Swasembada Garam Ditargetkan Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - Perluasan lahan garam dan penerapan teknologi geomembran pada usaha garam rakyat menjadi kunci menuju tercapainya swasembada garam nasional.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama kementerian dan lembaga terkait telah menyepakati target swasembada garam nasional pada 2017. Peta jalan (roadmap ) menuju swasembada pun telah disusun.
Kendati demikian, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berkeinginan swasembada garam bisa dipercepat pada akhir tahun ini. “Saya maunya 2015 akhir kita sudah bisa swasembada garam. Masak mau swasembada harus nunggu dua tahun?” ujarnya di sela-sela jumpa pers Refleksi 2014 dan Outlook 2015 KKP di Gedung Mina Bahari III di Jakarta kemarin.
Susi berpandangan, percepatan swasembada garam bukan hal mustahil asalkan diupayakan dengan sungguhsungguh dan didukung perangkat teknologi yang bisa meningkatkan produktivitas. Terkait pendanaan, pihaknya tengah mengusulkan penambahan anggaran untuk program kelautan dan perikanan.
“KKP tegas mengurangi subsidi BBM untuk nelayan dengan kapal 30 GT ke atas. Sebagai kompensasinya, kami minta penambahan APBN untuk KKP, di antaranya ditujukan untuk swasembada garam ini,” tandasnya. Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulauKecilKKPSudirman Saadmengungkapkan, anggaran KKP yang ditujukan untuk mendukung produksi garam saat ini masih kurang dari Rp100 miliar.
Pihaknya sedang mengajukan penambahan anggaran sebesar Rp500 miliar yang di antaranya untuk penerapan teknologi geomembran di lahan usaha garam rakyat. “Ibu Menteri juga sedang memperjuangkan agar KKP ada on top budget untuk 2015 sekitar Rp10 triliun. Itu untuk keseluruhan KKP,” sebutnya.
Sudirman mengungkapkan, KKP akan mengupayakan percepatan swasembada garam sesuai arahan Menteri Kelautan dan Perikanan. Ia mengakui terdapat sejumlah tantangan, di antaranya terkait cuaca yang sulit diprediksi. “Kalau cuaca normal dengan masa produksi kita 8 bulan itu sebetulnya 2015 kita bisa genjot produksi garam 4 juta ton,” ungkapnya.
Sebagai catatan, produksi garam nasional pada 2014 sebanyak 2,5juta ton yang meliputi garam petani 2,2 juta dan garam produksi PT Garam (persero) 350.000 ton. Angka tersebut ditargetkan naik menjadi 3,5 juta ton pada tahun ini. Adapun kebutuhan garam nasional pada 2014 berkisar 4 juta ton, di mana 1,9 juta ton dipenuhi lewat impor terutama untuk garam industri.
Dengan asumsi pertumbuhan konsumsi dan industri sebesar 10%, pada 2017 diperkirakan kebutuhan garam nasional akan mencapai 4,5 juta ton. Untuk mencapainya, KKP akan mengoptimalkan lahan petani garam rakyat seluas 28.000 ha. Mereka akan difasilitasi untuk menggarap lahannya menggunakan teknologi geomembran. Penerapan teknologi ini di Korea dan Vietnam mampu menghasilkan 140 ton garam per ha per musim.
“Jika kita ambil angka 120 ton per ha per musim saja, dan ditambah perluasan lahan hingga 30.000 ha, maka kita sudah bisa memproduksi 4,6 juta ton garam dengan kualitas nomor satu,” paparnya. Sudirman merinci target 4,6 juta ton garam pada 2017 tersebut terdiri atas garam rakyat 3,2 juta ton dan garam produksi PTGaram1,4jutaton. Sementara itu dari sisi harga, KKP menargetkan pada 2017 harga garam minimal Rp1.000 per kg.
Menurutnya, harga garam saat ini sudah cukup bagus yaitu Rp750 per kg, tapi pada kenyataannya garam dihargai rata-rata hanya Rp400 per kg dikarenakan tidak adanya lembaga penyangga. “Untuk menjaga spirit petani garam supaya tidak jatuh karena harga, nantinya diharapkan PT Garam untuk membeli garam petani sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah,” ucapnya.
Sudirman menambahkan, pihaknya juga meminta Kementerian Perindustrian untuk meneliti lebih detail kebutuhan garam industri mengingat terdapat perbedaan spesifikasi sesuai jenis industrinya. Misalnya saja, garam yang dibutuhkan industri kertas, kaca, dan makanan, itu spesifikasinya berbeda.
“Dengan transparansi ini maka petani garam bisa didorong memproduksi sesuai spek yang dibutuhkan industri, termasuk kita datangkan teknologi yang bisa dipakai untuk mencapai spek itu,” pungkasnya.
