Otoritas Moneter Diimbau Jangan Umbar Retorika
A
A
A
JAKARTA - Analis ekonomi politik AEPI (Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia), Kusfiardi meminta Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter tidak mengumbar retorika atas keterpurukan rupiah terhadap dolar AS (USD).
Menurutnya, upaya mitigasi BI harus berorientasi pada upaya spekulasi yang dilakukan spekulan dengan berselancar di isu global, seperti QE (quantitative easing) oleh the Fed. Termasuk isu membaiknya perekonomian AS. Upaya kehadiran BI juga harus berkorelasi dengan penerapan kebijakan DHE (devisa hasil ekspor) dan kepatuhan menjalankannya.
"Hal penting dalam konteks mitigasi adalah melakukan koreksi kebijakan moneter agar bisa menekan CAD, melalui dorongan kegiatan industri yang memiliki nilai tambah. Baik untuk substitusi impor maupun menggenjot ekspor," ujarnya, Rabu (11/3/2015).
Dia menuturkan, terusannya adalah keseriusan melakukan aksi nyata untuk menekan CAD (current account defisit) terutama dari impor migas. "Pemerintah harus prioritaskan bangun refinery agar tak lagi tergantung pada impor BBM. Kemudian membangun industri dasar untuk mengurangi impor bahan baku industri nasional," terangnya.
Tanpa langkah nyata, lanjut Kusfiardi, nilai tukar rupiah tetap akan mengalami gejolak. "Kondisi itu menjadi alat meraup keuntungan bagi spekulan dengan berselancar pada isu eksternal yang tidak sepenuhnya berkorelasi dengan kondisi fundamental rupiah," tandasnya.
Menurutnya, upaya mitigasi BI harus berorientasi pada upaya spekulasi yang dilakukan spekulan dengan berselancar di isu global, seperti QE (quantitative easing) oleh the Fed. Termasuk isu membaiknya perekonomian AS. Upaya kehadiran BI juga harus berkorelasi dengan penerapan kebijakan DHE (devisa hasil ekspor) dan kepatuhan menjalankannya.
"Hal penting dalam konteks mitigasi adalah melakukan koreksi kebijakan moneter agar bisa menekan CAD, melalui dorongan kegiatan industri yang memiliki nilai tambah. Baik untuk substitusi impor maupun menggenjot ekspor," ujarnya, Rabu (11/3/2015).
Dia menuturkan, terusannya adalah keseriusan melakukan aksi nyata untuk menekan CAD (current account defisit) terutama dari impor migas. "Pemerintah harus prioritaskan bangun refinery agar tak lagi tergantung pada impor BBM. Kemudian membangun industri dasar untuk mengurangi impor bahan baku industri nasional," terangnya.
Tanpa langkah nyata, lanjut Kusfiardi, nilai tukar rupiah tetap akan mengalami gejolak. "Kondisi itu menjadi alat meraup keuntungan bagi spekulan dengan berselancar pada isu eksternal yang tidak sepenuhnya berkorelasi dengan kondisi fundamental rupiah," tandasnya.
(dmd)