Harga Properti China Turun Tajam

Selasa, 20 Januari 2015 - 13:07 WIB
Harga Properti China Turun Tajam
Harga Properti China Turun Tajam
A A A
BEIJING - Harga rumah baru di China turun tajam pada Desember untuk bulan keempat berturut-turut. Ini merupakan pertanda suram untuk data pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2014 yang akan dirilis pekan ini.

Data Biro Statistik Nasional (NBS) membayangi data ekonomi yang akan dirilis hari ini. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan melemah menjadi 7,2%, level terendah sejak krisis keuangan global. Penurunan harga properti tampaknya tetap memberi tekanan pada para pembuat kebijakan untuk mengatasi penurunan tajam pada tahun ini.

Proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi China, dari 7,3% pada kuartal III/2014, berarti data satu tahun akan lebih rendah dari target pemerintah 7,5% dan menandai pertumbuhan paling lemah dalam 24 tahun. Jika data produk domestik bruto (PDB) terbukti lebih buruk dari proyeksi, beberapa analis menyatakan, Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) dapat memangkas suku bunga lebih lanjut atau mengurangi rasio wajib cadangan di bank sentral (reserve requirement ratios /RRR) untuk semua bank.

Pemangkasan RRR akan memberi kapasitas lebih besar pada perbankan untuk memberi pinjaman. Meski demikian, banyak pengamat pasar mempertanyakan apakah mereka akan meningkatkan pinjaman saat kondisi ekonomi memburuk. Dengan investasi real estat mencapai sekitar 15% dari pertumbuhan PDB China, penurunan 9% untuk konstruksi gedung baru pada 11 bulan pertama 2014 dapat mengakibatkan banyak korban.

“Kami perkirakan pertumbuhan PDB China akan terus melemah pada 2015 menjadi 6,8%, saat penurunan properti mengakibatkan terus melemahnya produksi konstruksi dan industri, serta investasi terkait,” papar Tao Wang, ekonom China di UBS, dikutip kantor berita Reuters. Pasar real estat China melemah dengan seiring dengan penurunan harga dan jumlah cadangan yang besar dalam beberapa bulan terakhir, mengurangi permintaan 40 sektor ekonomi mulai dari industri baja, semen, hingga perabotan rumah tangga.

Data NBS menunjukkan harga rumah baru pada Desember turun rata-rata 4,3% year on year (yoy) di 68 kota dari 70 kota besar yang diamati. Kendati demikian, sejumlah kebijakan di Beijing mendorong volume penjualan properti pada Desember di 70 kota besar yang mencapai level tertinggi pada 2014, naik hampir 9% dari November, menurut data NBS.

Liu Jianwei, pakar statistik di NBS menjelaskan, berbagai kebijakan terbaru, termasuk pemangkasan suku bunga dan kredit murah pada November, telah mendorong minat membeli rumah saat para pengembang meningkatkan penjualan akhir tahun. China Vanke, pengembang perumahan ternama di China, melaporkan bahwa129% peningkatan penjualan pada Desember, dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun, penjualan pada periode yang sama untuk Country Garden ukuran menengah naik 167%.

Meski demikian, Wang Jun, ekonom senior di China Centre for International Economic Exchanges, think tank yang berbasis di Beijing, menjelaskan, “Fundamental kelebihan suplai pasar properti China tidak berbuah meski penjualan membaik. Para pengembang tidak terlalu yakin pada outlook pasar properti. Itulah mengapa pertumbuhan investasi terus turun dalam beberapa bulan terakhir.

Tidak diragukan, penurunan pasar properti tetap terjadi selama 2015.” Para pengamat properti di CRIC berpendapat, suplai perumahan masih terlalu banyak meskipun ada peningkatan penjualan, dengan hanya dua kota besar dari 23 kota yang diamati, menunjukkan penurunan stok pada akhir Desember. “Di sebagian besar kota, pengurangan stok masih menjadi tugas utama untuk pasar properti lokal pada 2015,” tulis Liu Yuan, kepala riset konsultan properti Shanghai, Centaline.

Meski penurunan harga dan stok melimpah, beberapa pengembang China akan meluncurkan lebih banyak proyek perumahan pada 2015 untuk memenuhi target penjualan dan meningkatkan pangsa pasar. Risikonya jelas akan menambah stok yang saat ini telah melimpah. Sementara, saham-saham China mengalami penurunan terbesar dalam sehari, sejak krisis keuangan global, dipicu oleh rekor penurunan pada perbankan saat otoritas berupaya mengatasi spekulasi pasar yang mengakibatkan lonjakan harga saham pada akhir 2014.

Dua indeks utama turun 7,7%, penurunan terbesar sejak Juni 2008, dan nilainya sekitar USD315 miliar dari bursa saham Shanghai yang terbesar di China. Indeks CSI300 di Shanghai dan Shenzhen menjadi 3.355,16 poin dan indeks Shanghai Composite menjadi 3.116,35. Bursa saham China merupakan salah satu bursa dengan kinerja terbaik di dunia pada 2014, yang naik lebih dari 40% pada kuartal lalu.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5139 seconds (0.1#10.140)