BCA Siapkan Strategi Konservatif Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit konservatif. Perseroan mengincar ekspansi kredit hanya pada kisaran 12–15%.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan akan memfokuskan penyaluran kredit pada beberapa sektor unggulan, seperti korporasi, komersial, dan usaha kecil dan menengah (UKM). Selain itu, juga perseroan akan menggenjot kredit pemilikan rumah (KPR). “Tahun ini akan konservatif saja. Lihat pertumbuhan simpanan juga,” ucap Jahja di Jakarta, Kamis (5/3).
Dia mengaku belum melirik pembiayaan sektor mikro. Menurutnya, saat ini sudah banyak bank menjadi pemain kredit mikro, khususnya bank-bank kecil. “Kan sudah ada pemain kredit mikro. Kami juga beri kesempatan untuk bank-bank kecil,” ujarnya. Tahun lalu, lanjut Jahja, total portofolio kredit BCA naik Rp34,3 triliun atau tumbuh 11% menjadi Rp346,6 triliun pada akhir 2014.
Portofolio perseroan terdiri atas kredit korporasi Rp120,5 triliun yang naik 16,9%, sementara komersial dan UKM Rp134,2 triliun atau meningkat 9,7%. Dan, konsumer mengalami pertumbuhan 6,1% menjadi Rp92,3 triliun. Dengan kinerja ini mendorong perseroan dalam membukukan laba bersih Rp16,5 triliun sepanjang 2014.
Nilai itu naik 15,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp14,3 triliun. Khusus kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 3,2% menjadi Rp54,7 triliun dengan pertumbuhan terutama pada triwulan keempat. Perseroan juga mencatat rasio kredit bermasalah (NPL) rendah yaitu 0,6% dengan rasio cadangan 324,2%.
Jahja menambahkan, pihaknya masih belum terlalu tertarik untuk berkontribusi membiayai proyek-proyek infrastruktur mengikuti tren. Pasalnya, pembiayaan di sektor infrastruktur merupakan pembiayaan jangka panjang sementara perbankan lebih cocok untuk pembiayaan jangka pendek.
Namun, dirinya tetap akan melihat rincian proyek infrastruktur yang akan dibiayai agar bisa mengukur sejauh mana risiko dan pengembalian dana. BCA juga perlu melihat potensi ekonomi infrastruktur tersebut. “Soal infrastruktur, kita harus lihat dalam bentuk apa. Ada power plant, pelabuhan, kereta api. Kita sudah ada pengalaman di jalan tol Cipularang, Makassar, dan LSM (Cikampek– Palimanan). Jadi kita akan lihat project by project,” jelasnya.
Hafid fuad
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan akan memfokuskan penyaluran kredit pada beberapa sektor unggulan, seperti korporasi, komersial, dan usaha kecil dan menengah (UKM). Selain itu, juga perseroan akan menggenjot kredit pemilikan rumah (KPR). “Tahun ini akan konservatif saja. Lihat pertumbuhan simpanan juga,” ucap Jahja di Jakarta, Kamis (5/3).
Dia mengaku belum melirik pembiayaan sektor mikro. Menurutnya, saat ini sudah banyak bank menjadi pemain kredit mikro, khususnya bank-bank kecil. “Kan sudah ada pemain kredit mikro. Kami juga beri kesempatan untuk bank-bank kecil,” ujarnya. Tahun lalu, lanjut Jahja, total portofolio kredit BCA naik Rp34,3 triliun atau tumbuh 11% menjadi Rp346,6 triliun pada akhir 2014.
Portofolio perseroan terdiri atas kredit korporasi Rp120,5 triliun yang naik 16,9%, sementara komersial dan UKM Rp134,2 triliun atau meningkat 9,7%. Dan, konsumer mengalami pertumbuhan 6,1% menjadi Rp92,3 triliun. Dengan kinerja ini mendorong perseroan dalam membukukan laba bersih Rp16,5 triliun sepanjang 2014.
Nilai itu naik 15,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp14,3 triliun. Khusus kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 3,2% menjadi Rp54,7 triliun dengan pertumbuhan terutama pada triwulan keempat. Perseroan juga mencatat rasio kredit bermasalah (NPL) rendah yaitu 0,6% dengan rasio cadangan 324,2%.
Jahja menambahkan, pihaknya masih belum terlalu tertarik untuk berkontribusi membiayai proyek-proyek infrastruktur mengikuti tren. Pasalnya, pembiayaan di sektor infrastruktur merupakan pembiayaan jangka panjang sementara perbankan lebih cocok untuk pembiayaan jangka pendek.
Namun, dirinya tetap akan melihat rincian proyek infrastruktur yang akan dibiayai agar bisa mengukur sejauh mana risiko dan pengembalian dana. BCA juga perlu melihat potensi ekonomi infrastruktur tersebut. “Soal infrastruktur, kita harus lihat dalam bentuk apa. Ada power plant, pelabuhan, kereta api. Kita sudah ada pengalaman di jalan tol Cipularang, Makassar, dan LSM (Cikampek– Palimanan). Jadi kita akan lihat project by project,” jelasnya.
Hafid fuad
(bbg)