Tesla Kurangi Pegawai di China

Selasa, 10 Maret 2015 - 09:54 WIB
Tesla Kurangi Pegawai di China
Tesla Kurangi Pegawai di China
A A A
BEIJING - Produsen mobil listrik Tesla Motors Inc kemarin menyatakan mengurangi pegawai di China sesuai rencana restrukturisasi yang diluncurkan awal tahun ini.

Langkah ini dilakukan karena target penjualan di China tidak tercapai. China merupakan pasar mobil terbesar di dunia. Tesla menolak menjelaskan berapa banyak pegawai yang akan dirumahkan. Perusahaan itu juga tidak mengomentari laporan surat kabar Economic Observer yang menyatakan Tesla mengurangi 30% pegawainya atau sekitar 180 dari 600 pegawai di China.

Beberapa posisi akan dihapus dan posisi baru akan ditambahkan. “Meski demikian, langkah restrukturisasi ini telah diumumkan awal tahun ini. Perubahan susunan pegawai telah hampir selesai,” ungkap juru bicara Tesla, Gary Tao, dikutip kantor berita AFP. “Strategi pertama ialah membangun tim yang kuat dan efisien untuk merespons pasar dengan cepat, sehingga ini bagian upaya kami menerapkan strategi itu,” kata Tao.

Penjualan Tesla di China tidak mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan. Chief Executive Officer (CEO) Tesla Elon Musk bersiap memecat para eksekutif asing jika mereka gagal beroperasi di negara itu. Di lain pihak, para produsen mobil Jerman mengubah fokus mereka menjadi mobil listrik high-end seperti Audi R8 e-tron dan menjauh dari mobil kota berharga murah.

Saat pameran automotif di Jenewa, Audi meluncurkan mobil bebas emisi R8 dengan harga 165.000 euro yang dapat dikendarai hingga jarak 450 kilometer sebelum diisi ulang. Proses pengisian listrik hanya memerlukan waktu kurang dari dua jam. Peluncuran R8 merupakan langkah baru bagi Audi yang selama ini tampak enggan memasuki pasar mobil listrik.

Mobil bertenaga baterai selama ini gagal mendapat sambutan konsumen karena kurangnya stasiun pengisian ulang listrik dan terbatasnya pilihan model, meskipun ada sejumlah insentif di beberapa negara. Karena baterai, kabel, dan sistem pendingin bagi mobil listrik lebih mahal dibandingkan mesin berbahan bakar minyak pada umumnya, mobil listrik kurang diminati konsumen yang masih sensitif harga.

Saat ini, produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla, yang meluncurkan produknya dengan harga mulai USD77.000 dianggap sukses. Dengan harga tersebut, mobil produksi Tesla mampu menempuh jarak 400 kilometer dalam sekali pengisian listrik. Mobil listrik berukuran lebih kecil hanya mampu menempuh jarak sekitar 100 kilometer.

Di Jenewa, CEO Daimler Dieter Zetsche menjelaskan, salah satu alasan mobil listrik gagal menarik konsumen karena produk itu memasuki segmen mobil yang lebih murah. “Seperti dibuktikan oleh Tesla, ada pasar di sisi lain. Jika itu mungkin, kami menyelidikinya,” katanya.

Dia menjelaskan, merek Mercedes mungkin sedang mengembangkan mobil limusin listrik. Industri mobil listrik menurutnya, mungkin masih memiliki peminat, tapi tetap saja memerlukan waktu. “Ini industri di mana siklusnya memerlukan 14 atau 21 tahun untuk menjadi sangat kuat dan sesuai,” tuturnya.

Syarifudin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3957 seconds (0.1#10.140)