Licinnya Mafia Migas

Kamis, 08 Januari 2015 - 10:33 WIB
Licinnya Mafia Migas
Licinnya Mafia Migas
A A A
Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas melumpuhkan Petral dengan mengalihkan tugas pengadaan BBM kepada Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina.

Namun, tim besutan Faisal Basri justru menjadi tempat reuni orangorang yang pernah disebut bagian dari mafia migas. Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas atau Tim Anti Mafia Migas ini memang bergerak cepat. Sebulan bekerja sudah menghasilkan dua rekomendasi yang cukup ampuh, yang salah satunya melucuti kewenangan Petral yang selama ini dianggap hanya menjadi alat untuk memberikan keuntungan bagi sekelompok orang.

Hanya, ternyata isi rekomendasi tersebut tak semanis bayangan banyak orang. Rekomendasi terkait pelumpuhan Pertamina Energy Trading Limited (Petral) mengundang polemik. Soalnya, di hari Tim Anti Mafia Migas mengumumkan rekomendasinya itu, PT Pertamina buru-buru melantik Daniel Purba sebagai senior vice president (SVP) Integrated Supply Chain (ISC), badan yang akan menggantikan tugas Petral melakukan pengadaan bahan bakar minyak dalam negeri.

Bagi para pemerhati industri migas, Daniel bukanlah orang lain. Dia adalah anggota Tim Anti Mafia yang sejak awal sudah diragukan kredibilitasnya. “Sebaiknya Faisal kembali saja ke dunia kampus, karena ternyata dunia birokrasi bukan tempatnya,” celetuk Direktur Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra seperti dikutip SINDO WEEKLY.

Sejumlah kalangan pantas masygul atas hasil kerja tim besutan dosen Universitas Indonesia ini, karena justru dianggap meneguhkan tempat reuni para mafia migas. Tim Riset Global Future Institute Ferdiansyah Ali mengungkapkan, ISC merupakan jantung mafia migas di Pertamina yang selama ini melakukan kontrol pengawasan terhadap Petral, sehingga ISC Pertamina inilah yang menguasai Petral.

Badan ini sampai sekarang tak steril dari mafia migas. Lumpuhnya Petral ditengarai bakal mengondisikan mantan Dirut Pertamina Ari Soemarno menjadi penguasa migas baru. Ari tak lain adalah kakak dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno. ISC adalah tempat bersejarah yang penuh kenangan bagi Ari dan para koleganya seperti Sudirman Said ataupun Daniel Purba.

ISC adalah tempat reuni bagi ketiganya. Ari mendirikan ISC saat menjabat dirut Pertamina, sedangkan Sudirman Said sebagai kepala ISC dan Daniel Purba wakilnya. Selainpernahmenjadideputi direktur ISC Pertamina, Sudirman juga sempat menjabat wakil dirut PT Petrosea Tbk dan group chief of human capital and corporate services di PT Indika Energy Tbk. Kedua perusahaan terbuka tersebut bergerak di bidang energi dan pertambangan.

Sebelum menjadi menteri energi sumber daya mineral, Master Bidang Administrasi Bisnis dari George Washington University, Washington DC, Amerika Serikat ini adalah dirut Pindad. Lalu, siapa Daniel? Dia adalah Master Manajemen Rekayasa yang memulai kariernya di Pertamina pada 1991 sebagai analis pasar untuk perdagangan minyak internasional.

Pada 2003 menjabat AS VP Marketing Petral, kemudian pindah ke Pertamina menjadi LNG Business sebagai LNG sales operation manager (2005). Pada 2007, dia menjadi commercial manager pada (2007), dan mulai menikmati posisi VP yakni sebagai VP engineering & project management Pertamina pada 2011.

Daniel juga sempat menjabat sebagai direktur & COO PT Badak Natural Gas Liquefaction atau lebih dikenal dengan PT Badak NGL, perusahaan penghasil gas alam cair (LNG/liquid natural gas) terbesar di Indonesia dan salah satu kilang LNG yang terbesar di dunia yang berlokasi Bontang, Kalimantan Timur.

Hubungan Ari dengan Daniel terjalin sangat panjang. Saat Ari menjabat sebagai dirut PT Petral, Daniel menjadi wakilnya. Daniel disebut si anak emas yang juga cukup dikenal di kalangan mafia migas. Saat dia tandem dengan Ari di Petral, misalnya, semua solar impor dibeli dari Hin Leong Ltd.

Daniel adalah kolega Hin Leong yang menuntun Ari, melalui Petral, berbisnis dengan pemain minyak terbesar Singapura itu. “Kini adalah bergantinya tampuk mafia migas ke Soemarno Inc melalui kewenangan Menteri ESDM Sudirman,” ujar peneliti geopolitik dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng.

Selengkapnya baca SINDO Weekly
Edisi No. 44 Tahun 3, Terbit Kamis, 8 Januari 2015
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2930 seconds (0.1#10.140)