Penjualan Semen di Palembang Masih Sepi
A
A
A
PALEMBANG - Penurunan harga BBM tidak diikuti dengan peningkatan penjualan barang strategis seperti semen. Terpantau di pasaran, penjualan semen masih cenderung sepi.
"BBM turun bukan berarti penjualan semen makin bagus, tapi malah kendur," keluh Owner Toko Suasana Indah yang berlokasi di Palembang, Rabu (28/1/2015).
Saat ini, harga semen memang sudah mengikuti kebijakan pemerintah untuk diturunkan. Namun, naik turunnya harga ini sangat memengaruhi penjualan hingga 50%, karena konsumen lebih memilih menunda pembangunan.
"Harga jual sekarang Rp60.000 per sak, turun Rp3.000 dari sebelumnya. Toko saya sendiri menjual merek Holcim dan menyediakan stok sedikit saja. Kalau ada pemesanan banyak, baru ambil pasokan ke distributor," katanya.
Adapun tren awal tahun dengan pembangunan perumahan yang memang tinggi, menurutnya juga menyurutkan penjualan bahan lain seperti keramik. Padahal tokonya menyediakan semua jenis merek keramik.
Sementara pedagang bahan bangunan di kawasan Sekanak, Pratama mengatakan, penjualan semen di tokonya memang sudah sepi sejak kenaikan BBM lalu.
Dia bahkan sengaja mengosongkan stok. Dia mengaku tidak mengambil stok dari pemasok karena takut akan merugi. Untuk harga sebelumnya dia jual seharga Rp62.000 per sak. Untung penjualan semen ini hanya sekitar Rp500 per sak.
"Konsumen juga pasti mikir dulu untuk reparasi rumah saat harga barang naik semua, kecuali mereka yang memang sedang membangun," tukasnya.
"BBM turun bukan berarti penjualan semen makin bagus, tapi malah kendur," keluh Owner Toko Suasana Indah yang berlokasi di Palembang, Rabu (28/1/2015).
Saat ini, harga semen memang sudah mengikuti kebijakan pemerintah untuk diturunkan. Namun, naik turunnya harga ini sangat memengaruhi penjualan hingga 50%, karena konsumen lebih memilih menunda pembangunan.
"Harga jual sekarang Rp60.000 per sak, turun Rp3.000 dari sebelumnya. Toko saya sendiri menjual merek Holcim dan menyediakan stok sedikit saja. Kalau ada pemesanan banyak, baru ambil pasokan ke distributor," katanya.
Adapun tren awal tahun dengan pembangunan perumahan yang memang tinggi, menurutnya juga menyurutkan penjualan bahan lain seperti keramik. Padahal tokonya menyediakan semua jenis merek keramik.
Sementara pedagang bahan bangunan di kawasan Sekanak, Pratama mengatakan, penjualan semen di tokonya memang sudah sepi sejak kenaikan BBM lalu.
Dia bahkan sengaja mengosongkan stok. Dia mengaku tidak mengambil stok dari pemasok karena takut akan merugi. Untuk harga sebelumnya dia jual seharga Rp62.000 per sak. Untung penjualan semen ini hanya sekitar Rp500 per sak.
"Konsumen juga pasti mikir dulu untuk reparasi rumah saat harga barang naik semua, kecuali mereka yang memang sedang membangun," tukasnya.
(izz)