Pertumbuhan Maskapai Tak Seiring SDM dan Infrastruktur
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Penerbangan Chappy Hakim menjelaskan, bahwa pertumbuhan industri maskapai yang masif saat ini tidak diimbangi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan infrastruktur yang memadai.
Chappy mengharapkan agar mempersempit kesenjangan antara pertumbuhan dan dua hal tersebut. Setelah adanya booming maskapai, terjadi pertumbuhan yang fantastis tetapi kekurangan SDM seperti pilot dan teknisi.
"Masih kurang, tertinggal, dan juga infrastruktur. Kendala delay salah satu sebabnya, contoh di Bandara Soekarno Hatta designnya hanya mampu 22 juta penumpang per tahun. Design sekarang malah 66 juta. Membuat satu kesenjangan kekurangan infrastruktur, membuat amburadul," ujarnya di Menteng, Jakarta, Sabtu (21/2/2015).
Hal ini menurutnya merupakan tantangan besar. Bagaimana semua pihak dapat mempersempit kesenjangan yang berlangsung agar tak terlalu jauh.
"Kita punya kesenjangan jauh. Maskapai dan jumlah pesawat tidak seimbang. Lalu infrastruktur, kita salah menikmati pertumbuhan maskapai. Bukan berarti pertumbuhan maskapai berarti perekonomian bagus," jelas dia.
Terlihat dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan jasa pesawat terbang. Menurut Chappy, ini bisa fatal kalau tidak membangun disiplin yang tanpa kompromi. Serta adanya continues monitoring (pengawasan berkelanjutan).
"Setelah menikmati itu, yang terjadi banyak kecelakaan. Dipertanyakan International Civil Aviation Organization (ICAO). Ada lebih dari 120 item yang tidak sesuai dengan regulasi keselamatan penerbangan internasional. Dengan kata lain kita penuhi syarat terjadinya kecelakaan," pungkas Chappy.
Chappy mengharapkan agar mempersempit kesenjangan antara pertumbuhan dan dua hal tersebut. Setelah adanya booming maskapai, terjadi pertumbuhan yang fantastis tetapi kekurangan SDM seperti pilot dan teknisi.
"Masih kurang, tertinggal, dan juga infrastruktur. Kendala delay salah satu sebabnya, contoh di Bandara Soekarno Hatta designnya hanya mampu 22 juta penumpang per tahun. Design sekarang malah 66 juta. Membuat satu kesenjangan kekurangan infrastruktur, membuat amburadul," ujarnya di Menteng, Jakarta, Sabtu (21/2/2015).
Hal ini menurutnya merupakan tantangan besar. Bagaimana semua pihak dapat mempersempit kesenjangan yang berlangsung agar tak terlalu jauh.
"Kita punya kesenjangan jauh. Maskapai dan jumlah pesawat tidak seimbang. Lalu infrastruktur, kita salah menikmati pertumbuhan maskapai. Bukan berarti pertumbuhan maskapai berarti perekonomian bagus," jelas dia.
Terlihat dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan jasa pesawat terbang. Menurut Chappy, ini bisa fatal kalau tidak membangun disiplin yang tanpa kompromi. Serta adanya continues monitoring (pengawasan berkelanjutan).
"Setelah menikmati itu, yang terjadi banyak kecelakaan. Dipertanyakan International Civil Aviation Organization (ICAO). Ada lebih dari 120 item yang tidak sesuai dengan regulasi keselamatan penerbangan internasional. Dengan kata lain kita penuhi syarat terjadinya kecelakaan," pungkas Chappy.
(izz)