Optimistis Pasar Produk Susu Terus Tumbuh

Kamis, 05 Februari 2015 - 12:37 WIB
Optimistis Pasar Produk Susu Terus Tumbuh
Optimistis Pasar Produk Susu Terus Tumbuh
A A A
Industri susu pada 2014 ikut terimbas kondisi perekonomian global yang kurang kondusif. Meski demikian, perusahaan gizi berbasis susu, Royal FrieslandCampina N.V (FrieslandCampina), optimistis pasar produk susu ke depan akan terus tumbuh.

PT Frisian Flag Indonesia (PT FFI) yang merupakan anak usaha FrieslandCampina hampir seabad hadir di Tanah Air. Tak heran Indonesia menjadi kontributor ketiga terbesar bagi bisnis FrieslandCampina.

Saat berkunjung ke Jakarta beberapa waktu lalu Chairman of Global Dairy Platform FrieslandCampina Cees ‘t Hart mengemukakan strategi yang dijalankan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan termasuk upaya mendongkrak produktivitas susu di tingkat peternak dan konsumsi susu di Indonesia. Berikut petikan wawancara KORAN SINDOdengan Cees ‘t Hart yang didampingi Presiden Direktur PT FFI Marco Spits:

Bisa diceritakan sekilas tentang FrieslandCampina?

Kami merupakan perusahaan global dan multinasional yang dimiliki oleh Zuivelcoöperatie FrieslandCampina U.A, koperasi susu dengan 140 tahun pengalaman dan beranggotakan lebih dari 19.000 peternak dari Belanda, Jerman, dan Belgia. FrieslandCampina merupakan satu dari tiga besar perusahaan koperasi terbesar di dunia dengan total pendapatan mencapai 11,4 miliar euro pada 2013 dan memproses susu sebanyak 10,6 miliar ton. Kami hadir di 30 negara dan telah mempekerjakan lebih dari 20.000 orang.

Bagaimana Anda melihat potensi bisnis ini ke depan?

Potensi untuk dairy product (produk berbahan dasar susu) di dunia ini besar. Ada tiga kondisi atau tantangan utama. Pertama, populasi dunia akan tumbuh berlipat menjadi 7–10 miliar orang. Dibutuhkan makanan dan nutrisi yang cukup untuk memberi makan orang sebanyak itu.

Untuk memproduksi makanan atau susu, dibutuhkan lebih banyak petani dan peternak, karena itu harus ada regenerasi. Ini membawa kami pada tantangan kedua yaitu mengedukasi peternak dan membantu mereka mengembangkan bisnis melalui peningkatan produksi susu. Tantangan berikutnya adalah keterbatasan lahan, air, dan energi, yang kami coba jawab melalui proses produksi susu berprotein tinggi yang efisien dan minimal dampaknya terhadap lingkungan.

Proyeksi Anda terkait pertumbuhan pasar produk susu?

Dengan penambahan populasi dan peningkatan kebutuhan protein, kami memperkirakan pasar dairyproduct secara global akan tumbuh 2–2,5% dalam beberapa tahun ke depan hingga 2025. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan permintaan susu, mungkin kita harus meningkatkan volume menjadi 25 miliar kg susu dalam lima tahun.

Bagaimana dengan tahun ini?

Dalam jangka panjang kami sangat optimistis dengan pengembangan pasar produk dairy, tapi dalam jangka pendek kita memang dihadapkan sejumlah tantangan. Antara lain, berakhirnya kuota susu di Eropa, faktor cuaca, dan isu nilai tukar. Ini menyebabkan pasar naik-turun, terutama pada pasar yang harus mencapai keseimbangan baru setelah berakhirnya kuota susu di Eropa. Jadi, kemungkinan dalam enam bulan pertama akan sedikit berat dan perlu penyesuaian.

Apakah kondisi ini juga imbas dari kondisi tahun sebelumnya?

Tahun 2014 secara umum saya rasa merupakan tahun yang sulit untuk bisnis dikarenakan beberapa hal seperti isu nilai tukar mata uang dan pelarangan impor oleh Rusia.

Bagaimana halnya dengan kontribusi penjualan di pasar Indonesia?

Indonesia merupakan salah satu dari tiga besar setelah China dan Nigeria. Seperti yang Anda ketahui, anak usaha kami PT FFI sudah beroperasi di sini sejak 1922. Kami tidak mengejar penjualan atau keuntungan jangka pendek, kami hadir untuk tujuan jangka panjang. Tapi, tentunya kami ingin terus meningkatkan volume penjualan dan konsumsi produk kami di kalangan rumah tangga Indonesia. Sebagian hasil penjualan pun nantinya akan dikembalikan lagi kepada peternak susu lokal melalui sejumlah program.

Program apa yang digulirkan untuk membantu peternak di Indonesia?

Kami punya program untuk membantu peternak sapi perah lokal yang memproduksi setidaknya 11–12 liter susu per hari per ekor sapi. Angka tersebut memang jauh dibanding di Belanda yang produktivitas susunya mencapai 28–29 liter per hari per ekor sapi. Karena itu, digulirkan program farmers for farmersuntuk membantu peternak Indonesia meningkatkan produksi susu. Kesuksesan program ini akan bisa mendorong minat anak-anak muda untuk berbisnis ternak sapi perah.

Apa tantangan terberat yang dihadapi di Indonesia?

Kami melihat adanya volatilitas di pasar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di kisaran 5%, selain itu inflasi masih tinggi. Kondisi ini menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Di sisi lain, produksi susu kami di Indonesia bahan bakunya baru 20% yang berasal dari lokal, sisanya diimpor. Artinya, sangat tergantung pada dolar.

Kondisi pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar menyulitkan kami, dan mau tidak mau kami harus memperhitungkannya juga ke harga jual konsumen. Tapi, kalau berpandangan jauh ke depan, saya yakin pasar Indonesia akan tumbuh apalagi konsumsi susu per kapita masih rendah.

Ada rencana investasi baru di tahun ini?

Secara total FrieslandCampina dalam empat tahun terakhir sudah berinvestasi senilai 2,5 miliar euro. Alokasinya antara lain untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan produktivitas peternak, dan infrastruktur untuk memperkuat dairy food. Kami juga memastikan akan tetap berinvestasi di pasar Indonesia karena kami ingin tumbuh di sini.

FrieslandCampina menjalin kerja sama patungan (joint venture) dengan Huishan Dairy Holdings Company Ltd di China. Sejauh mana perkembangannya?

Hal yang menarik bahwa kami tumbuh cepat di China, tapi susu yang digunakan atau diperdagangkan untuk pasar China semuanya diimpor dari Belanda. Oleh karena itu, kerja sama kami dengan Huisan merupakan kesempatan untuk membangun pasar masa depan di China dengan mitra lokal. Kami berpikir Friesland Campina akan mendekatkan ke pasar lokal tidak hanya melalui pasar tapi juga dari sisi perusahaan.

Inda susanti
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3387 seconds (0.1#10.140)