Belum Akan Spin Off, Danamon Fokus Pertumbuhan Syariah
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Danamon Tbk (BDMN) kembali menegaskan belum akan melakukan pemisahan (spin off) unit usaha syariahnya pada tahun ini.
Direktur Keuangan Bank Danamon Vera Eve Lim mengatakan, perusahaan akan melakukan spin off pada 2017 atau 2018 dan saat ini masih dalam proses ke sana. Selagi dalam proses spin off, perusahaan fokus kepada pertumbuhan syariah.
"Spin off kita akan masuk ke sana baru rencana, (sekarang) fokus pertumbuhan syariah. Indikatornya dua sampai tiga tahun target spin off," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, Jumat (27/2/2015).
Sementara Vera menargetkan pertumbuhan pasar syariah pada tahun ini sebesar 20%. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan melakukan kerja sama dengan Islamic Trade Finance.
"Sama-sama fokus pertumbuhan. Skala ekonomis kurang bagus, alokasi ke produktif, bukannya menurunkan tapi menaikkan target," jelasnya.
Selain itu, menurut dia, efisiensi setiap lini bisnis akan dilakukan demi meningkatkan produktivitas.
"Efisiensi ini normal bagi setiap bisnis. Ini tidak lepas dari potensi indonesia terbuka dan besar agar penetrasi lebih tinggi lagi terutama di sektor makro," pungkas Vera.
Sekadar informasi, perseroan sebelumnya menyatakan bahwa untuk melakukan spin off dari induk usaha, unit syariah harus memiliki aset sebesar Rp8 triliun-Rp10 triliun. Sedangkan saat ini, baru sekitar Rp3,5 triliun.
Direktur Keuangan Bank Danamon Vera Eve Lim mengatakan, perusahaan akan melakukan spin off pada 2017 atau 2018 dan saat ini masih dalam proses ke sana. Selagi dalam proses spin off, perusahaan fokus kepada pertumbuhan syariah.
"Spin off kita akan masuk ke sana baru rencana, (sekarang) fokus pertumbuhan syariah. Indikatornya dua sampai tiga tahun target spin off," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, Jumat (27/2/2015).
Sementara Vera menargetkan pertumbuhan pasar syariah pada tahun ini sebesar 20%. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan melakukan kerja sama dengan Islamic Trade Finance.
"Sama-sama fokus pertumbuhan. Skala ekonomis kurang bagus, alokasi ke produktif, bukannya menurunkan tapi menaikkan target," jelasnya.
Selain itu, menurut dia, efisiensi setiap lini bisnis akan dilakukan demi meningkatkan produktivitas.
"Efisiensi ini normal bagi setiap bisnis. Ini tidak lepas dari potensi indonesia terbuka dan besar agar penetrasi lebih tinggi lagi terutama di sektor makro," pungkas Vera.
Sekadar informasi, perseroan sebelumnya menyatakan bahwa untuk melakukan spin off dari induk usaha, unit syariah harus memiliki aset sebesar Rp8 triliun-Rp10 triliun. Sedangkan saat ini, baru sekitar Rp3,5 triliun.
(rna)