IMF Desak G-20 Dorong Pertumbuhan

Minggu, 08 Februari 2015 - 10:29 WIB
IMF Desak G-20 Dorong Pertumbuhan
IMF Desak G-20 Dorong Pertumbuhan
A A A
WASHINGTON - Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mendesak negara-negara Group 20 untuk memenuhi janji mendorong pertumbuhan ekonomi global.

Menjelang rapat para menteri keuangan G-20 di Istanbul pekan depan, Lagarde menyatakan, mereka perlu mengimplementasikan komitmen para pemimpin G20 pada konferensi tingkat tinggi (KTT) November di Brisbane untuk mendorong pertumbuhan, menambah lebih dari USD2 triliun pada ekonomi global dan jutaan lapangan kerja baru selama empat tahun mendatang.

”Tanpa aksi, kita dapat melihat supertanker ekonomi global terus terjebak dalam perairan dangkal pinggiran pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja yang minim,” papar Lagarde dalam blog di website IMF, dikutip kantor berita AFP. Negara-negara industri G- 20 yang mencakup lebih dari 80% ekonomi global menugaskan IMF mengawasi penerapan strategi pertumbuhan.

Turki memegang rotasi kepresidenan G-20 pada Desember lalu. Menurut Lagarde, rapat para menteri keuangan G-20 pada pekan depan harus membahas reformasi struktural di tengah berbagai risiko global mulai dari beragam kebijakan bank sentral, pengetatan moneter oleh Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/Fed), serta lemahnya pertumbuhan dan inflasi di zona euro serta Jepang.

”Kita memerlukan dorongan kuat untuk reformasi struktural di berbagai bidang seperti perdagangan, pendidikan, kesehatan, jaring pengaman sosial, tenaga kerja, dan pasar produk, serta infrastruktur yang efisien,” katanya. Meskipun ekonomi global mungkin terbantu dari penurunan harga minyak dan relatif kuatnya pertumbuhan ekonomi AS, Lagarde menjelaskan, dukungan Fed untuk pemulihan AS, walaupun dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan guncangan besar di pasar keuangan.

Lagarde menjelaskan, penguatan dolar menciptakan risiko khusus untuk negara-negara berkembang, di mana perbankan dan perusahaan meningkatkan pinjaman dalam dolar selama lima tahun lalu. Risiko selanjutnya bagi ekonomi global ialah kemungkinan zona euro dan Jepang dapat terperangkap dalam zona pertumbuhan rendah dan inflasi rendah untuk periode lama.

”Kondisi rendah-rendah ini akan meningkatkan risiko resesi dan deflasi karena mereka akan menyulitkan banyak negara mengurangi tingkat pengangguran yang tinggi dan utang yang tinggi,” papar Lagarde. Sejumlah negara juga telah mengambil beberapa langkah untuk mendorong perekonomian. Awal bulan ini, Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) menurunkan suku bunga hingga 25 basis poin mencapai rekor baru terendah menjadi 2,25%.

Langkah ini diambil setelah satu setengah tahun menunda penurunan suku bunga yang diterapkan demi mendorong pertumbuhan. RBA menyatakan, ekonomi tumbuh di bawah tren dan inflasi rendah. Adapun, pengangguran meningkat pada tahun lalu dan diperkirakan terus bertambah besar.

Dolar Australia turun menjadi USD76,59 sen dari sekitar USD78 sen sebelum pengumuman. Indeks saham S&P/ASX 200 naik pada perdagangan siang dan ditutup menguat 1,46%. ”Para rapat hari ini, mempertimbangkan informasi terbaru dan proyeksi terkini, kami melakukan pengurangan lebih lanjut pada suku bunga. Langkah ini diperkirakan menambah dorongan untuk permintaan, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan berkelanjutan dan inflasi konsisten sesuai target,” ungkap Gubernur RBA Glenn Stevens.

Menteri Keuangan Australia Joe Hockey mendukung pemangkasan suku bunga dan bank sentral memiliki ruang untuk langkah selanjutnya, khususnya saat turunnya harga minyak dunia yang membuat harga bahan bakar lebih murah, meredam inflasi.

”Ini berita bagus bagi Australia. Ini akan membantu perekonomian Australia. Ini membantu menciptakan lebih banyak lapangan kerja karena bisnis mampu membayar lebih murah untuk utang mereka saat konsumen membayar lebih sedikit untuk utang mereka dan orang dengan kredit perumahan dapat membayar lebih sedikit,” ungkap Hockey yang menambahkan, pemangkasan suku bunga oleh RBA ini merupakan yang pertama dilakukan sejak Agustus 2013.

Analis menyatakan, pemangkasan suku bunga dapat mengakibatkan kenaikan harga rumah karena kredit perumahan menjadi lebih terjangkau. Meski demikian, RBA menyatakan pihaknya bekerja sama dengan regulator lainnya untuk melakukan penilaian dan mengurangi risiko ekonomi yang dapat terjadi akibat gejolak di pasar perumahan.

Bank sentral telah mendapat berbagai tekanan untuk memangkas suku bunga saat pertumbuhan ekonomi tetap lemah dan saat penurunan harga komoditas utama seperti bijih besi yang menekan pendapatan pemerintah.

Data pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang lebih lemah pada Desember menunjukkan ekonomi hanya tumbuh 0,3% pada kuartal III/2014 sehingga tingkat pertumbuhan tahunan di bawah tren 2,7%.

Syarifudin
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3539 seconds (0.1#10.140)