Mesir Berencana Bangun Ibu Kota Baru Pengganti Kairo

Minggu, 15 Maret 2015 - 10:30 WIB
Mesir Berencana Bangun Ibu Kota Baru Pengganti Kairo
Mesir Berencana Bangun Ibu Kota Baru Pengganti Kairo
A A A
SHARM EL SHEIKH - Mesir akan membangun pusat pemerintahan dan bisnis baru di timur Kairo yang dapat dihuni 5 juta orang.

Tidak hanya itu, ibu kota baru ini akan memiliki taman hiburan seluas empat kali lebih besar dibandingkan Disneyland. Menteri Perumahan Mesir Mustafa Kamel Madbuli menjelaskan, kota baru ini akan mengurangi tekanan di Kairo yang saat ini dihuni 18 juta jiwa. Kairo yang sudah terlalu padat penduduk diperkirakan jumlah warganya meningkat dua kali lipat dalam dekade mendatang.

“Ide membangun kota baru berasal dari kesadaran kami bahwa populasi Kairo saat ini akan meningkat dua kali lipat dalam 40 tahun mendatang,” kata Madbuli saat menjelaskan rincian rencana tersebut, dikutip kantor berita AFP. Madbuli menjelaskan, kota baru itu akan memiliki ruang hijau yang luas dan menyediakan standar hidup yang lebih baik.

“Ini juga akan memiliki bandara internasional, taman hiburan yang luasnya empat kali lipat dibandingkan Disneyland di California, lahan pembangkit listrik energi surya seluas 90 kilometer persegi, dan jaringan kereta listrik yang terhubung dengan Kairo,” ujarnya. Parlemen, istana kepresidenan, kementerian pemerintah, dan kedutaan besar akan dipindahkan ke kota metropolitan yang baru.

Menurut Madbuli, proyek ini akan dilaksanakan dalam lima tahun hingga tujuh tahun mendatang dengan biaya USD45 miliar. Keseluruhan biaya untuk kota baru ini tidak diumumkan atau dirinci sumber pendanaannya. Rencana itu diungkapkan saat konferensi investor selama tiga hari. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi berharap, rencana ini mampu membantu mendorong perekonomian Mesir yang saat ini menghadapi banyak masalah.

Sisi menjelaskan, investasi di negara paling padat penduduknya di dunia Arab ini akan membantu menstabilkan seluruh kawasan. “Stabilitas Mesir merupakan fondasi dalam stabilitas regional,” katanya di resor Sharm el-Sheikh di Laut Merah. Negara-negara Arab menjanjikan bantuan investasi sebesar USD12 miliar tapi Amerika Serikat (AS) tidak menawarkan apa pun.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry hanya menjanjikan Washington berdiri bersama Mesir untuk memulihkan kondisi setelah beberapa tahun mengalami kekacauan. Kerry yang menjadi pembicara ke-15 dalam sesi pembukaan konferensi itu menjanjikan komitmen penuh AS untuk keamanan dan kesejahteraan Mesir. Kuwait, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi menjanjikan masing- masing USD4 miliar.

Sebagian besar dana itu akan diinvestasikan dalam berbagai proyek dan USD3 miliar akan disimpan di Bank Sentral Mesir. Kerry yang sebelumnya bertemu Sisi dan para pemimpin Yordania serta Otoritas Palestina menjelaskan kepada para pebisnis bahwa Washington sangat ingin dan siap membantu pembangunan ekonomi Mesir.

Meski demikian, diplomat AS yang menemani Kerry menjelaskan, belum ada keputusan untuk mengucurkan bantuan militer USD650 juta yang dibekukan saat militer yang dipimpin Sisi menyerbu kelompok oposisi hingga menewaskan ratusan orang. Washington telah memberikan sejumlah bantuan, termasuk mengirimkan beberapa helikopter Apache yang menurut Mesir sangat penting untuk perang melawan pemberontak di Semenanjung Sinai.

Sisi yang menang pemilu setelah kudeta terhadap Presiden Muhammad Mursi pada 2013 dikritik karena banyak menekan para pendukung Mursi. Mantan panglima militer ini menganggap kelompok oposisi tidak berbeda dari kelompok Negara Islam (ISIS) yang memiliki afiliasi di Sinai dan Libya.

“Mesir mencerminkan model peradaban Arab. Negara yang menolak kekerasan, terorisme, dan ekstremisme. Negara yang memperkuat stabilitas dan perdamaian kawasan,” ungkap Sisi. Memulihkan perekonomian dan menarik investasi asing menjadi janji utama pemerintahan Sisi.

Dalam salah satu kesepakatan besar yang dilakukan dalam konferensi itu ialah British Petroleum menan-datangani kesepakatan senilai USD12 miliar bersama mitra Rusia, DEA, untuk mengembangkan ladang gas Mesir. Konsultan konferensi Richard Attias menjelaskan, sebanyak lebih 30 proyek telah diumumkan dan dapat menarik miliaran dolar investasi. GE mengumumkan rencana membangun pusat training dan manufaktur senilai USD200 juta di Kota Suez.

“Bagi Mesir, ini bukan acara ekonomi, tapi lebih politik,” kata seorang diplomat Barat. Perwakilan dari sekitar 100 negara dan organisasi internasional mengikuti acara ini. Konferensi ini juga menjadi dukungan diplomatik yang memperkuat status internasional Sisi.

“Tujuannya untuk menempatkan Mesir kembali dalam peta investasi internasional, dan mengirim pesan pada dunia bahwa negara itu aman dan menarik,” ujar Menteri Kerja Sama Internasional Mesir Naglaa al- Ahwani.

Syarifudin
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6044 seconds (0.1#10.140)