Harga Minyak Dunia Sempat di Bawah USD50 Per Barel

Rabu, 07 Januari 2015 - 10:05 WIB
Harga Minyak Dunia Sempat di Bawah USD50 Per Barel
Harga Minyak Dunia Sempat di Bawah USD50 Per Barel
A A A
NEW YORK - Harga minyak di Amerika Serikat (AS) sempat turun di bawah USD50 per barel untuk pertama kali dalam lebih dari lima tahun kemarin.

Penurunan terjadi seiring menguatnya dolar dan berita tambahan suplai hingga enam bulan mendatang. Harga minyak mentah acuan AS, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Februari mengalami penurunan tajam sejak Juni, menjadi USD50,04 per barel, turun USD2,65 atau 5%. Harga sempat mencapai USD49,95 per barel pada awal sesi perdagangan pada Senin (5/12) waktu setempat atau WIB kemarin. Ini merupakan level terendah sejak 1 Mei 2009.

Harga minyak mentah acuan Eropa, Brent, untuk pengiriman Februari, turun USD3,31 menjadi USD53,11 per barel di London. Penurunan harga minyak itu terjadi setelah sejumlah indikasi peningkatan output minyak dari produsen kunci Rusia dan Irak saat proyeksi pemintaan melemah akibat lesunya pertumbuhan ekonomi global.

Tercapainya batas psikologis penting sebesar USD50 per barel itu terjadi bersamaan dengan hari turbulensi bagi pasar keuangan global. Bursa saham AS turun hampir 2%, seiring penurunan sahamsaham Eropa saat euro mencapai level terendah dalam sembilan tahun. Menguatnya dolar hingga 11% pada tahun lalu terhadap sejumlah mata uang utama lain membuat harga minyak mentah lebih mahal bagi para pembeli yang menggunakan mata uang lebih lemah.

Analis menyatakan, harga minyak dapat terus turun. “Ada kekhawatiran serius bahwa dasarnya belum tercapai. Pada dasarnya, setiap orang yang menikam di bawah telah salah,” papar Kyle Cooper, managing partner di IAF Advisors, Houston, dikutip kantor berita AFP . “Harga minyak berupaya stabil selama dua pekan terakhir, tapi fundamental masih lemah. Pasar mencoba terus ke bawah. Tapi tampaknya kita akan terus mengalami penurunan harga,” kata Gene McGillian, broker dan analis di Tradition Energy.

Fawad Razaqzada, analis teknikal di Forex.com, menjelaskan bahwa penurunan harga minyak hingga di bawah USD50 per barel dapat memicu penjualan lebih banyak, membuka jalan untuk penurunan harga minyak hingga USD45 atau USD40 per barel dalam beberapa pekan mendatang. Turunnya harga minyak terjadi di puncak produksi minyak AS yang telah mengguncang pasar minyak global dan menempatkan AS dalam jajaran raksasa minyak Rusia dan Arab Saudi.

Produsen utama lainnya juga memompa minyak secara agresif. Kementerian Minyak Irak pekan lalu merilis data yang menunjukkan, ekspor minyak mentah pada Desember mencapai level tertinggi sejak 1980. Adapun, Organisasi Negaranegara Pengekspor Minyak (OPEC) secara konsisten menolak memangkas output meski harga terus melemah. November lalu OPEC bertemu di Wina dan tidak mengambil langkah apapun. Apalagi negara berpengaruh, Arab Saudi, menegaskan lebih menginginkan pasar mencapai keseimbangan sendiri.

Desember lalu Menteri Minyak Arab Saudi Ali al-Naimi menjelaskan pada media di Timur Tengah bahwa OPEC tetap tidak akan memangkas output minyak meski harga mencapai USD20 per dolar. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi masih belum pasti di Eropa dan banyak negara berkembang, seperti China dan Brasil.

Syarifudin
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7125 seconds (0.1#10.140)