Timsus Penyelamat Akik: The Power of Story

Kamis, 19 Maret 2015 - 12:17 WIB
Timsus Penyelamat Akik:...
Timsus Penyelamat Akik: The Power of Story
A A A
Gelombang Cinta berharga jutaan rupiah. Kalimat ini tentu menggelitik. Produk apakah ‘Gelombang Cinta’ ini sehingga berharga jutaan rupiah? Janganjangan sebuah ramuan (potion ) berkekuatan magis untuk memikat lawan jenis, penimbul gelombang cinta?

Penyuka tanaman hias pasti sudah tidak asing lagi dengan Gelombang Cinta, yang ternyata ”hanyalah” nama tanaman hias bernama latin Anthurium. Saat cerita tentang tanaman Gelombang Cinta ini mencuat, tiba-tiba permintaan tanaman ini melonjak. Banyak dari kalangan yang sebelumnya kurang memperhatikan indahnya tanaman tiba-tiba berlomba memburu tanaman tersebut.

Gelombang Cinta dipercaya membawa hoki, keberuntungan bagi pemiliknya. Sayangnya, cerita tentang Gelombang Cinta cepat pudar. Harga tanaman ini ikut menyusut. Tidak ada lagi yang mau membayar jutaan rupiah. Ke mana gerangan sang Gelombang Cinta pergi? Di rumah ibu saya masih ada tanaman tersebut dan tidak lagi seeksotis dulu, saat Gelombang Cinta menjadi ”center of attraction ”.

Imajinasi tentang Gelombang Cinta tinggal kenangan. Sayang sekali cerita Gelombang Cinta tidak dikelola dengan baik. Cerita yang baik harus ada sambungannya. Sebuah sinetron saja akan ditinggalkan pemirsanya jika ceritanya menjadi semakin hambar. Sejarah berulang. Sekarang giliran batu akik. Dulu sebuah batu akik hanyalah sebuah batu permata biasa penghias tangan bapakbapak separuh baya (yang cenderung konvensional) dan hanya dipandang sebelah mata.

Seperti Gelombang Cinta, harga batu akik meroket. Batu akik menjadi trending topic di media sosial dengan tanda pagar #Akikku, #Akik Online #Akiklovers, #Akikunik, #BatuCincin, #MDLbatuAkik. Ceritalah yang bisa membuat sebuah produk yang semula hampir menyerupai komoditas menjadi berubah total dari sisi excitement perdagangan dan pemakaiannya.

Semakin mistis dan seru ceritanya semakin mahal harganya. SBY adalah salah satu ”brand ambassador” yang memiliki hobi dalam mengoleksi batu akik. Batu akik jenis bacan ‘SBY’ tembus harga Rp3 miliar. SBY juga pernah memberikan cenderamata berupa batu akik kepada Presiden Barrack Obama. Ini tentu memperhangat cerita tentang batu akik.

Lalu, karena SBY merupakan sebuah brand yang melekat dengan Indonesia, maka Indonesia bisa lebih luas lagi menggunakan akik dan bagaimana SBY menjadi penggunanya sebagai magnet wisata destinasi Indonesia. Jakarta Gems Center (JGC) di Rawabening, Jatinegara, tiba-tiba ramai dikunjungi baik oleh turis lokal maupun mancanegara. Ini semakin membuktikan the power of story. Perdagangan batu yang biasanya sepi tiba-tiba meriah dan bergairah.

Selamatkan Akik

Sang akik seperti sedang menari-nari di panggung hiburan. Dan seperti panggung-panggung lainnya, pertunjukan akan segera berakhir. Layar pergelaran akan segera ditutup. Bagaimana dengan para pengguna dan pedagang yang sudah investasi membeli dan memakai akik. Apakah panggung mereka akan ikut tenggelam?

Hadir dalam workshop ”The Power of Brand Story” yang diselenggarakan oleh majalah Marketing mengingatkan saya akan banyak cerita tentang Indonesia dan potensi wisatanya yang tidak dikelola dengan baik. Akik adalah potensi wisata destinasi yang menggiurkan. Selain secara kreatif mudah dibuatkan ceritanya, jumlah wisatawan yang bisa diundang ke pusat-pusat gems (batu permata) dan nilai transaksi jual beli di dalamnya juga cukup menggiurkan.

Sayangnya, saat ini, cerita tentang batu akik dibiarkan saja mengalir tanpa kendali. Dari berbagai kisah ketenaran sebuah topik yang cepat melesat dan cepat memudar, yang saya amati adalah tidak adanya sebuah institusi atau organisasi yang kemudian bertanggung jawab terhadap kelangsungan cerita tersebut.

Semua pihak hanya sibuk untuk kapitalisasi cerita, mengeruk untung sebanyak-banyaknya. Pedagang sibuk berhitung profit, takut nanti ceritanya habis tidak bisa jual mahal lagi. Pembeli juga sibuk pamer di media sosial karena khawatir nanti tidak seru lagi, padahal belinya sudah mahal. Pemerintah sebenarnya harus sigap dan cepat bertindak, turun tangan mengambil alih kendali pengelolaan cerita batu akik.

Pemerintah hanya sibuk memikirkan sisi perdagangan dan pertambangannya saja. Fokusnya pada mengenakan pajak perdagangan batu akik, fokus pada peraturan daerah untuk penambangan. Itu penting, tetapi ada yang lebih penting yaitu pengelolaan cerita akik. Usul saya, saatnya pemerintah membuat Tim Khusus Pengelola Cerita Akik (PCA).

Di bidang yang lain, kita sudah sering melihat kesigapan pemerintah dan aparatnya dalam membentuk timsus. Bareskrim Polri membentuk tim khusus mengusut dugaan pemalsuan surat mandat suara konflik Golkar. Pemprov Jabar membentuk timsus dalam memberantas bahaya peredaran minuman keras, narkoba, pornografi. Hari ini di Medan dibentuk Timsus Anti Begal.

Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam kampanye lanjutan cerita akik. (1) Engagement dari kreativitas. Kreativitas penting untuk daya tarik cerita dan membuat audiens terlibat. (2) Interaktif. Buatlah audiens ikut menjadi pengisi cerita, yaitu crowd sourcing. Lombakan jika perlu. (3) Pemilihan media baru yang tepat agar sampai sasaran. Media apa saja yang menjadi contact point para audiens, terutama turis mancanegara?

Timsus PCA harus melakukan studi perubahan dan pergeseran perilaku konsumen batu akik secara serius dan saksama. Bukan sekadar kira-kira dan asumsi. Studi etnografi akan membantu Timsus PCA mendapatkan insight untuk menjaga excitement cerita Akik. Timsus PCA berpacu dengan waktu, segeralah bekerja.

AMALIA E. MAULANA. PH.D.
Brand Consultant & Ethnographer ETNOMARK Consulting
www.amaliamaulana.com
@etnoamalia
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5624 seconds (0.1#10.140)