Kredit Perbankan Tetap Tumbuh
A
A
A
JAKARTA - Penyaluran kredit perbankan hingga akhir tahun 2014 tetap tumbuh meski kondisi makroekonomi Indonesia mengalami perlambatan. PT Bank Internasional Indonesia Tbk mencatat pertumbuhan kredit sebesar 4,2% menjadi Rp106,3 triliun hingga akhir 2014 dari Rp102,0 triliun per 31 Desember 2013.
”Meski menghadapi perekonomian yang penuh tantangan, sejumlah bisnis unggulan kami menunjukkan peningkatan, tecermin dari pertumbuhan pendapatan bunga kotor sebesar 23%. Perbankan ritel dan perbankan bisnis kami terus menunjukkan perkembangan yang positif sementara kami juga mengelola eksposur korporasi pada beberapa industri yang terdampak kondisi pasar saat ini dan fokus untuk me-lakukan re-profiling portofolio kami,” ujar Presiden Direktur BII, Taswin Zakaria dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Taswin mengungkapkan, kredit perbankan ritel mencatat pertumbuhan 15,7% dari Rp35,8 triliun menjadi Rp41,5 triliun, kredit perbankan bisnis meningkat sebesar 15,5% dari Rp35,3 triliun menjadi Rp40,8 triliun. Namun, total pertumbuhan kredit Bank dipengaruhi oleh menurunnya portofolio perbankan global sebesar 22,2% menjadi Rp24,0 triliun per Desember 2014 dari Rp30,9 triliun per Desember 2013.
Di perbankan bisnis, lanjut dia, portofolio kredit usaha kecil dan menengah (UKM) mencatat pertumbuhan 19,0% dari Rp13,8 triliun per Desember 2013 menjadi Rp16,4 triliun per Desember 2014 dengan kualitas aset yang baik. Taswin juga mengungkapkan, perbankan ritel mencatat kinerja meningkat sepanjang 2014.
Portofolio KPR tumbuh 20,4% disertai dengan kualitas aset yang baik, sementara kredit tanpa jaminan meningkat 27,9% dengan kartu kredit meningkat 9,9% dan kredit tanpa agunan sebesar 89,4%. Perbankan elektronik juga telah menunjukkan perkembangan yang pesat sejalan dengan transaksi elektronik bank yang terus tumbuh. Saat ini lebih dari 82,4% transaksi ritel menggunakan saluran elektronik bank.
Dia juga menjelaskan, laba operasional perseroan sebelum provisi mencapai Rp2,87 triliun hingga akhir 2014, meningkat dibandingkan 2013 sebesar Rp2,90 triliun. ”Sementara, laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp699 miliar per Desember 2014 dibandingkan dengan Rp1,5 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Lebih tingginya provisi untuk beberapa nasabah korporasi di industri tertentu yang sangat terdampak oleh kondisi pasar dan meningkatnya biaya dana,” katanya. Sementara, PT Bank CIMB Niaga Tbk mencatat penyaluran kredit hingga akhir 2014 senilai Rp176,4 triliun atau tumbuh 12,4% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp156,9 triliun.
Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, dari total kredit tersebut, semua segmen mencatatkan pertumbuhan yang positif. Kredit di segmen korporasi tumbuh 26,2% menjadi Rp55,4 triliun, kredit small medium micro enterprise (SMME) naik 12,2% menjadi Rp34,9 triliun, sementara kredit perbankan komersial tumbuh 5,7% YoY menjadi Rp36,1 triliun.
”Adapun, kredit di segmen konsumer mengalami pertumbuhan sebesar 4,4% YoY menjadi Rp50,0 triliun,” katanya dalam keterangan tertulisnya kemarin. Sejumlah segmen bisnis di kredit konsumer, lanjut Arwin, mampu mencatatkan pertumbuhan yang menggembirakan.
Personal loan tumbuh sebesar 37,3% menjadi Rp2,2 triliun, sedangkan kartu kredit naik 29,2% menjadi Rp5,3 triliun. Jumlah kartu kredit mencapai 1,8 juta, tumbuh 11,4%. Adapun Micro Finance yang merupakan bagian dari kredit SMME, berhasil tumbuh 27,1% menjadi Rp3,0 triliun di akhir tahun 2014.
