Serikat Pekerja BNI Tolak Rencana Merger

Jum'at, 06 Februari 2015 - 18:32 WIB
Serikat Pekerja BNI...
Serikat Pekerja BNI Tolak Rencana Merger
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Pekerja PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Agus Setia Permana mengatakan, wacana merger dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kontraproduktif dengan kinerja baik perseroan saat ini.

Bahkan, lanjut Agus, dikhawatirkan pernyataan seperti ini dapat melemahkan semangat kerja karyawan perseroan.

"Kami sangat menyayangkan wacana seperti ini. Ini dapat menurunkan performa karyawan, sehingga dapat merugikan semuanya," ujar dia di Jakarta, Jumat (6/2/2015).

Pihaknya secara tegas menolak rencana merger antara bank-bank BUMN. Aksi merger antar bank BUMN harus dilakukan melalui kajian mendalam dari seluruh stakeholder, termasuk melibatkan Serikat Pekerja.

Hal ini tidak terlepas dari biaya yang akan dikeluarkan seperti biaya pesangon, biaya perizinan dan biaya-biaya overhead lainnya. Dia menilai, merger tidak selalu menciptakan efisiensi walaupun terjadi peningkatan nilai aset setelah merger.

"Namun, pangsa pasar bank hasil merger dapat dimungkinkan menyusut mengingat akan terjadinya penyesuaian pada jaringan bisnis bank yang membutuhkan waktu, tenaga, dan perizinan," terangnya.

Selain itu, proses merger memakan waktu yang cukup lama karena masing-masing pihak perlu melakukan konsolidasi, negosiasi baik terkait aspek permodalan, human resources, asset management maupun aspek legal lainnya.

"Tanpa mengecilkan arti pentingnya merger antara bank-bank BUMN, namun keberadaan BNI tetap dibutuhkan bangsa Indonesia sebagai salah satu aset anak negeri yang orisinil, historis dan tangguh," kata Agus.

Rapat kerja nasional (Rakernas) kali ini mengangkat tema "Kembali ke Swadharma Bhakti Nagara". Tema ini merupakan spirit dan jati diri perusahaan bahwa BNI merupakan bank yang melangkah ke masa depan tanpa mengabaikan kearifan masa lalu.

Dia mengaku Rakernas ini diadakan di tengah-tengah wacana merger antara bank-bank BUMN dan persiapan bangsa Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Tren ini akan berpengaruh pada persaingan antara lembaga perbankan di dalam negeri dan ASEAN.

Arus liberalisasi dan persaingan bebas mengingatkan kembali memori panjang BNI sebagai salah satu bank BUMN yang tangguh dalam menghadapi kerasnya persaingan.

Hal ini pernah dialami BNI dimulai pada saat krisis moneter menghantam Indonesia pada 1998 dan krisis subprime mortgage 2008 dengan bangkrutnya Lehman Brothers.

"Semua perjalanan tersebut menjadikan BNI bank BUMN yang matang dan kokoh dalam menghadapi krisis global dan perubahan dunia," ujarnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1082 seconds (0.1#10.140)