Asing Dominasi Pasar Modal
A
A
A
JAKARTA - Kepemilikan saham di pasar modal masih didominasi investor asing mencapai 65% hingga kuartal IV/2014. Angka tersebut turun 1% dibandingkan pada kuartal sebelumnya.
Kendati demikian, nilai kepemilikan saham investor asing naik tipis dari Rp1.842,79 triliun menjadi Rp1.864,97 triliun. Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) Guntur Tri Hariyanto mangatakan, hal tersebut dikarenakan kesadaran dan pengetahuan mengenai investasidiIndonesiamasihsangat rendah.
“Secara umum, literasi finansial di negara kita juga masih cukup rendah. Itulah sebabnya jumlah investor saham di Indonesiamasihminim. Tercatat saat ini, dari 200 juta penduduk Indonesia hanya 500 orang yang berinvestasi, bahkan kurang dari itu,” paparnya saat dihubungi KORANSINDO kemarin.
Karena besarnya porsi asing, pasar modal Indonesia pun menjadi lebih rentan terhadap keluar masuknya modal asing sehingga risiko volatilitas harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi tinggi. “Perilaku investor menjadi sangat berpengaruh di pasar modal kita. Kita perlu meningkatkan peran serta dan jumlah investor domestik, sehingga akan semakin menyehatkan pasar modal kita,” tambahnya.
Sementara, Direktur Emco Asset Management Hans Kwee menambahkan, rendahnya investorlokalyangadadiIndonesia menjadi ancaman. “Dikhawatirkan, akan adanya capital outflow dan menyebabkan indeks mengalami koreksi dalam. Yang kedua, nilai tukar rupiah kita akan melemah, tapi ini pekerjaan rumah kita untuk menaikkan basis investor lokal,” ungkapnya. Hans melanjutkan, orang yang memiliki kelebihan dananya lebih senang menyimpan uangnya di perbankan.
“Kalau kelas menengah tersebut bisa mengalihkan dananya ke investasi pasar modal, itu mendorong investor lokal untuk mendominasi pasar modal,” jelasnya. Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor lokal lebih tertarik memiliki investasi di sektor obligasi korporasi dan sukuk.
Tercatat, komposisi kepemilikan saham oleh investor lokal sama dengan periode sebelumnya yaitu 91%. Sedangkan kepemilikan oleh investor asing hanya mencapai 9%. Sedangkan, secara nilai, kepemilikan obligasi korporasi dan sukuk meningkat dari Rp19,20 triliun menjadi Rp21,34 triliun. Pada nilai kepemilikan saham oleh investor lokal tumbuh sebesar Rp12,67 triliun, dari Rp1.014,08 triliun pada Kuartal/ III 2014 menjadi Rp1.026,75 triliun pada Kuartal/IV.
Sedangkan, total kepemilikan saham mencapai 36%, sebesar 54% pemegang efek dari investor lokal berasal dari tipe pemegang efek korporat, disusul dengan individu sebesar 16,5%. KSEI mencatat, total nilai aset yang tercatat dalam CBEST mengalami kenaikan 1,55% atau Rp48,7 triliun dari Rp3.149,34 triliun menjadi Rp3.198,07 triliun.
Total aset yang tercatat di KSEI tersebut masih didominasi oleh jenis efek saham dengan total nilai sebesar Rp2.891,73 triliun atau sekitar 90% dari total nilai aset. Direktur Utama KSEI Margeret M Tang mengatakan, salah satu faktor kenaikan total aset yang tercatatkan di KSEI karena adanya peningkatan nilai aset pada jenis efek saham sebesar Rp34,86 triliun dan medium term notes (MTN) sebesar Rp3,40 triliun.
“Kenaikan total nilai aset yang tercatat di KSEI tersebut sejalan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus meningkat sejak kuartal I hingga IV/2014,” paparnya. Sebagaicatatan, perakhirDesember2014jumlahinvestorpasar modal yang mengacu pada jumlah single investor identification (SID) mencapai 364.465 atau naik sekitar 10% dibanding awal periode tahun 2014.
Sedangkan, aksi korporasi yang didistribusikan melalui KSEI tercatat 759 aktivitas, menurun 6,4% dibandingkan periode sebelumnya. “Sebabnya, kegiatan distribusi dividen tunai dan interim mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni sekitar 68% dikarenakan sebagian besar emiten telah melakukan kegiatan tersebut pada periode kuartal/III,” jelasnya.
