Citra Shipyard Batam Siap Sokong Kapal Domestik
A
A
A
BATAM - PT Citra Shipyard Batam siap diandalkan menjadi salah satu produsen kapal domestik yang menyokong produksi perkapalan nasional sejalan dengan gagasan logistik kelautan pemerintahan Joko Widodo.
Kesiapan itu sudah ditunjukkan dengan puluhan produksi Citra Shipyard yang hingga saat ini sudah digunakan untuk kebutuhan instansi domestik, seperti TNI Angkatan Laut dan Basarnas.
Terakhir, PT Citra Shipyard juga telah menyelesaikan pesanan milik PT Pertamina untuk empat unit kapal berjenis mooring boat. Peresmian selesainya pembuatan kapal itu dilakukan bersamaan peresmian kantor baru Citra Shipyard di Sagulung.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, Wagub Kepri Soeryo Respationo, Dewan Pertimbangan Abidin Hasibuan dan Ketua Umum Apindo Kepri Cahya, serta sejumlah petinggi lain ikut menyaksikan dua gelaran itu.
"Kami siap mendukung poros maritim untuk semua produksi kapal mulai dari nelayan, tanker hingga patroli. Pemerintah dapat memberikan kepercayaan," ujar General Manager PT Citra Shipyard Batam Edi Abi di sela-sela peresmian acara, Kamis (8/1/2015).
Abi menjelaskan hingga saat ini mitra usaha perseroan terus berkembang. Bahkan dua produksinya sudah digunakan Basarnas RI untuk evakuasi tragedi pesawat AirAsia QZ8501. Selain itu, Citra juga membangun kapal untuk kapal perang dan patroli dan yang paling terakhir kapal Pertamina.
Citra juga tengah berekpansi usaha dengan membuka lini produksi baru untuk produksi kapal serta sektor minyak dan gasyang berlokasi di Kabil dengan luas lahan sekitar 42 hektar. Langkah pengembangan usaha ini untuk memperbesar kemampuan produksi perseroan.
Abi juga meyakinkan dengan lini produksi yang ada pihaknya sudah mampu melayani pemesanan kapal besar pengangkut bahan bakar seperti tanker serta kapal pertahanan.
Untuk diketahui, Citra Shipyard merupakan salah satu lini usaha Citra Semarak Sejati (CSS) Group. Lini usaha ini mulai beoperasi sejak 2006 setelah CSS Group mulai dirintis dari sektor industri pendukung minyak dan migas oleh pemilik CSS Ali Ulai. Dalam perjalannnya CSS Group berkembang menggurita ke berbagai lini selain shipyard seperti properti, perdagangan, beton dan scrap.
Sementara itu, Bank Indonesia menilai industri kelautan di Batam bisa diandalkan sebagai penunjang utama mendorong industri kelautan nasional.
Gubernur BI Agus Marto mengaku kagum dengan perkembangan industri kelautan di Batam yang saat ini menyumbang 90% industri pembuatan kapal nasional.
"Di Batam industri kelautan sangat mengagumkan, 90% industri ada di Batam. Tentu ini harus mendapat perhatian agar betul-betul industri di sini bisa jadi penunjang industri kelautan Indonesia," paparnya.
Menurutnya, perbankan memang perlu mendorong industri kelautan melalui dukungan pembiayaan investasi. Namun dukungan untuk membangun industri kelautan harus merata ke semua pilar industri itu yakni galangan, pelayaran dan pelabuhan. Tiga pilar itu utama itu harus dibangun merata agar industri kelautan nasional bisa lebih maju.
Dia juga mengatakan dengan fasilitas shipyard yang ada saat ini di Batam memiliki potensi untuk memasok kebutuhan kapal dalam negeri dengan kapasitas produksi yang mencapai 50 kapal hingga 100 kapal dalam satu periode.
Fasilitas industri di Batam itu yang Agus lihat bisa menjadi potensi agar direspon oleh pemerintah untuk dukungan insentif termasuk bunga perbankan bagi sektor tersebut.
Pemenuhan kebutuhan kapal dalam negeri melalui produksi domestik juga menjadi perhatian BI mengingat langkah strategis untuk menyentuh berbagai lini kebutuhan di Indonesia, di samping mampu menekan kebutuhan impor hingga bisa membantu mengurangi defisit transaksi berjalan.
"Kebutuhan kapal di Indonesia mulai dari nelayan, transportasi, alat angkut pangan, minyak dan gas hingga pertahanan, sekaligus menunjang asas cabotage," ujarnya.
