Elpiji 3 Kg di Majalengka Mulai Menghilang
A
A
A
MAJALENGKA - Sejumlah warga di Kabupaten Majalengka mengaku kesal dengan ulah para pedagang gas elpiji 3 kg yang mengharuskan pembeli membeli serta tabung gas saat mereka akan membeli elpiji 3 kg.
"Saya nyari gas 3 kg tidak ketemu. Sekalinya ada toko yang menjual gas 3 kg, katanya kalau mau beli harus dengan tabungnya langsung harganya Rp150 ribu. Saya kan pedagang kecil, mana punya uang sebesar itu," keluh Ida, pedagang makanan di Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Minggu (11/1/2015).
Dia mengaku, sudah hampir sepekan elpiji 3 kg susah didapat, baik di pengecer maupun pangkalan. Bahkan kelangkaan semakin meluas, tak hanya terjadi di Kota Majalengka namun hingga ke Kadipaten dan sekitarnya.
Ida pun akhirnya terpaksa tidak berjualan sejak empat hari lalu. "Mau masak pakai apa, gasnya saja tidak ada. Kalau untuk makan, mau tidak mau akhirnya kita beli dari luar," kata ibu dua anak itu.
Keluhan serupa diungkapkan Budiman, warga Pesantren Kecamatan/Kabupaten Majalengka. Sejak dua hari lalu dia mencari elpiji 3 kg, namun di semua pengecer yang didatanginya tidak ada stok.
"Saya sudah menyimpan tabung kosong di tempat biasa saya membeli gas, tadi pagi (kemarin) saya datangi lagi tempatnya, katanya masih belum datang. Daripada harus membeli tabungnya juga," tuturnya.
Kelangkaan gas di Majalengka terjadi sejak sepekan lalu, akibat banyaknya konsumen keluarga sejahtera berpenghasilan di atas Rp3 juta yang beralih ke gas melon yang justru bukan hak mereka. Kondisi tersebut diduga akibat kenaikan harga elpiji 12 kg dan 15 kg.
Menyikapi persoalan tersebut, pihak Kepolisian, Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Majalengka akan melakukan penertiban.
Kepala Bidang Perdagangan di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koprasi Kabupaten Majelangka, Dudi Darajat mengatakan, jika pasokan gas melon selama ini cukup lancar.
"Malah ada penambahan kuota sebesar 5% setiap bulannya," imbuhnya.
Penambahan itu, menurutnya untuk mengantisipasi adanya penambahan konsumen yang berasal dari pedagang kaki lima ataupun ibu rumah tangga.
Dudi mengaku heran, kala mendengar kekosongan elpiji 3 kg di sejumlah daerah di Kabupaten Majalengka. Pasalnya, pasokan gas untuk Kabupaten Majalengka mendapat penambahan setiap bulannya.
Berdasarkan hasil pemantauan sementara, kekosongan elpiji 3 kg terjadi karena banyaknya konsumen elpiji 12 kg yang beralih ke gas melon akibat terjadinya kenaikan harga elpiji 12 kg.
Mereka yang pindah tersebut, sebetulnya tidak berhak atas penggunaan gas melon karena berpenghasilan di atas Rp1.500.000. Saat ini banyak keluarga sejahtera berpenghasilan di atas Rp3 juta, bahkan Rp5 juta yang masih menggunakan gas melon termasuk pemilik restoran.
"Ke depan harus ada razia terpadu yang dilakukan beberapa pihak terkait, baik Pertamina, Kepolisian serta Perdagangan dan Hiswanamigas," ucapnya.
Dudi membeberkan, jika sebetulnya pihaknya dalam hal ini Dinas Peradagangan sudah berulang kali mengundang pemilik restoran dan hotel serta pemilik peternakan ayam yang penggunaan gasnya cukup tinggi, agar mereka tidak menggunakan gas melon.
