Harga Minyak Turun, Eksplorasi Ditingkatkan

Jum'at, 16 Januari 2015 - 09:52 WIB
Harga Minyak Turun,...
Harga Minyak Turun, Eksplorasi Ditingkatkan
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan memanfaatkan kondisi harga minyak yang rendah saat ini untuk meningkatkan eksplorasi minyak dan gas bumi. Langkah tersebut dalam rangka meningkatkan produksi.

“Kondisi harga yang rendah saat ini merupakan kesempatan investasi menggenjot eksplorasi untuk meningkatkan produksi. Saat lima tahun ke depan berproduksi harga minyak naik,” ungkap Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam dalam acara Indonesia Outlook 2015 di Jakarta kemarin. Menurutnya, Pertamina telah menyiapkan dana USD2,6 miliar untuk meningkatkan eksplorasi.

Namun, dengan kondisi penurunan harga minyak, biaya produksi juga akan menurun sehingga perlu dilakukan evaluasi kembali. “Dengan peningkatan eksplorasi, kita akan membantu untuk mengurangi impor BBM. Di sisi hulu harus ditingkatkan,” kata dia. Syamsu menjelaskan, Pertamina sebagai national oil company (NOC) di Indonesia menyumbangkan 20% produksi minyaknya kepada negara.

Selebihnya ditopang oleh NOC lain di dalam negeri di atas 50%. “Kalau kita mau tambah, harus bisa mengakses di mana pun di negeri ini, tapi perlu dukungan dari pemerintah,” ucap dia. Tidak hanya akses di dalam negeri, Syamsu juga meminta dukungan pemerintah untuk meningkatkan produksinya di luar negeri seperti Aljazair, Irak, dan Serawak, Malaysia.

“Pertamina tidak mungkin bisa sendiri. Perlu support dari pemerintah,” ungkapnya. Dia menuturkan, saat ini yang menjadi fokus Pertamina adalah meningkatkan produksi 2,2 juta barel per hari (bph). Itu sesuai arahan pemerintah. “Untuk itu, Pertamina tidak hanya meningkatkan produksi di dalam negeri, tapi juga di luar negeri,” tuturnya.

Senada, Vice President Corporate Pertamina Ali Mundakir mengatakan, penurunan harga minyak berpengaruh terhadap biaya produksi seperti biaya sewa rig dan biaya lain juga mengalami penurunan. Lima tahun ke depan diharapkan sudah mendapatkan produksi hasil eksplorasi. “Maka ini diharapkan hasilnya dalam lima tahun ke depan,” ujarnya. Sementara itu, Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri juga menyatakan hal yang sama. Harga murah momentum terbaik melakukan investasi.

“Jadi kalau investasi terbaik tatkala harga murah. Kan produksi butuh lima tahun maka dapat untung saat harga naik,” ungkapnya. Sebelumnya Dewan Energi Nasional (DEN) berdasarkan rapat anggota selama dua hari terakhir mendorong pemerintah memanfaatkan penurunan harga minyak dunia dengan mulai membangun embrio cadangan energi penyangga dan operasional.

”Minimum target kita adalah menyadarkan Presiden dan kabinet untuk melakukan langkah strategis salah satunya mengimpor minyak sebanyak yang kita mampu untuk disimpan sebagai cadangan penyangga di semua kilang dan tangki yang kita punya,” tutur anggota DEN Bidang Teknologi Andang Bachtiar.

Dia menambahkan, sebelum melakukan langkah tersebut, pemerintah beserta instansi terkait perlu mendata secara rinci berapa jumlah dan kapasitas seluruh tangki untuk menimbun minyak serta menghitung jumlah dana untuk mengimpor minyak mentah tersebut. Selain itu juga perlu disusun regulasi mengenai cadangan penyangga yang selama ini belum ada.

Pemerintah perlu memulai penggunaan teknologi untuk menginjeksikan minyak mentah ke beberapa “depleted oil reservoir“ di lapangan migas terdekat dengan kilang-kilang minyak. Saat ini terdapat sepuluh kilang minyak yang dimiliki Pertamina maupun swasta yaitu kilang Dumai (kapasitas 127 MBCD), Sungai Pakning (50 MBCD), Plaju (127,3 MBCD),

Cilacap (348 MBCD), Balongan (125 MBCD), Cepu (3,8 MBCD), Tuban (100 MBCD), Balikpapan (260 MBCD), Kasim (10 MBCD), dan kilang milik PT Tri Wahana Universal (6 MBCD). Tiga kilang lain yaitu perluasan kilang Balongan (kapasitas 125 MBCD), Tuban (200 MBCD), dan TWU 2 (10 MBCD) sedang dalam proses rencana dan konstruksi.

Nanang wijayanto
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0598 seconds (0.1#10.140)