Banyak Pilihan Properti di Kawasan Penyangga
A
A
A
Kawasan penyangga Ibu Kota beberapa tahun belakangan memang terus berkembang menjadi kota baru yang memiliki potensi bisnis properti yang cukup tinggi. Kemacetan jalanan dan harga hunian di pusat kota yang terus melambung tinggi membuat daerah penyangga menjadi alternatif utama bagi masyarakat.
Semakin terbatasnya lahan di wilayah Jakarta dan terbukanya jaringan akses jalan membuat wilayah suburban menjadi incaran pengembang properti. Beberapa kawasan yang memiliki tingkat kenaikan harga tanah sangat luar biasa adalah Tangerang, Bekasi dan Depok.
Selain land bank yang masih cukup luas, tiga wilayah ini nanti akan saling terhubung melalui akses jalan bebas hambatan menuju kota Jakarta. Banyak hal lain yang membuat kota baru di seputaran kawasan penyangga Ibu Kota bisa dipilih sebagai lokasi tempat tinggal. Selain harganya masih punya nilai tambah dan naik, udara sejuk, penataan kota serta drainase yang terencana menjadi pertimbangan awal untuk melakukan eksodus.
Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk Johanes Mardjuki menyatakan, kawasan penyangga Jakarta seperti Serpong, Bekasi, dan Bogor sangat besar dalam mengembangkan bisnis properti. Sementara, kawasan Jakarta sendiri justru dinilai kecil peluang pertumbuhan propertinya, yakni hanya mencapai 5,8%.
“Kami juga melihat potensi besar bisnis properti di kota-kota besar lainnya seperti di Medan dan Balikpapan,” tuturnya. Serpong dan Bintaro menjadi dua kawasan paling potensial berkembang sebagai area hunian di kawasan penyangga di selatan Jakarta. Selain karena kedekatannya dengan Ibu Kota, kemudahan akses dengan pembukaan beberapa ruas jalan tol baru sangat berpengaruh bagi pertumbuhan industri properti di daerah tersebut.
Serpong belakangan telah menjadi kota mandiri yang terang benderang. Ada perkantoran, sentra bisnis, hypermarket, sekolah internasional, hingga pergudangan. Fasilitas hiburan, olahraga, dan kesehatan juga tersedia. Selain jalan tol, sarana penunjang pergerakan warganya komplet, ada bus dan kereta api. Mereka yang tinggal di Serpong tidak kesulitan jika ingin bergeser ke Banten, Bekasi, Jakarta, atau Bogor.
Wilayah Tangerang Selatan juga menjadi sangat penting bagi para pebisnis karena keberadaan pabrik yang pemiliknya mayoritas warga Jakarta sehingga segala macam proyek properti yang dibangun di Tangerang Selatan laku terjual seperti perumahan, ruko, restoran hingga hotel. Pertumbuhan yang cukup bagus itu juga didukung daya beli masyarakat yang cukup tinggi dan apresiasinya naik.
Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) menilai, potensi daerah satelit di daerah Tangerang cukup menjanjikan. Kawasan ini bisa menjadi alternatif investasi properti, menyusul semakin terbatasnya suplai lahan di wilayah Jakarta. Lahan untuk membangun proyek di kantong- kantong properti Jakarta, seperti SCBD dan Simatupang, semakin sulit didapat. Oleh karenanya, pertumbuhan properti akan bergeser ke kawasan penyangga Jakarta.
“Daerah satelit Jakarta berpotensi besar. Apalagi Tangerang, yang berbatasan langsung dengan Jakarta dan dekat bandara akan menjadi tempat favorit,” kata Kepala Riset JLL Anton Sitorus. Karena semakin diminati, harga tanah di kawasan Tangerang lantas membubung tinggi. Menurut data yang dihimpun, di kawasan perumahan Alam Sutera, Tangerang Selatan, misalnya, harga lahan telah mencapai Rp17 juta hingga Rp20 juta per meter persegi.
Sementara, harga properti mencapai Rp20 juta hingga Rp25 juta per meter persegi. Harga ini setara dengan harga properti, khususnya hunian vertikal kelas menengah, di wilayah Jakarta. Kondisi yang sama juga akan terjadi di Depok. Pembangunan Tol Cinere-Jagorawi akan meningkatkan harga jual properti di Depok sehingga pengembang akan menjadikan wilayah ini sebagai buruan baru untuk pengembangan bisnisnya.
Daya serap di kawasan tersebut juga cukup tinggi karena didukung oleh pusat bisnis dan perdagangan serta pusat pendidikan yang lengkap. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Hern Rizal Ghobi, Senior Research Executive Colliers International Indonesia. Dia menjelaskan, sejak tahun 2012 hingga 2014 kawasan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi menunjukkan geliat pertumbuhan hunian vertikal seperti apartemen yang signifikan, yaitu mencapai 24.000 unit.
