Ini Alasan RNI Garap Bisnis Properti

Jum'at, 16 Januari 2015 - 13:15 WIB
Ini Alasan RNI Garap Bisnis Properti
Ini Alasan RNI Garap Bisnis Properti
A A A
JAKARTA - Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk menjadi tempat baru bagi investasi properti dunia.

Iklim perbankan dan potensi pariwisata yang baik pada 2015 dapat menjadi momentum tonggak kebangkitan properti tanah air dan akan booming pada 2018.

Hal itu yang mendorong PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk terjun dan serius menggarap bisnis properti.

Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro mengatakan, momentum kebangkitan bisnis properti pada tahun ini didorong tiga hal yang berkaitan. Yaitu menurunnya nilai inflasi yang akan berdampak pada penurunan BI Rate atau suku bunga hasil penetapan Bank Indonesia, sehingga menyebabkan penurunan bunga KPR.

"Ini momentum dan RNI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ingin mengambil momentum itu. Saat ini, sebagai langkah awal, RNI tengah menggarap proyek pembangunan gedung perkantoran dan hotel di wilayah Jakrta Timur dan Cirebon. Proyek ini telah lanuncing tahun lalu, pembangunannya akan dimulai tahun ini," ujarnya, Jumat (16/1/2015).

Selain itu, dia berpendapat, ke depan properti Indonesia potensial untuk menjaring pembeli maupun investor asing, hal ini disebabkan tiga faktor.

Pertama, jumlah populasi Indonesia yang terbanyak keempat di dunia, maka investor asing akan berlomba-lomba merebut pasar.

Kedua, Indonesia merupakan rumah bagi lebih dari 200 suku etnis yang berarti dari segi konsumen lokal pun pasar Indonesia sangat gemuk dan bervariasi.

Ketiga, Indonesia merupakan surga bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman multikultural.

Hal itu belum ditambah aspek pariwisata Indonesia yang memiliki potensi besar, sehingga dapat menarik minat warga negara lain untuk membeli rumah sebagai tempat tinggal atau menyewa hotel atau vila sebagai tempat transit selama berwisata.

"Melihat potensi pariwisata yang belum didukung infrastruktur, maka investasi dalam sektor properti merupakan pilihan paling tepat. Selain dalam rangka pengembangan, bisnis properti yang dijalankan RNI juga sebagai upaya optimalisasi aset perusahaan yang idle," jelasnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya yang hadir sebagai keynote speech mengatakan, peluang bisnis dalam dunia pariwisata akan sangat ekonomis jika dikolaborasikan dengan bisnis properti.

Arief mengatakan, saat ini kendala infrastruktur dalam pariwisata Indonesia masih sangat besar, baru tergarap sekitar 30%. Hal ini membuka peluang besar bagi sektor properti untuk masuk.

Mengingat, lanjut dia, potensi wisatawan dunia sangat besar. Contohnya perkembangan ekonomi China mebuat negara ini memiliki outbond tourist sebanyak 100 juta.

"Maka tak heran, Maldives mengembangkan bisnis pariwisata untuk potensi pantai dan jasa pelayanan (service) dengan peluang ekonomis USD2 juta," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5252 seconds (0.1#10.140)