subsidi untuk Mobil Hibrida Plug-In dan Kendaraan Pengganti
Selain itu, pemerintah China juga memberikan subsidi kepada pembeli mobil hibrida plug-in (PHEV). Mobil jenis ini menjadi pilihan populer karena menggabungkan mesin listrik dan bahan bakar fosil, memberikan fleksibilitas lebih kepada pengemudi dalam hal jarak tempuh dan pengisian daya. Subsidi yang diberikan untuk kendaraan jenis ini adalah 6.800 yuan atau sekitar 857 euro. Subsidi ini mencerminkan dorongan untuk mengembangkan dan memperkenalkan lebih banyak model mobil hibrida sebagai alternatif solusi energi yang lebih ramah lingkungan.
Satu lagi bentuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah China adalah untuk program penukaran kendaraan bertenaga bahan bakar fosil dengan kendaraan listrik. Program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mengganti mobil lama mereka yang mengeluarkan emisi tinggi dengan kendaraan energi baru yang lebih ramah lingkungan. Subsidi yang diberikan untuk penukaran kendaraan berbahan bakar fosil dengan NEV mencapai 20.000 yuan atau sekitar Rp43 juta. Ini merupakan insentif yang cukup besar untuk mempercepat pengalihan armada kendaraan menuju teknologi yang lebih bersih dan efisien.
Berdasarkan laporan, dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun, China telah menginvestasikan sekitar Rp3.803 triliun untuk pengembangan sektor mobil listriknya, dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengatasi masalah polusi udara yang semakin memburuk. Langkah-langkah tersebut bukan hanya untuk mendukung industri dalam negeri tapi juga berperan penting mengurangi gas rumah kaca serta meningkatkan kualitas lingkungan.
Subsidi dan Insentif untuk Pembelian Kendaraan Listrik
Salah satu strategi utama yang diterapkan oleh pemerintah China adalah memberikan subsidi dan insentif kepada konsumen dan produsen kendaraan listrik. Subsidi ini dirancang untuk menarik lebih banyak konsumen agar beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik yang ramah lingkungan.
Pada 2024 dan 2025, subsidi yang diberikan cukup besar, dengan pembeli kendaraan NEV dibebaskan dari pajak pembelian hingga 30 ribu yuan, yang setara dengan sekitar Rp62,4 juta per kendaraan. Subsidi ini bertujuan untuk mempercepat transisi menuju kendaraan listrik, mendorong konsumen agar lebih tertarik untuk memilih mobil ramah lingkungan meskipun harga mobil listrik cenderung lebih tinggi daripada mobil konvensional.
Namun, pemerintah China merencanakan pengurangan subsidi secara bertahap. Pada tahun 2026 dan 2027, subsidi untuk kendaraan energi baru ini akan dipangkas menjadi 15 ribu yuan, atau sekitar Rp31,2 juta per kendaraan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada subsidi, sekaligus mendorong industri otomotif untuk berinovasi dan menciptakan mobil listrik yang lebih terjangkau dan dapat bersaing di pasar tanpa bergantung pada bantuan pemerintah.
Subsidi untuk Mobil Hibrida Plug-In dan Kendaraan Pengganti
Selain itu, pemerintah China juga memberikan subsidi kepada pembeli mobil hibrida plug-in (PHEV). Mobil jenis ini menjadi pilihan populer karena menggabungkan mesin listrik dan bahan bakar fosil, memberikan fleksibilitas lebih kepada pengemudi dalam hal jarak tempuh dan pengisian daya. Subsidi yang diberikan untuk kendaraan jenis ini adalah 6.800 yuan atau sekitar 857 euro. Subsidi ini mencerminkan dorongan untuk mengembangkan dan memperkenalkan lebih banyak model mobil hibrida sebagai alternatif solusi energi yang lebih ramah lingkungan.
Satu lagi bentuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah China adalah untuk program penukaran kendaraan bertenaga bahan bakar fosil dengan kendaraan listrik. Program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mengganti mobil lama mereka yang mengeluarkan emisi tinggi dengan kendaraan energi baru yang lebih ramah lingkungan. Subsidi yang diberikan untuk penukaran kendaraan berbahan bakar fosil dengan NEV mencapai 20.000 yuan atau sekitar Rp43 juta. Ini merupakan insentif yang cukup besar untuk mempercepat pengalihan armada kendaraan menuju teknologi yang lebih bersih dan efisien.