Pengamat: Syahrini Contoh Buruk Konsumen Produk Lokal
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Ekonomi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta Tony Prasetiantono menilai bahwa penyanyi Syahrini merupakan contoh buruk dalam mendorong penggunaan produk lokal.
Pasalnya, menurut dia, kegemaran Syahrini dalam membeli tas merek global tak layak untuk dijadikan contoh dari sisi penekanan impor.
"Louis Vuitton itu kan produk luar, masa iya tas harganya sampai puluhan ratusan juta, seperti yang dipakai Syahrini itu. Dia (Syahrini) bukan idola yang baik bagi Kementerian Perdagangan, jangan sampai Kemendag mengundang dia," gurau Tony di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (23/2/2015).
Menurut dia, untuk mengurangi impor harus ada dorongan terhadap industri lokal, yakni dengan cara beralih mencintai dan menggunakan produk lokal.
"Kita dorong industri lokal kita. Saya tidak habis pikir tas Hermes, tas LV, digilai ibu-ibu kita dan dipicu oleh Syahrini. Makanya itu jangan undang Syahrini," tuturnya.
Toni mengungkapkan, beberapa tahun ini nilai impor Indonesia terus mengalami peningkatkan. Pada 2010, nilai impor tercatat sebesar USD136 miliar dan naik tajam menjadi USD192 miliar pada 2012.
"Daya beli Indonesia naik, itu luar biasa," ungkapnya.
Tony berharap, Kementerian Perdagangan tidak saja ambisius meningkatkan ekspor, tetapi memperukuat daya tahan terhadap serangan barang impor dengan memberdayakan sektor usaha kecil menengah (UKM).
"Harapan saya, kementerian ini tidak hanya bagaimana menyerang, tapi bertahan dengan meningkatkan daya tahan serangan barang impor bisa kita develop, sehingga hemat devisa," pungkasnya.
Pasalnya, menurut dia, kegemaran Syahrini dalam membeli tas merek global tak layak untuk dijadikan contoh dari sisi penekanan impor.
"Louis Vuitton itu kan produk luar, masa iya tas harganya sampai puluhan ratusan juta, seperti yang dipakai Syahrini itu. Dia (Syahrini) bukan idola yang baik bagi Kementerian Perdagangan, jangan sampai Kemendag mengundang dia," gurau Tony di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (23/2/2015).
Menurut dia, untuk mengurangi impor harus ada dorongan terhadap industri lokal, yakni dengan cara beralih mencintai dan menggunakan produk lokal.
"Kita dorong industri lokal kita. Saya tidak habis pikir tas Hermes, tas LV, digilai ibu-ibu kita dan dipicu oleh Syahrini. Makanya itu jangan undang Syahrini," tuturnya.
Toni mengungkapkan, beberapa tahun ini nilai impor Indonesia terus mengalami peningkatkan. Pada 2010, nilai impor tercatat sebesar USD136 miliar dan naik tajam menjadi USD192 miliar pada 2012.
"Daya beli Indonesia naik, itu luar biasa," ungkapnya.
Tony berharap, Kementerian Perdagangan tidak saja ambisius meningkatkan ekspor, tetapi memperukuat daya tahan terhadap serangan barang impor dengan memberdayakan sektor usaha kecil menengah (UKM).
"Harapan saya, kementerian ini tidak hanya bagaimana menyerang, tapi bertahan dengan meningkatkan daya tahan serangan barang impor bisa kita develop, sehingga hemat devisa," pungkasnya.
(rna)