Dari sisi laba bersih, lanjut dia, perseroan mencatat Rp2,3 triliun mengalami penurunan sebesar 46,5% dibanding tahun sebelumnya Rp4,3 triliun, dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 5,6% menjadi Rp10,7 triliun. Perolehan laba bersih ini menghasilkan earning per share (EPS) sebesar Rp93,2.
Hatim varabi
”Meski menghadapi perekonomian yang penuh tantangan, sejumlah bisnis unggulan kami menunjukkan peningkatan, tecermin dari pertumbuhan pendapatan bunga kotor sebesar 23%. Perbankan ritel dan perbankan bisnis kami terus menunjukkan perkembangan yang positif sementara kami juga mengelola eksposur korporasi pada beberapa industri yang terdampak kondisi pasar saat ini dan fokus untuk me-lakukan re-profiling portofolio kami,” ujar Presiden Direktur BII, Taswin Zakaria dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Taswin mengungkapkan, kredit perbankan ritel mencatat pertumbuhan 15,7% dari Rp35,8 triliun menjadi Rp41,5 triliun, kredit perbankan bisnis meningkat sebesar 15,5% dari Rp35,3 triliun menjadi Rp40,8 triliun. Namun, total pertumbuhan kredit Bank dipengaruhi oleh menurunnya portofolio perbankan global sebesar 22,2% menjadi Rp24,0 triliun per Desember 2014 dari Rp30,9 triliun per Desember 2013.
Di perbankan bisnis, lanjut dia, portofolio kredit usaha kecil dan menengah (UKM) mencatat pertumbuhan 19,0% dari Rp13,8 triliun per Desember 2013 menjadi Rp16,4 triliun per Desember 2014 dengan kualitas aset yang baik. Taswin juga mengungkapkan, perbankan ritel mencatat kinerja meningkat sepanjang 2014.
Portofolio KPR tumbuh 20,4% disertai dengan kualitas aset yang baik, sementara kredit tanpa jaminan meningkat 27,9% dengan kartu kredit meningkat 9,9% dan kredit tanpa agunan sebesar 89,4%. Perbankan elektronik juga telah menunjukkan perkembangan yang pesat sejalan dengan transaksi elektronik bank yang terus tumbuh. Saat ini lebih dari 82,4% transaksi ritel menggunakan saluran elektronik bank.
Dia juga menjelaskan, laba operasional perseroan sebelum provisi mencapai Rp2,87 triliun hingga akhir 2014, meningkat dibandingkan 2013 sebesar Rp2,90 triliun. ”Sementara, laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp699 miliar per Desember 2014 dibandingkan dengan Rp1,5 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Lebih tingginya provisi untuk beberapa nasabah korporasi di industri tertentu yang sangat terdampak oleh kondisi pasar dan meningkatnya biaya dana,” katanya. Sementara, PT Bank CIMB Niaga Tbk mencatat penyaluran kredit hingga akhir 2014 senilai Rp176,4 triliun atau tumbuh 12,4% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp156,9 triliun.
Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, dari total kredit tersebut, semua segmen mencatatkan pertumbuhan yang positif. Kredit di segmen korporasi tumbuh 26,2% menjadi Rp55,4 triliun, kredit small medium micro enterprise (SMME) naik 12,2% menjadi Rp34,9 triliun, sementara kredit perbankan komersial tumbuh 5,7% YoY menjadi Rp36,1 triliun.
”Adapun, kredit di segmen konsumer mengalami pertumbuhan sebesar 4,4% YoY menjadi Rp50,0 triliun,” katanya dalam keterangan tertulisnya kemarin. Sejumlah segmen bisnis di kredit konsumer, lanjut Arwin, mampu mencatatkan pertumbuhan yang menggembirakan.
Personal loan tumbuh sebesar 37,3% menjadi Rp2,2 triliun, sedangkan kartu kredit naik 29,2% menjadi Rp5,3 triliun. Jumlah kartu kredit mencapai 1,8 juta, tumbuh 11,4%. Adapun Micro Finance yang merupakan bagian dari kredit SMME, berhasil tumbuh 27,1% menjadi Rp3,0 triliun di akhir tahun 2014.
Dari sisi laba bersih, lanjut dia, perseroan mencatat Rp2,3 triliun mengalami penurunan sebesar 46,5% dibanding tahun sebelumnya Rp4,3 triliun, dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 5,6% menjadi Rp10,7 triliun. Perolehan laba bersih ini menghasilkan earning per share (EPS) sebesar Rp93,2.
Hatim varabi
(bbg)