Sementara itu, Pemprov Kepri mendukung penuh industi kemaritimin menjadi ujung tombak dalam pembangunan ekonomi. Berbicara tentang industri kemaritiman tidak lepas dari peran industri galangan kapal sebagai salah satu kuncinya.
“Sudah menjadi kewajiban moral bagi Kami sebagai pemerintah daerah untuk mendukung dan membantu pengembangan industri galangan kapal,” ujar Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo.
Kehadiran industri galangan kapal, lanjutnya, memberikan kontribusi positif terhadap mengurangi angka pengangguran di Batam dan Kepri pada umumnya.
Dia meminta agar industri galangan kapal terus meningkatkan kualitas produksinya. Sehingga, dapat menjadi produk unggulan yang dapat bersaing di dunia perkapalan internasional.
Soerya juga mendorong agar proyek-proyek maritim yang diprogramkan pemerintah pusat ditangani oleh perusahaan-perusahaan galangan kapal di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.
"Saya akan terus dorong dan mempromosikan itu kepada Menteri-Menteri terkait," kata dia.
Ia mengatakan galangan kapal sangat bersaing dan mutunya tidak kalah dengan industri sejenis di luar negeri. Standar yang digunakan galangan kapal di Batam sama dengan internasional, sehingga layak untuk mengerjakan proyek-proyek pemerintah pusat di seluruh wilayah Indonesia.
"Tidak ada alasan lagi pemerintah pakai industri di luar negeri," kata dia.
Untuk diketahui, Batam menjadi pusat dari industri galangan kapal di Indonesia. Berdasarkan data dari Kemenko Bidang Kemaritiman, dari 198 industri galangan kapal di Indonesia, 110 diantaranya berada di Pulau Batam. Sedangkan sisanya sebanyak 88 industri berada di luar Pulau Batam.
Ada alasan kuat yang melatarbelakangi suksesnya industri galangan kapal di Batam dibanding daerah lain. Salah satunya lantaran tarif bea masuk komponen yang saat ini nol persen alias bebas bea masuk komponen impor.
Sementara untuk bea masuk komponen industri galangan kapal yang ada di luar Pulau Batam diberlakukan 10%.
Pemerintah pusat sendiri saat ini sedang menyiapkan pelbagai insentif untuk industri galangan kapal. Di antaranya, pemotongan Bea Masuk, kemudahan PPN, menyederhanakan proses prosedur PNBPT dan fasilitas PPh melalui tax allowance untuk industri galangan kapal.
Kesiapan itu sudah ditunjukkan dengan puluhan produksi Citra Shipyard yang hingga saat ini sudah digunakan untuk kebutuhan instansi domestik, seperti TNI Angkatan Laut dan Basarnas.
Terakhir, PT Citra Shipyard juga telah menyelesaikan pesanan milik PT Pertamina untuk empat unit kapal berjenis mooring boat. Peresmian selesainya pembuatan kapal itu dilakukan bersamaan peresmian kantor baru Citra Shipyard di Sagulung.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, Wagub Kepri Soeryo Respationo, Dewan Pertimbangan Abidin Hasibuan dan Ketua Umum Apindo Kepri Cahya, serta sejumlah petinggi lain ikut menyaksikan dua gelaran itu.
"Kami siap mendukung poros maritim untuk semua produksi kapal mulai dari nelayan, tanker hingga patroli. Pemerintah dapat memberikan kepercayaan," ujar General Manager PT Citra Shipyard Batam Edi Abi di sela-sela peresmian acara, Kamis (8/1/2015).
Abi menjelaskan hingga saat ini mitra usaha perseroan terus berkembang. Bahkan dua produksinya sudah digunakan Basarnas RI untuk evakuasi tragedi pesawat AirAsia QZ8501. Selain itu, Citra juga membangun kapal untuk kapal perang dan patroli dan yang paling terakhir kapal Pertamina.
Citra juga tengah berekpansi usaha dengan membuka lini produksi baru untuk produksi kapal serta sektor minyak dan gasyang berlokasi di Kabil dengan luas lahan sekitar 42 hektar. Langkah pengembangan usaha ini untuk memperbesar kemampuan produksi perseroan.
Abi juga meyakinkan dengan lini produksi yang ada pihaknya sudah mampu melayani pemesanan kapal besar pengangkut bahan bakar seperti tanker serta kapal pertahanan.
Untuk diketahui, Citra Shipyard merupakan salah satu lini usaha Citra Semarak Sejati (CSS) Group. Lini usaha ini mulai beoperasi sejak 2006 setelah CSS Group mulai dirintis dari sektor industri pendukung minyak dan migas oleh pemilik CSS Ali Ulai. Dalam perjalannnya CSS Group berkembang menggurita ke berbagai lini selain shipyard seperti properti, perdagangan, beton dan scrap.
