Kenaikan Premium Dapat Menimbulkan Inflasi
A
A
A
JAKARTA - Kepala ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, kenaikan harga premium bisa menjadi salah satu kontributor utama terhadap inflasi.
Menurutnya, dampak terhadap inflasi pada bulan ini kemungkinan kecil mengingat kenaikannya hanya sebesar Rp200-Rp300 per liter atau hanya sekitr 3%. Hal tersebut berbeda d tahun-tahun sebelumnya di mana kenaikan harga premium selalu memicu inflasi tinggi terutama dari dampak second round effectnya karena kenaikkan harga premium yang menembus 30%-40%.
"Apalagi premium sudah tidak disubsidi jadi pengaruhnya kecil," kata Dia kepada Koran Sindo, Minggu (8/3/2015).
Dia memperkirakan pada Maret bisa berpotensi terjadi deflasi lagi mengingat turunnya harga-harga bahan makanan pokok terutama beras yang mulai musim panen raya.
"Bahan makanan ini akan deflasi mengkompensasi dari harga penaikan BBM premium. Jadi rasanya dari situ saja, kemungkinan akan ada deflasi di Maret," ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia mengalami deflasi dua bulan berturut-turut masing-masing sebesar deflasi 0,24% pada Januari dan 0,36% pada Februari.
Dia mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD bisa membebani IHK bulan ini, mengingat Indonesia banyak mengimpor barang konsumsi.
Data BPS menunjukkan impor barang konsumsi pada Januari menembus USD785,6 juta. "Kalau hitungan total imported inflation terhadap IHK itu 30%, angka itu termasuk dari makanan jadi, sandang, dan komponen yang lain. Jadi relatif masih kecil lah," tandasnya.
Menurutnya, dampak terhadap inflasi pada bulan ini kemungkinan kecil mengingat kenaikannya hanya sebesar Rp200-Rp300 per liter atau hanya sekitr 3%. Hal tersebut berbeda d tahun-tahun sebelumnya di mana kenaikan harga premium selalu memicu inflasi tinggi terutama dari dampak second round effectnya karena kenaikkan harga premium yang menembus 30%-40%.
"Apalagi premium sudah tidak disubsidi jadi pengaruhnya kecil," kata Dia kepada Koran Sindo, Minggu (8/3/2015).
Dia memperkirakan pada Maret bisa berpotensi terjadi deflasi lagi mengingat turunnya harga-harga bahan makanan pokok terutama beras yang mulai musim panen raya.
"Bahan makanan ini akan deflasi mengkompensasi dari harga penaikan BBM premium. Jadi rasanya dari situ saja, kemungkinan akan ada deflasi di Maret," ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia mengalami deflasi dua bulan berturut-turut masing-masing sebesar deflasi 0,24% pada Januari dan 0,36% pada Februari.
Dia mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD bisa membebani IHK bulan ini, mengingat Indonesia banyak mengimpor barang konsumsi.
Data BPS menunjukkan impor barang konsumsi pada Januari menembus USD785,6 juta. "Kalau hitungan total imported inflation terhadap IHK itu 30%, angka itu termasuk dari makanan jadi, sandang, dan komponen yang lain. Jadi relatif masih kecil lah," tandasnya.
(izz)