Analis Perkirakan Pelemahan Rupiah Tak Akan Lama
A
A
A
JAKARTA - Analis Indosurya Securities William Surya Wijaya memperkirakan pelemahan rupiah tidak akan berlangsung lama. Dia menilai, saat ini laju dolar Amerika Serikat (USD) mulai menguat tetapi secara terbatas.
Dia menjelaskan, sebenarnya yang terjadi bukan karena pelemahan rupiah. Melainkan efek USD sendiri, kondisi di AS seperti laporan beberapa menunjukkan dalam posisi stabil.
"Dia (AS) masih cukup kuat. Sebenarnya penguatan USD lebih kearah terbatas, pekan depan lebih sudah diarah distribusi. Tinggal tunggu waktu bisa terkoreksi," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Jumat (27/2/2015).
William menerangkan, jangan melihat pelemahan tidak hanya dari kondisi mata uang rupiah. Pernyataan dari Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen juga dijelaskannya menjadi salah satu sentimen negatif.
"Pernyataan Yellen seolah Fed rate akan naik sepertinya membius, seolah masih ada kemungkinan Fed rate naik lebih tinggi lagi," kata dia.
Menurutnya, jika Yellen tidak menghembuskan wacana tersebut, diyakini investor akan menarik dananya dari AS. "Makanya hembuskan begitu, kalau tidak, orang berbondong tarik investasi dari sana. Dari dalam negeri tidak apa-apa. Pekan depan optimis Rp12,700/USD, dengan range Rp12,790-Rp12,960/USD," pungkasnya.
Sekadar informasi, nilai tukar rupiah terhadap USD pada hari ini berakhir terjungkal mendekati Rp13.000 per USD di tengah positifnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas menunjukkan bahwa rupiah hari ini pada level Rp12.967 per USD. Posisi itu merosot 126 poin dibanding hari sebelumnya di level Rp12.841 per USD.
(Baca: Rupiah Ditutup Terjungkal ke Rp12.967/USD)
Dia menjelaskan, sebenarnya yang terjadi bukan karena pelemahan rupiah. Melainkan efek USD sendiri, kondisi di AS seperti laporan beberapa menunjukkan dalam posisi stabil.
"Dia (AS) masih cukup kuat. Sebenarnya penguatan USD lebih kearah terbatas, pekan depan lebih sudah diarah distribusi. Tinggal tunggu waktu bisa terkoreksi," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Jumat (27/2/2015).
William menerangkan, jangan melihat pelemahan tidak hanya dari kondisi mata uang rupiah. Pernyataan dari Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen juga dijelaskannya menjadi salah satu sentimen negatif.
"Pernyataan Yellen seolah Fed rate akan naik sepertinya membius, seolah masih ada kemungkinan Fed rate naik lebih tinggi lagi," kata dia.
Menurutnya, jika Yellen tidak menghembuskan wacana tersebut, diyakini investor akan menarik dananya dari AS. "Makanya hembuskan begitu, kalau tidak, orang berbondong tarik investasi dari sana. Dari dalam negeri tidak apa-apa. Pekan depan optimis Rp12,700/USD, dengan range Rp12,790-Rp12,960/USD," pungkasnya.
Sekadar informasi, nilai tukar rupiah terhadap USD pada hari ini berakhir terjungkal mendekati Rp13.000 per USD di tengah positifnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas menunjukkan bahwa rupiah hari ini pada level Rp12.967 per USD. Posisi itu merosot 126 poin dibanding hari sebelumnya di level Rp12.841 per USD.
(Baca: Rupiah Ditutup Terjungkal ke Rp12.967/USD)
(izz)