Arsy ani s
Kendati demikian, nilai kepemilikan saham investor asing naik tipis dari Rp1.842,79 triliun menjadi Rp1.864,97 triliun. Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) Guntur Tri Hariyanto mangatakan, hal tersebut dikarenakan kesadaran dan pengetahuan mengenai investasidiIndonesiamasihsangat rendah.
“Secara umum, literasi finansial di negara kita juga masih cukup rendah. Itulah sebabnya jumlah investor saham di Indonesiamasihminim. Tercatat saat ini, dari 200 juta penduduk Indonesia hanya 500 orang yang berinvestasi, bahkan kurang dari itu,” paparnya saat dihubungi KORANSINDO kemarin.
Karena besarnya porsi asing, pasar modal Indonesia pun menjadi lebih rentan terhadap keluar masuknya modal asing sehingga risiko volatilitas harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi tinggi. “Perilaku investor menjadi sangat berpengaruh di pasar modal kita. Kita perlu meningkatkan peran serta dan jumlah investor domestik, sehingga akan semakin menyehatkan pasar modal kita,” tambahnya.
Sementara, Direktur Emco Asset Management Hans Kwee menambahkan, rendahnya investorlokalyangadadiIndonesia menjadi ancaman. “Dikhawatirkan, akan adanya capital outflow dan menyebabkan indeks mengalami koreksi dalam. Yang kedua, nilai tukar rupiah kita akan melemah, tapi ini pekerjaan rumah kita untuk menaikkan basis investor lokal,” ungkapnya. Hans melanjutkan, orang yang memiliki kelebihan dananya lebih senang menyimpan uangnya di perbankan.
“Kalau kelas menengah tersebut bisa mengalihkan dananya ke investasi pasar modal, itu mendorong investor lokal untuk mendominasi pasar modal,” jelasnya. Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor lokal lebih tertarik memiliki investasi di sektor obligasi korporasi dan sukuk.
Tercatat, komposisi kepemilikan saham oleh investor lokal sama dengan periode sebelumnya yaitu 91%. Sedangkan kepemilikan oleh investor asing hanya mencapai 9%. Sedangkan, secara nilai, kepemilikan obligasi korporasi dan sukuk meningkat dari Rp19,20 triliun menjadi Rp21,34 triliun. Pada nilai kepemilikan saham oleh investor lokal tumbuh sebesar Rp12,67 triliun, dari Rp1.014,08 triliun pada Kuartal/ III 2014 menjadi Rp1.026,75 triliun pada Kuartal/IV.
Sedangkan, total kepemilikan saham mencapai 36%, sebesar 54% pemegang efek dari investor lokal berasal dari tipe pemegang efek korporat, disusul dengan individu sebesar 16,5%. KSEI mencatat, total nilai aset yang tercatat dalam CBEST mengalami kenaikan 1,55% atau Rp48,7 triliun dari Rp3.149,34 triliun menjadi Rp3.198,07 triliun.
Total aset yang tercatat di KSEI tersebut masih didominasi oleh jenis efek saham dengan total nilai sebesar Rp2.891,73 triliun atau sekitar 90% dari total nilai aset. Direktur Utama KSEI Margeret M Tang mengatakan, salah satu faktor kenaikan total aset yang tercatatkan di KSEI karena adanya peningkatan nilai aset pada jenis efek saham sebesar Rp34,86 triliun dan medium term notes (MTN) sebesar Rp3,40 triliun.
“Kenaikan total nilai aset yang tercatat di KSEI tersebut sejalan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus meningkat sejak kuartal I hingga IV/2014,” paparnya. Sebagaicatatan, perakhirDesember2014jumlahinvestorpasar modal yang mengacu pada jumlah single investor identification (SID) mencapai 364.465 atau naik sekitar 10% dibanding awal periode tahun 2014.
Sedangkan, aksi korporasi yang didistribusikan melalui KSEI tercatat 759 aktivitas, menurun 6,4% dibandingkan periode sebelumnya. “Sebabnya, kegiatan distribusi dividen tunai dan interim mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni sekitar 68% dikarenakan sebagian besar emiten telah melakukan kegiatan tersebut pada periode kuartal/III,” jelasnya.
Arsy ani s
(bbg)