Kemendag Catat Ekspor Produk Pangan Olahan Naik 7,9%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat ekspor produk makanan olahan di masa pandemi Covid-19 cukup menggembirakan. Pada periode Januari–April 2020, ekspor produk pangan olahan Indonesia tercatat sebesar USD1,32 miliar atau meningkat 7,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Produk-produk utama ekspor pangan olahan Indonesia pada periode tersebut di antaranya makanan olahan (USD139,83 juta), olahan krustase udang (USD137,15 juta), olahan ikan (USD129,16 juta), olahan krustase kepiting (USD106,1 juta), serta esens dan konsentrat kopi (USD104,89 juta).
Sementara negara tujuan utama ekspor produk makanan olahan Indonesia pada periode tersebut yaitu Amerika Serikat sebesar USD293,6 juta dengan pangsa pasar 22,11%), Filipina sebesar USD161,4 juta (12,15%), Malaysia sebesar USD101,6 juta (7,65%), Singapura sebesar USD74,9 juta (5,64%), dan Jepang sebesar USD71,9 juta (5,41%). (Baca: Mentan Pastikan Eskpor Pertanian Tidak Terganggu Corona)
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan, pandemi Covid-19 mempengaruhi kinerja perdagangan di hampir seluruh negara di dunia. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkah pemerintah untuk mendorong kinerja perdagangan Indonesia di kuartal II 2020, khususnya ekspor pangan olahan.
“Untuk itu, diharapkan peran serta berbagai pihak untuk menghasilkan terobosan dalam peningkatan ekspor produk pangan olahan Indonesia di tengah pandemi Covid-19,” ujarnya.
Mendag melanjutkan, Kemendag melakukan berbagai kebijakan strategis dalam mendorong kinerja perdagangan Indonesia di era normal baru. Kebijakan tersebut antara lain dengan meningkatkan kemudahan dan kecepatan pelayanan penerbitan surat keterangan asal (SKA) barang ekspor melalui penerapan affixed signature and stamp; menerapkan autentikasi otomatis dalam prroses perizinan ekspor dan impor bagi pedagang yang memuiliki reputasi; meningkatkan dan mempercepatan layanan ekspor impor dan pengawasan melalui Ekosistem Logistik Nasional (National Logistic Ecosystem/NLE). (Lihat videonya: Pelaku Usaha Sambut Baik Masa PSBB Transisi di Jakarta)
Kebijakan strategis lainnya dengan meningkatkan fasilitasi dan pelayanan informasi ekspor, promosi ekspor serta penjajakan kesepakatan dagang (business matching) secara virtual melalui perwakilan perdagangan; melanjutkan pelatihan bagi calon eksportir baru secara virtual, baik yang dilaksanakan oleh Kementerian Perdagangan, maupun yang bekerja sama dengan beberapa lembaga dan mitra dagang agar saat situasi kembali normal pelaku usaha sudah siap memanfaatkan peluang ekspor yang ada; serta mengusulkan insentif berupa asuransi atau kredit ekspor atau pembiayaan lainnya dari perbankan bagi eksportir terdampak Covid-19.
Menurut dia, untuk mendukung berbagai kebijakan tersebut, peran perwakilan perdagangan sangat strategis di masa transisi atau era normal baru seperti saat ini. Salah satunya, untuk menggali informasi terkini tentang perkembangan situasi di negara tujuan ekspor. (Baca juga: AS-China Tegang, Mendag Ajak Investor Asing Relokasi Pabrik ke Indonesia)
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, peluang ekspor produk pangan olahan masih begitu besar. Menurut dia, sepanjang 2018-2019 hampir tidak ada pertumbuhan ekspor produk pangan olahan. Namun di 2020 terjadi peningkatan ekspor. (Oktiani Endarwati)
Produk-produk utama ekspor pangan olahan Indonesia pada periode tersebut di antaranya makanan olahan (USD139,83 juta), olahan krustase udang (USD137,15 juta), olahan ikan (USD129,16 juta), olahan krustase kepiting (USD106,1 juta), serta esens dan konsentrat kopi (USD104,89 juta).
Sementara negara tujuan utama ekspor produk makanan olahan Indonesia pada periode tersebut yaitu Amerika Serikat sebesar USD293,6 juta dengan pangsa pasar 22,11%), Filipina sebesar USD161,4 juta (12,15%), Malaysia sebesar USD101,6 juta (7,65%), Singapura sebesar USD74,9 juta (5,64%), dan Jepang sebesar USD71,9 juta (5,41%). (Baca: Mentan Pastikan Eskpor Pertanian Tidak Terganggu Corona)
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan, pandemi Covid-19 mempengaruhi kinerja perdagangan di hampir seluruh negara di dunia. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkah pemerintah untuk mendorong kinerja perdagangan Indonesia di kuartal II 2020, khususnya ekspor pangan olahan.
“Untuk itu, diharapkan peran serta berbagai pihak untuk menghasilkan terobosan dalam peningkatan ekspor produk pangan olahan Indonesia di tengah pandemi Covid-19,” ujarnya.
Mendag melanjutkan, Kemendag melakukan berbagai kebijakan strategis dalam mendorong kinerja perdagangan Indonesia di era normal baru. Kebijakan tersebut antara lain dengan meningkatkan kemudahan dan kecepatan pelayanan penerbitan surat keterangan asal (SKA) barang ekspor melalui penerapan affixed signature and stamp; menerapkan autentikasi otomatis dalam prroses perizinan ekspor dan impor bagi pedagang yang memuiliki reputasi; meningkatkan dan mempercepatan layanan ekspor impor dan pengawasan melalui Ekosistem Logistik Nasional (National Logistic Ecosystem/NLE). (Lihat videonya: Pelaku Usaha Sambut Baik Masa PSBB Transisi di Jakarta)
Kebijakan strategis lainnya dengan meningkatkan fasilitasi dan pelayanan informasi ekspor, promosi ekspor serta penjajakan kesepakatan dagang (business matching) secara virtual melalui perwakilan perdagangan; melanjutkan pelatihan bagi calon eksportir baru secara virtual, baik yang dilaksanakan oleh Kementerian Perdagangan, maupun yang bekerja sama dengan beberapa lembaga dan mitra dagang agar saat situasi kembali normal pelaku usaha sudah siap memanfaatkan peluang ekspor yang ada; serta mengusulkan insentif berupa asuransi atau kredit ekspor atau pembiayaan lainnya dari perbankan bagi eksportir terdampak Covid-19.
Menurut dia, untuk mendukung berbagai kebijakan tersebut, peran perwakilan perdagangan sangat strategis di masa transisi atau era normal baru seperti saat ini. Salah satunya, untuk menggali informasi terkini tentang perkembangan situasi di negara tujuan ekspor. (Baca juga: AS-China Tegang, Mendag Ajak Investor Asing Relokasi Pabrik ke Indonesia)
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, peluang ekspor produk pangan olahan masih begitu besar. Menurut dia, sepanjang 2018-2019 hampir tidak ada pertumbuhan ekspor produk pangan olahan. Namun di 2020 terjadi peningkatan ekspor. (Oktiani Endarwati)
(ysw)