Harga-harga unit apartemen di Tangerang, Bogor, Bekasi dan Depok terus merangkak naik setiap tahunnya. Di awal tahun 2014, Colliers International Indonesia merilis kisaran harga apartemen. Di Tangerang, harga apartemen rata-rata senilai Rp13,5 juta per meter, Depok sekitar Rp12,6 juta per meter, Bekasi di kisaran 11,5 juta per meter, dan Bogor di harga sekitar Rp10,7 juta per meter.
Sedangkan, harga tanah di Bekasi dan Depok berpotensi naik sekitar 20-30% tergantung bentuk pengembangannya. Karena harga tanah di Bekasi saat ini untuk pembangunan rumah tapak sekitar Rp5 juta per meter persegi, sedangkan Depok sekitar Rp3-5 juta per meter persegi. Menurut Ghobi, pertumbuhan apartemen di empat wilayah sekitar Jakarta itu tidak sematamata karena dorongan ekonomi, misalnya, investasi.
Namun, apartemen dibeli konsumen sebagai pilihan hunian bagi para kalangan menengah atas yang sudah jenuh dengan kondisi kemacetan di kota Jakarta. “Pilihannya adalah apartemen yang memiliki akses jalan tanpa hambatan yang langsung menuju Jakarta,” sebutnya. Daerah Bekasi memang sarat potensi sebagai pasar properti dengan pertumbuhan yang sangat menjanjikan.
Bagaimana tidak, di kawasan ini terdapat lebih dari 1.500 industri, domestik dan multinasional seperti Jepang, China, Korea, Thailand, Singapura, Amerika Serikat, dan lain-lain yang mempekerjakan karyawan hingga manajer dari negara asal masing-masing. Keberadaan ekspatriat tersebut menjadi potensi dan nilai tambah Bekasi yang tidak dimiliki kawasan penyangga Jakarta lainnya.
Sehingga, permintaan properti untuk hunian dan fasilitas lainnya terus tumbuh signifikan. Sebagai hunian Bekasi termasuk yang ideal, karena harga properti di kawasan ini tak semahal di Jakarta. Bekasi juga di tunjang baik dari sektor transportasi, pemerintah Kota Bekasi menyediakan bus antar kota dan dalam kota yang mengangkut penumpang ke berbagai jurusan.
Kereta komuter KRL Jabotabek jurusan Bekasi-Jakarta Kota mengangkut warga kota yang bekerja di Jakarta. Selain itu tersedia pula bus pengumpan TransJakarta dari Kemang Pratama, Galaxi City, dan Harapan Indah. Dan, nantinya akan ada monorel yang menghubungkan Bekasi Timur dengan Cawang dan Kuningan.
Rendra hanggara
Semakin terbatasnya lahan di wilayah Jakarta dan terbukanya jaringan akses jalan membuat wilayah suburban menjadi incaran pengembang properti. Beberapa kawasan yang memiliki tingkat kenaikan harga tanah sangat luar biasa adalah Tangerang, Bekasi dan Depok.
Selain land bank yang masih cukup luas, tiga wilayah ini nanti akan saling terhubung melalui akses jalan bebas hambatan menuju kota Jakarta. Banyak hal lain yang membuat kota baru di seputaran kawasan penyangga Ibu Kota bisa dipilih sebagai lokasi tempat tinggal. Selain harganya masih punya nilai tambah dan naik, udara sejuk, penataan kota serta drainase yang terencana menjadi pertimbangan awal untuk melakukan eksodus.
Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk Johanes Mardjuki menyatakan, kawasan penyangga Jakarta seperti Serpong, Bekasi, dan Bogor sangat besar dalam mengembangkan bisnis properti. Sementara, kawasan Jakarta sendiri justru dinilai kecil peluang pertumbuhan propertinya, yakni hanya mencapai 5,8%.
“Kami juga melihat potensi besar bisnis properti di kota-kota besar lainnya seperti di Medan dan Balikpapan,” tuturnya. Serpong dan Bintaro menjadi dua kawasan paling potensial berkembang sebagai area hunian di kawasan penyangga di selatan Jakarta. Selain karena kedekatannya dengan Ibu Kota, kemudahan akses dengan pembukaan beberapa ruas jalan tol baru sangat berpengaruh bagi pertumbuhan industri properti di daerah tersebut.
Serpong belakangan telah menjadi kota mandiri yang terang benderang. Ada perkantoran, sentra bisnis, hypermarket, sekolah internasional, hingga pergudangan. Fasilitas hiburan, olahraga, dan kesehatan juga tersedia. Selain jalan tol, sarana penunjang pergerakan warganya komplet, ada bus dan kereta api. Mereka yang tinggal di Serpong tidak kesulitan jika ingin bergeser ke Banten, Bekasi, Jakarta, atau Bogor.
