OJK: 17 Bank Segera Buka Branchless Banking
A
A
A
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, sebanyak 17 bank segera meluncurkan program laku pandai atau branchless banking untuk mendukung inklusi keuangan masyarakat.
"Kami akan memperluas layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking), termasuk mensinergikan layanan keuangan digital sesuai RBB (Rencana Bisnis Bank). 17 bank segera mengikuti brancleess banking, dengan 35 ribu agen baru yang menjadi partner bank di tengah masyarakat," katanya di Gedung BI, Jakarta, Senin (16/2/2015).
Muliaman mengatakan, pada survei yang dilakukan 2013, tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah dengan tingkat indeks 59,74%. Rendahnya inklusi keuangan masyarakat di Indonesia lantaran literasi keuangan yang dangkal sebesar 21,84%. Untuk itu, perlu dibuka lembaga-lembaga keuangan untuk meningkatkan literasi masyarakat tersebut.
Selain itu, OJK juga mendorong produk dan layanan keuangan yang bersifat mikro sesuai kebutuhan masyarakat. "Kami telah meluncurkan keuangan mikro bagi TKI, nelayan, dan sebagainya. Karena bersifat mikro maka lebih sederhana dan mudah dipahami," tambahnya.
Ke depan, pihaknya mengajak rekan-rekan industri keuangan, agar jasa mikro bisa sesuai masyarakat dengan adanya layanan mikro terpadu, sederhana, cepat, akses mudah, dengan harga terjangkau.
"Melalui layanan ini, basic saving account atau tabungan tanpa biaya administrasi. Selain itu kita dorong asuransi mikro dan produk-produk investasi. Misal jika masyarakat di pedesaan ada uang sedikit dan ingin investasi maka kita salurkan produk-produk mikro yang bermanfaa dengan melalui konsultasi keuangan," terang Muliaman.
"Kami akan memperluas layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking), termasuk mensinergikan layanan keuangan digital sesuai RBB (Rencana Bisnis Bank). 17 bank segera mengikuti brancleess banking, dengan 35 ribu agen baru yang menjadi partner bank di tengah masyarakat," katanya di Gedung BI, Jakarta, Senin (16/2/2015).
Muliaman mengatakan, pada survei yang dilakukan 2013, tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah dengan tingkat indeks 59,74%. Rendahnya inklusi keuangan masyarakat di Indonesia lantaran literasi keuangan yang dangkal sebesar 21,84%. Untuk itu, perlu dibuka lembaga-lembaga keuangan untuk meningkatkan literasi masyarakat tersebut.
Selain itu, OJK juga mendorong produk dan layanan keuangan yang bersifat mikro sesuai kebutuhan masyarakat. "Kami telah meluncurkan keuangan mikro bagi TKI, nelayan, dan sebagainya. Karena bersifat mikro maka lebih sederhana dan mudah dipahami," tambahnya.
Ke depan, pihaknya mengajak rekan-rekan industri keuangan, agar jasa mikro bisa sesuai masyarakat dengan adanya layanan mikro terpadu, sederhana, cepat, akses mudah, dengan harga terjangkau.
"Melalui layanan ini, basic saving account atau tabungan tanpa biaya administrasi. Selain itu kita dorong asuransi mikro dan produk-produk investasi. Misal jika masyarakat di pedesaan ada uang sedikit dan ingin investasi maka kita salurkan produk-produk mikro yang bermanfaa dengan melalui konsultasi keuangan," terang Muliaman.
(izz)