Kadin Minta Suntikan Dana untuk Benih Rp2,5 Triliun
A
A
A
JAKARTA - Ketua Komite Tetap Pengembangan Pasar Pertanian Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Karen Tambayong mengatakan, pihaknya berharap mendapat suntikan anggaran untuk penambahan benih di dalam negeri sebesar Rp2,5 triliun.
Dia menjelaskan, penambahan anggaran ini sangat penting agar Indonesia tidak tergantung lagi dengan benih impor atau benih yang diimplementasikan penanaman modal asing (PMA).
"Adanya hal ini justru berimbas terhadap tingginya harga produk hortikultura yang dikonsumsi masyarakat," ujarnya di Menara Kadin, Jakarta, Jumat (9/1/2015).
Selain itu, Karen mengeluhkan kurangnya anggaran bagi pengembangan benih lokal, sehingga menyebabkan harga-harga pangan semakin mahal.
"Anggaran Kementerian Pertanian di APBN 2014 yang sebesar Rp500 miliar untuk benih juga dirasa kurang meningkatkan kapasitas benih lokal," terangnya.
Selama ini, menurut Karen, produksi benih lokal baru 60% dan 40% benih impor. Sementara implementasi benih 70% penanaman modal asing, sisanya lokal.
"Merugikan petani hortikultura karena harus membeli benih dengan harga yang cukup tinggi. Dengan total pembelian benih yang misalnya senilai Rp1 triliun, nilai harga akhirnya bisa jadi berkali-kali lipat karena ada tambahan biaya ritel lain," pungkasnya.
Dia menjelaskan, penambahan anggaran ini sangat penting agar Indonesia tidak tergantung lagi dengan benih impor atau benih yang diimplementasikan penanaman modal asing (PMA).
"Adanya hal ini justru berimbas terhadap tingginya harga produk hortikultura yang dikonsumsi masyarakat," ujarnya di Menara Kadin, Jakarta, Jumat (9/1/2015).
Selain itu, Karen mengeluhkan kurangnya anggaran bagi pengembangan benih lokal, sehingga menyebabkan harga-harga pangan semakin mahal.
"Anggaran Kementerian Pertanian di APBN 2014 yang sebesar Rp500 miliar untuk benih juga dirasa kurang meningkatkan kapasitas benih lokal," terangnya.
Selama ini, menurut Karen, produksi benih lokal baru 60% dan 40% benih impor. Sementara implementasi benih 70% penanaman modal asing, sisanya lokal.
"Merugikan petani hortikultura karena harus membeli benih dengan harga yang cukup tinggi. Dengan total pembelian benih yang misalnya senilai Rp1 triliun, nilai harga akhirnya bisa jadi berkali-kali lipat karena ada tambahan biaya ritel lain," pungkasnya.
(dmd)