Wilayah Tangerang Selatan juga menjadi sangat penting bagi para pebisnis karena keberadaan pabrik yang pemiliknya mayoritas warga Jakarta sehingga segala macam proyek properti yang dibangun di Tangerang Selatan laku terjual seperti perumahan, ruko, restoran hingga hotel. Pertumbuhan yang cukup bagus itu juga didukung daya beli masyarakat yang cukup tinggi dan apresiasinya naik.
Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) menilai, potensi daerah satelit di daerah Tangerang cukup menjanjikan. Kawasan ini bisa menjadi alternatif investasi properti, menyusul semakin terbatasnya suplai lahan di wilayah Jakarta. Lahan untuk membangun proyek di kantong- kantong properti Jakarta, seperti SCBD dan Simatupang, semakin sulit didapat. Oleh karenanya, pertumbuhan properti akan bergeser ke kawasan penyangga Jakarta.
“Daerah satelit Jakarta berpotensi besar. Apalagi Tangerang, yang berbatasan langsung dengan Jakarta dan dekat bandara akan menjadi tempat favorit,” kata Kepala Riset JLL Anton Sitorus. Karena semakin diminati, harga tanah di kawasan Tangerang lantas membubung tinggi. Menurut data yang dihimpun, di kawasan perumahan Alam Sutera, Tangerang Selatan, misalnya, harga lahan telah mencapai Rp17 juta hingga Rp20 juta per meter persegi.
Sementara, harga properti mencapai Rp20 juta hingga Rp25 juta per meter persegi. Harga ini setara dengan harga properti, khususnya hunian vertikal kelas menengah, di wilayah Jakarta. Kondisi yang sama juga akan terjadi di Depok. Pembangunan Tol Cinere-Jagorawi akan meningkatkan harga jual properti di Depok sehingga pengembang akan menjadikan wilayah ini sebagai buruan baru untuk pengembangan bisnisnya.
Daya serap di kawasan tersebut juga cukup tinggi karena didukung oleh pusat bisnis dan perdagangan serta pusat pendidikan yang lengkap. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Hern Rizal Ghobi, Senior Research Executive Colliers International Indonesia. Dia menjelaskan, sejak tahun 2012 hingga 2014 kawasan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi menunjukkan geliat pertumbuhan hunian vertikal seperti apartemen yang signifikan, yaitu mencapai 24.000 unit.
Harga-harga unit apartemen di Tangerang, Bogor, Bekasi dan Depok terus merangkak naik setiap tahunnya. Di awal tahun 2014, Colliers International Indonesia merilis kisaran harga apartemen. Di Tangerang, harga apartemen rata-rata senilai Rp13,5 juta per meter, Depok sekitar Rp12,6 juta per meter, Bekasi di kisaran 11,5 juta per meter, dan Bogor di harga sekitar Rp10,7 juta per meter.
Sedangkan, harga tanah di Bekasi dan Depok berpotensi naik sekitar 20-30% tergantung bentuk pengembangannya. Karena harga tanah di Bekasi saat ini untuk pembangunan rumah tapak sekitar Rp5 juta per meter persegi, sedangkan Depok sekitar Rp3-5 juta per meter persegi. Menurut Ghobi, pertumbuhan apartemen di empat wilayah sekitar Jakarta itu tidak sematamata karena dorongan ekonomi, misalnya, investasi.
Namun, apartemen dibeli konsumen sebagai pilihan hunian bagi para kalangan menengah atas yang sudah jenuh dengan kondisi kemacetan di kota Jakarta. “Pilihannya adalah apartemen yang memiliki akses jalan tanpa hambatan yang langsung menuju Jakarta,” sebutnya. Daerah Bekasi memang sarat potensi sebagai pasar properti dengan pertumbuhan yang sangat menjanjikan.
Bagaimana tidak, di kawasan ini terdapat lebih dari 1.500 industri, domestik dan multinasional seperti Jepang, China, Korea, Thailand, Singapura, Amerika Serikat, dan lain-lain yang mempekerjakan karyawan hingga manajer dari negara asal masing-masing. Keberadaan ekspatriat tersebut menjadi potensi dan nilai tambah Bekasi yang tidak dimiliki kawasan penyangga Jakarta lainnya.
Sehingga, permintaan properti untuk hunian dan fasilitas lainnya terus tumbuh signifikan. Sebagai hunian Bekasi termasuk yang ideal, karena harga properti di kawasan ini tak semahal di Jakarta. Bekasi juga di tunjang baik dari sektor transportasi, pemerintah Kota Bekasi menyediakan bus antar kota dan dalam kota yang mengangkut penumpang ke berbagai jurusan.
Kereta komuter KRL Jabotabek jurusan Bekasi-Jakarta Kota mengangkut warga kota yang bekerja di Jakarta. Selain itu tersedia pula bus pengumpan TransJakarta dari Kemang Pratama, Galaxi City, dan Harapan Indah. Dan, nantinya akan ada monorel yang menghubungkan Bekasi Timur dengan Cawang dan Kuningan.
Rendra hanggara
(bbg)