Sementara itu, Bank Indonesia menilai industri kelautan di Batam bisa diandalkan sebagai penunjang utama mendorong industri kelautan nasional.
Gubernur BI Agus Marto mengaku kagum dengan perkembangan industri kelautan di Batam yang saat ini menyumbang 90% industri pembuatan kapal nasional.
"Di Batam industri kelautan sangat mengagumkan, 90% industri ada di Batam. Tentu ini harus mendapat perhatian agar betul-betul industri di sini bisa jadi penunjang industri kelautan Indonesia," paparnya.
Menurutnya, perbankan memang perlu mendorong industri kelautan melalui dukungan pembiayaan investasi. Namun dukungan untuk membangun industri kelautan harus merata ke semua pilar industri itu yakni galangan, pelayaran dan pelabuhan. Tiga pilar itu utama itu harus dibangun merata agar industri kelautan nasional bisa lebih maju.
Dia juga mengatakan dengan fasilitas shipyard yang ada saat ini di Batam memiliki potensi untuk memasok kebutuhan kapal dalam negeri dengan kapasitas produksi yang mencapai 50 kapal hingga 100 kapal dalam satu periode.
Fasilitas industri di Batam itu yang Agus lihat bisa menjadi potensi agar direspon oleh pemerintah untuk dukungan insentif termasuk bunga perbankan bagi sektor tersebut.
Pemenuhan kebutuhan kapal dalam negeri melalui produksi domestik juga menjadi perhatian BI mengingat langkah strategis untuk menyentuh berbagai lini kebutuhan di Indonesia, di samping mampu menekan kebutuhan impor hingga bisa membantu mengurangi defisit transaksi berjalan.
"Kebutuhan kapal di Indonesia mulai dari nelayan, transportasi, alat angkut pangan, minyak dan gas hingga pertahanan, sekaligus menunjang asas cabotage," ujarnya.
Sementara itu, Pemprov Kepri mendukung penuh industi kemaritimin menjadi ujung tombak dalam pembangunan ekonomi. Berbicara tentang industri kemaritiman tidak lepas dari peran industri galangan kapal sebagai salah satu kuncinya.
“Sudah menjadi kewajiban moral bagi Kami sebagai pemerintah daerah untuk mendukung dan membantu pengembangan industri galangan kapal,” ujar Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo.
Kehadiran industri galangan kapal, lanjutnya, memberikan kontribusi positif terhadap mengurangi angka pengangguran di Batam dan Kepri pada umumnya.
Dia meminta agar industri galangan kapal terus meningkatkan kualitas produksinya. Sehingga, dapat menjadi produk unggulan yang dapat bersaing di dunia perkapalan internasional.
Soerya juga mendorong agar proyek-proyek maritim yang diprogramkan pemerintah pusat ditangani oleh perusahaan-perusahaan galangan kapal di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.
"Saya akan terus dorong dan mempromosikan itu kepada Menteri-Menteri terkait," kata dia.
Ia mengatakan galangan kapal sangat bersaing dan mutunya tidak kalah dengan industri sejenis di luar negeri. Standar yang digunakan galangan kapal di Batam sama dengan internasional, sehingga layak untuk mengerjakan proyek-proyek pemerintah pusat di seluruh wilayah Indonesia.
"Tidak ada alasan lagi pemerintah pakai industri di luar negeri," kata dia.
Untuk diketahui, Batam menjadi pusat dari industri galangan kapal di Indonesia. Berdasarkan data dari Kemenko Bidang Kemaritiman, dari 198 industri galangan kapal di Indonesia, 110 diantaranya berada di Pulau Batam. Sedangkan sisanya sebanyak 88 industri berada di luar Pulau Batam.
Ada alasan kuat yang melatarbelakangi suksesnya industri galangan kapal di Batam dibanding daerah lain. Salah satunya lantaran tarif bea masuk komponen yang saat ini nol persen alias bebas bea masuk komponen impor.
Sementara untuk bea masuk komponen industri galangan kapal yang ada di luar Pulau Batam diberlakukan 10%.
Pemerintah pusat sendiri saat ini sedang menyiapkan pelbagai insentif untuk industri galangan kapal. Di antaranya, pemotongan Bea Masuk, kemudahan PPN, menyederhanakan proses prosedur PNBPT dan fasilitas PPh melalui tax allowance untuk industri galangan kapal.
(dmd)