Namun tidak ada seorangpun pengusaha peternakan yang pernah datang. "Jadi harus ada cara lain agar mereka tidak terus menerus menggunakan elpiji 3kg," tutur Dudi.
"Saya nyari gas 3 kg tidak ketemu. Sekalinya ada toko yang menjual gas 3 kg, katanya kalau mau beli harus dengan tabungnya langsung harganya Rp150 ribu. Saya kan pedagang kecil, mana punya uang sebesar itu," keluh Ida, pedagang makanan di Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Minggu (11/1/2015).
Dia mengaku, sudah hampir sepekan elpiji 3 kg susah didapat, baik di pengecer maupun pangkalan. Bahkan kelangkaan semakin meluas, tak hanya terjadi di Kota Majalengka namun hingga ke Kadipaten dan sekitarnya.
Ida pun akhirnya terpaksa tidak berjualan sejak empat hari lalu. "Mau masak pakai apa, gasnya saja tidak ada. Kalau untuk makan, mau tidak mau akhirnya kita beli dari luar," kata ibu dua anak itu.
Keluhan serupa diungkapkan Budiman, warga Pesantren Kecamatan/Kabupaten Majalengka. Sejak dua hari lalu dia mencari elpiji 3 kg, namun di semua pengecer yang didatanginya tidak ada stok.
"Saya sudah menyimpan tabung kosong di tempat biasa saya membeli gas, tadi pagi (kemarin) saya datangi lagi tempatnya, katanya masih belum datang. Daripada harus membeli tabungnya juga," tuturnya.
Kelangkaan gas di Majalengka terjadi sejak sepekan lalu, akibat banyaknya konsumen keluarga sejahtera berpenghasilan di atas Rp3 juta yang beralih ke gas melon yang justru bukan hak mereka. Kondisi tersebut diduga akibat kenaikan harga elpiji 12 kg dan 15 kg.
Menyikapi persoalan tersebut, pihak Kepolisian, Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Majalengka akan melakukan penertiban.
Kepala Bidang Perdagangan di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koprasi Kabupaten Majelangka, Dudi Darajat mengatakan, jika pasokan gas melon selama ini cukup lancar.
"Malah ada penambahan kuota sebesar 5% setiap bulannya," imbuhnya.
Penambahan itu, menurutnya untuk mengantisipasi adanya penambahan konsumen yang berasal dari pedagang kaki lima ataupun ibu rumah tangga.
Dudi mengaku heran, kala mendengar kekosongan elpiji 3 kg di sejumlah daerah di Kabupaten Majalengka. Pasalnya, pasokan gas untuk Kabupaten Majalengka mendapat penambahan setiap bulannya.
Berdasarkan hasil pemantauan sementara, kekosongan elpiji 3 kg terjadi karena banyaknya konsumen elpiji 12 kg yang beralih ke gas melon akibat terjadinya kenaikan harga elpiji 12 kg.
Mereka yang pindah tersebut, sebetulnya tidak berhak atas penggunaan gas melon karena berpenghasilan di atas Rp1.500.000. Saat ini banyak keluarga sejahtera berpenghasilan di atas Rp3 juta, bahkan Rp5 juta yang masih menggunakan gas melon termasuk pemilik restoran.
"Ke depan harus ada razia terpadu yang dilakukan beberapa pihak terkait, baik Pertamina, Kepolisian serta Perdagangan dan Hiswanamigas," ucapnya.
Dudi membeberkan, jika sebetulnya pihaknya dalam hal ini Dinas Peradagangan sudah berulang kali mengundang pemilik restoran dan hotel serta pemilik peternakan ayam yang penggunaan gasnya cukup tinggi, agar mereka tidak menggunakan gas melon.
Namun tidak ada seorangpun pengusaha peternakan yang pernah datang. "Jadi harus ada cara lain agar mereka tidak terus menerus menggunakan elpiji 3kg," tutur Dudi.
(izz)