Inda susanti
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama kementerian dan lembaga terkait telah menyepakati target swasembada garam nasional pada 2017. Peta jalan (roadmap ) menuju swasembada pun telah disusun.
Kendati demikian, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berkeinginan swasembada garam bisa dipercepat pada akhir tahun ini. “Saya maunya 2015 akhir kita sudah bisa swasembada garam. Masak mau swasembada harus nunggu dua tahun?” ujarnya di sela-sela jumpa pers Refleksi 2014 dan Outlook 2015 KKP di Gedung Mina Bahari III di Jakarta kemarin.
Susi berpandangan, percepatan swasembada garam bukan hal mustahil asalkan diupayakan dengan sungguhsungguh dan didukung perangkat teknologi yang bisa meningkatkan produktivitas. Terkait pendanaan, pihaknya tengah mengusulkan penambahan anggaran untuk program kelautan dan perikanan.
“KKP tegas mengurangi subsidi BBM untuk nelayan dengan kapal 30 GT ke atas. Sebagai kompensasinya, kami minta penambahan APBN untuk KKP, di antaranya ditujukan untuk swasembada garam ini,” tandasnya. Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulauKecilKKPSudirman Saadmengungkapkan, anggaran KKP yang ditujukan untuk mendukung produksi garam saat ini masih kurang dari Rp100 miliar.
Pihaknya sedang mengajukan penambahan anggaran sebesar Rp500 miliar yang di antaranya untuk penerapan teknologi geomembran di lahan usaha garam rakyat. “Ibu Menteri juga sedang memperjuangkan agar KKP ada on top budget untuk 2015 sekitar Rp10 triliun. Itu untuk keseluruhan KKP,” sebutnya.
Sudirman mengungkapkan, KKP akan mengupayakan percepatan swasembada garam sesuai arahan Menteri Kelautan dan Perikanan. Ia mengakui terdapat sejumlah tantangan, di antaranya terkait cuaca yang sulit diprediksi. “Kalau cuaca normal dengan masa produksi kita 8 bulan itu sebetulnya 2015 kita bisa genjot produksi garam 4 juta ton,” ungkapnya.
Sebagai catatan, produksi garam nasional pada 2014 sebanyak 2,5juta ton yang meliputi garam petani 2,2 juta dan garam produksi PT Garam (persero) 350.000 ton. Angka tersebut ditargetkan naik menjadi 3,5 juta ton pada tahun ini. Adapun kebutuhan garam nasional pada 2014 berkisar 4 juta ton, di mana 1,9 juta ton dipenuhi lewat impor terutama untuk garam industri.
Dengan asumsi pertumbuhan konsumsi dan industri sebesar 10%, pada 2017 diperkirakan kebutuhan garam nasional akan mencapai 4,5 juta ton. Untuk mencapainya, KKP akan mengoptimalkan lahan petani garam rakyat seluas 28.000 ha. Mereka akan difasilitasi untuk menggarap lahannya menggunakan teknologi geomembran. Penerapan teknologi ini di Korea dan Vietnam mampu menghasilkan 140 ton garam per ha per musim.
“Jika kita ambil angka 120 ton per ha per musim saja, dan ditambah perluasan lahan hingga 30.000 ha, maka kita sudah bisa memproduksi 4,6 juta ton garam dengan kualitas nomor satu,” paparnya. Sudirman merinci target 4,6 juta ton garam pada 2017 tersebut terdiri atas garam rakyat 3,2 juta ton dan garam produksi PTGaram1,4jutaton. Sementara itu dari sisi harga, KKP menargetkan pada 2017 harga garam minimal Rp1.000 per kg.
Menurutnya, harga garam saat ini sudah cukup bagus yaitu Rp750 per kg, tapi pada kenyataannya garam dihargai rata-rata hanya Rp400 per kg dikarenakan tidak adanya lembaga penyangga. “Untuk menjaga spirit petani garam supaya tidak jatuh karena harga, nantinya diharapkan PT Garam untuk membeli garam petani sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah,” ucapnya.
Sudirman menambahkan, pihaknya juga meminta Kementerian Perindustrian untuk meneliti lebih detail kebutuhan garam industri mengingat terdapat perbedaan spesifikasi sesuai jenis industrinya. Misalnya saja, garam yang dibutuhkan industri kertas, kaca, dan makanan, itu spesifikasinya berbeda.
“Dengan transparansi ini maka petani garam bisa didorong memproduksi sesuai spek yang dibutuhkan industri, termasuk kita datangkan teknologi yang bisa dipakai untuk mencapai spek itu,” pungkasnya.
Inda susanti
(ars)