Petani Keluhkan Harga Karet Mentah

Rabu, 18 Februari 2015 - 22:29 WIB
Petani Keluhkan Harga...
Petani Keluhkan Harga Karet Mentah
A A A
SAMBAS - Petani karet mengeluhkan harga karet mentah tidak mengalami kenaikan hingga dua tahun terakhir, bahkan dinilai semakin menurun. Ini diungkapkan para petani karet di Desa Kartiasa Dusun Simpang Kabupaten Sambas.

Satu di antara petani karet, Buntat (55) mengakui bahwa harga karet basah hanya mencapai Rp4.500 per kg. Hal itu tidak sebanding dengan yang diharapkan para penoreh getah basah ini.

"Harga getah cuma 4.500 per kg, sehari tergantung cuaca dapat berapa kilonya, kalau cuaca panas bisa kita kerja, tapi kalau hujan tak bisa sama sekali bekerja. Kami minta pemerintah terhadap harga jual karet ini bisa lebih diperhatikan lagi," ujarnya, Rabu (18/2/2015).

Menurutnya, selain pendapatan yang tidak menentu karena pengaruh cuaca, namun hasil toreh getahnya dibagi tiga dengan rekan dan pemilik kebun, serta dirinya bersama rekannya sehari menoreh sebanyak 200 pohon karet setiap hari.

"Misalkan hari bagus tak hujan dalam seminggu bisa mencapai 5-6 kilo getah basah. Misalkan dari harga per kilo Rp4.500 dikalikan lima, kami terima uang Rp22.500, itupun kita bagi hasil dengan pemilik kebun dan kawan noreh. Jadi, kami dapat Rp7.500 seminggunya, dan dari 200 pohon karet sehari cuma dapat sekilo saja, itupun untung-untungan," tutur dia.

Selain itu, jika harga karet naik hanya Rp300-Rp400, seperti sebelumnya pernah menjadi naik Rp4.800 per kg. Jika harga karet tidak mengalami perubahan maka kebutuhan hidup sulit terpenuhi.

"Sekarang musim hujan sudah hampir sebulan ini saya tidak bisa pergi ke kebun, jadi tidak bisa yang diandalkan lagi dapat uang untuk makan, hanya dibantu suami yang bekerja sebagai tukang ojek yang sama penghasilannya tidak tentu," kata Buntat.

Hal senada juga diungkapkan penoreh karet, Malim (57) yang hanya bisa menoreh getah basah, lantaran untuk mencapai getah yang sudah kering membutuhkan waktu yang lama, dan itupun tidak sebanding untuk menghidupi keperluan asap dapurnya setiap hari.

"Sudah tua, sudah tak sanggup kerja lain, apalagi di kampung, sebelumnya saya berladang milik orang, tapi sekarang ladang sudah dijual untuk kebun sawit. Sekarang saya beralih jadi petani karet, tapi harga karet ini juga jauh tidak sesuai yang diharapkan karena harganya murah," terang Malim.

Dia membeberkan, untuk mencapai getah kering tersebut membutuhkan proses cukup lama, sehingga mencapai harga yang bisa dijual kepada penampung hanya sebesar Rp9.500 per kg. Namun dengan faktor keadaan yang sangat terdesak dia hanya bisa mengumpulkan getah basah yang baru ditorehnya di kebun milik orang lain.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0576 seconds (0.1#10.140)