Cintai Apa yang Dimiliki

Senin, 02 Februari 2015 - 10:44 WIB
Cintai Apa yang Dimiliki
Cintai Apa yang Dimiliki
A A A
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang sangat kaya. Tetapi, ia merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Dari hari ke hari, ia merasa hidupnya kian hampa. Repotnya, dia sendiri tak tahu apa yang menjadi penyebabnya.

Suatu pagi, ketika bangun dari tidur, raja mendengar suara seseorang bernyanyi. Karena penasaran, dia pun bergegas mendekati asal suara tersebut. Ternyata, suara itu berasal dari salah seorang pelayan kerajaan yang sedang membersihkan ruangan. Pelayan itu terlihat sangat menikmati hidupnya. Dengan penasaran sang raja bertanya, ”Wahai pelayan, rahasia apa yang engkau miliki sehingga bisa begitu bahagia?”

Pelayan itu pun menjawab, ”Tuanku raja, hamba tidak memiliki apa-apa, kecuali keluarga yangbahagiadanpenuhsyukur.” Karena merasa penasaran dengan penuturan si pelayan, sang raja pun memanggil penasihat kerajaan yang bijaksana untuk dimintai saran. Kata sang penasihat, ”Yang Mulia, saya yakin bahwa si pelayan itu belum masuk kelompok Koin 99. Untuk menjelaskannya, mohon beri hamba koin emas sejumlah 99. Nanti, koin emas ini akan hamba masukkan ke dalam tas, dan hamba letakkan di depan pintu rumah si pelayan.”

Singkat cerita, tas yang sudah berisi koin 99 keping itu kemudian diletakkan di depan rumah si pelayan. Sang raja sendiri dengan perasaan ingin tahu, ikut menantikan bagaimana kira-kira reaksi si pelayan. Pada saat si pelayan membuka pintu rumah, dia terkejut dan berteriak kegirangan karena menemukan tas besar berisi kepingan uang emas. Dengan tak sabar, si pelayan pun mulai menghitungnya.

Ternyata, hanya ada 99 keping uang emas yang berarti tidak genap 100 keping. Lalu, pelayan itu pun mencarinya ke seluruh penjuru istana. Tetapi, siasia saja karena ia tetap tidak menemukannya. Jadi, dia bertekad untuk dapat membeli satu lagi koin emas sehingga jumlah uang emasnya bisa genap menjadi 100. Karena begitu fokus akan ambisi dan pekerjaannya, berbeda dengan hari-hari sebelumnya, si pelayan tak lagi bernyanyi dan bersiul gembira.

Wajahnya terlihat begitu serius dan murung. Terlihat perubahan yang sangat drastis dalam diri si pelayan. Penasihat pun menjelaskan ini kepada raja, ”Tuanku, itu artinya, pelayan itu telah bergabung dengan kelompok Koin 99 yaitu mereka yang memiliki banyak hal, tetapi merasa tidak bahagia. Mereka fokus bekerja untuk mengejar satu koin lagi supaya genap menjadi 100.

Celakanya, dalam mengejar satu koin ini, mereka lupa pada ihwal lain. Mereka kekurangan waktu tidur, kekurangan waktu untuk keluarga, untuk lingkungan, serta kekurangan waktu untuk kebahagiaan mereka sendiri. Terkadang, dalam mengejar satu koin emas ini, mereka rela mencelakai orang lain. Itulah yang hamba maksud dengan istilah Koin 99, Yang Mulia.” ”Wahai engkau penasihat yang bijak, sekarang aku memahami maksudmu,” jawab sang raja. ”Mulai sekarang kuputuskan untuk menghargai setiap apa pun yang aku miliki.”

The Cup of Wisdom

Sebagaimana si pelayan dalam cerita tadi, tanpa kita sadari, kita pun sering terfokus hanya pada ”satu koin” yang kurang, tanpa bersyukur sungguh- sungguh pada ”99 koin” yang sudah kita punya. Padahal kita semua tahu, ada ihwal yang tak ternilai harganya. Misalnya kesehatan, teman, sanak-saudara, bahkan keluarga.

Kalau toh seandainya ada salah satu dari ihwal tersebut tidak kita miliki, setidaknya kita masih memiliki umur dan waktu. Mari, mengembangkan dan menjalankan semua aktivitas dengan modal rasa syukur dan bahagia sehingga di sepanjang jalan kita bisa selalu ringan tangan berbagi kebahagiaan kepada sesama, terutama keluarga. Salam sukses, luar biasa!

Andrie Wongso
A Cup of Wisdom Motifation & Inspiration
andriewongso.com
@andriewongso
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0571 seconds (0.1#10.140)