Perdana Karya Incar 8 Kontrak Migas Rp450 M
A
A
A
JAKARTA - PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) sepanjang tahun ini mengincar delapan kontrak baru di bidang konstruksi jasa minyak dan gas bumi (migas) dengan nilai Rp450 miliar.
Direktur Administrasi & Keuangan Perdana Karya Perkasa Untung Haryono mengatakan, target tersebut sejalan dengan rencana pergantian lini bisnis utama dari pertambangan batu bara menjadi konstruksi jasa minyak dan gas bumi. Setelah kajian internal rampung, perusahaan akan meminta persetujuan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait pergantian bisnis utama tersebut.
“Kami sedang melakukan kajian internal dahulu. Setelah selesai, baru kami minta izin ke otoritas untuk ganti lini bisnis utama. Kami yakin, mereka (OJK dan BEI) setuju,” kata Untung di Jakarta kemarin. Dia mengakui, Perdana Karya mengincar delapan kontrak baru di 2015 yang bergerak di bidang konstruksi jasa minyak dan gas bumi. Dari delapan kontrak, ada dua kontrak yang sudah jelas akan diikuti tendernya oleh perseroan pada 2015.
“Dua kontrak jasa konstruksi migas tersebut adalah proyek dari PT Technip Indonesia senilai Rp42 miliar dan Chevron Indonesia dengan nilai kontrak sebesar Rp48 miliar,” papar Untung. Selain dua kontrak tersebut, perusahaan juga sedang mengincar beberapa kontrak lainnya.
Seperti kontrak dari Vico Indonesia dan Eni Muara Bakau. Jika dihitung secara konsolidasi, nilai kontrak baru yang diincar hingga penghujung tahun 2015 itu mencapai Rp450 miliar. Vice President Investment Quant Kapital Investama Hans Kwee dalam risetnya menyatakan, emiten batu bara dituntut mendiversifikasi usaha agar bisa mendapatkan nilai tambah dari lini bisnis lain.
Hal ini disebabkan masih tertekannya harga komoditas energi sepanjang tahun 2015. “Paling bagus diversifikasi ke bisnis pembangkit listrik karena akan terintegrasi dengan batu bara. Bisnis ini memiliki prospek yang menjanjikan karena pasokan listrik masih kurang,” ungkapnya.
Heru febrianto
Direktur Administrasi & Keuangan Perdana Karya Perkasa Untung Haryono mengatakan, target tersebut sejalan dengan rencana pergantian lini bisnis utama dari pertambangan batu bara menjadi konstruksi jasa minyak dan gas bumi. Setelah kajian internal rampung, perusahaan akan meminta persetujuan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait pergantian bisnis utama tersebut.
“Kami sedang melakukan kajian internal dahulu. Setelah selesai, baru kami minta izin ke otoritas untuk ganti lini bisnis utama. Kami yakin, mereka (OJK dan BEI) setuju,” kata Untung di Jakarta kemarin. Dia mengakui, Perdana Karya mengincar delapan kontrak baru di 2015 yang bergerak di bidang konstruksi jasa minyak dan gas bumi. Dari delapan kontrak, ada dua kontrak yang sudah jelas akan diikuti tendernya oleh perseroan pada 2015.
“Dua kontrak jasa konstruksi migas tersebut adalah proyek dari PT Technip Indonesia senilai Rp42 miliar dan Chevron Indonesia dengan nilai kontrak sebesar Rp48 miliar,” papar Untung. Selain dua kontrak tersebut, perusahaan juga sedang mengincar beberapa kontrak lainnya.
Seperti kontrak dari Vico Indonesia dan Eni Muara Bakau. Jika dihitung secara konsolidasi, nilai kontrak baru yang diincar hingga penghujung tahun 2015 itu mencapai Rp450 miliar. Vice President Investment Quant Kapital Investama Hans Kwee dalam risetnya menyatakan, emiten batu bara dituntut mendiversifikasi usaha agar bisa mendapatkan nilai tambah dari lini bisnis lain.
Hal ini disebabkan masih tertekannya harga komoditas energi sepanjang tahun 2015. “Paling bagus diversifikasi ke bisnis pembangkit listrik karena akan terintegrasi dengan batu bara. Bisnis ini memiliki prospek yang menjanjikan karena pasokan listrik masih kurang,” ungkapnya.
Heru febrianto
(ars)