Harga Rumah Baru di China Turun pada Februari
Kamis, 19 Maret 2015 - 12:25 WIB

Harga Rumah Baru di China Turun pada Februari
A
A
A
HONG KONG - Rata-rata harga rumah baru di China turun di level tercepat pada Februari dari tahun sebelumnya akibat penjualan yang lebih rendah selama liburan Tahun Baru Imlek.
Meski demikian, para pengembang dan analis memperkirakan harga akan kembali pulih, khususnya di kota-kota besar. Rata-rata harga rumah baru di 70 kota besar China turun 5,7% bulan lalu dari tahun lalu. Ini penurunan berturut-turut selama sepuluh bulan setelah penurunan 5,1% pada Januari. Ini penurunan tahunan terbesar dalam survei nasional yang dikompilasikan sejak 2011.
Penurunan bulanan pada Februari dari Januari sebesar 0,4% seperti bulan sebelumnya. Rekor penurunan ini bertepatan dengan berita bahwa perbankan China memberikan kredit sebesar 100 miliar yuan pada Evergrande Real Estate Group. Saham-saham properti naik untuk merespons berita penurunan harga properti ini.
Bank of Communications memperkirakan pemerintah akan mengambil langkah untuk mendorong pasar, termasuk menurunkan pajak dan memperlonggar persyaratan kredit perumahan. ”Selama akhir pekan Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang berjanji mendorong perekonomian jika terus melemah.
Jadi semakin buruk data ekonomi, kebijakan stimulus semakin cepat diluncurkan,” ungkap analis di Qilu Securities, Luo Wenbo, dikutip kantor berita Reuters. ”Para investor tidak akan begitu berani jika PM China tidak memberikan janji itu.” Data Biro Statistik Nasional (NBS) China menunjukkan, harga rumah baru di Beijing turun 0,2% antara Februari dan Januari, lebih cepat dari penurunan 0,1% pada Januari dari Desember.
Adapun harga rumah baru di Shanghai turun lagi sebesar 0,1% setelah delapan bulan penurunan selama berturut- turut. Westpac Global Economics menyatakan dalam laporannya bahwa konsolidasi harga rumah terbatas pada pasar properti kelas atas. ”Di luar kota-kota pantai yang dihuni warga kaya, proses mengurangi jumlah cadangan rumah memerlukan lebih banyak diskon dan menurunkan harga penjualan di pasar level bawah,” ungkap laporan Westpac.
”Singkatnya, ada tanda-tanda lebih lanjut di kota-kota besar, adapun sisanya masih harus berjuang.” Dari 70 kota besar yang diamati NBS, sebanyak 66 kota mengalami penurunan harga bulanan, naik dari 64 kota pada Januari. Liu Jianwei, pakar statistik di NBS, menjelaskan, penjualan pada Maret akan menunjukkan peningkatan dari Februari.
Volume penjualan di 40 kota besar yang diawasi perusahaan data perumahan China Real Estate Index System (CREIS) naik 51,6% pada pekan pertama Maret, dibandingkan pekan sebelumnya yang naik sekitar 23% pada pekan kedua. Sebagian besar kenaikan berasal dari kota level pertama dan kedua.
”Meski seluruh pasar melemah pada awal tahun, saat kebijakan dana murah dilanjutkan dan ada peningkatan peluncuran rumah baru pada Maret, pasar properti diperkirakan mengalami pemulihan,” papar perusahaan konsultan CREIS. Sino-Ocean Land juga memproyeksikan kenaikan harga di kota besar pada 2015.
Syarifudin
Meski demikian, para pengembang dan analis memperkirakan harga akan kembali pulih, khususnya di kota-kota besar. Rata-rata harga rumah baru di 70 kota besar China turun 5,7% bulan lalu dari tahun lalu. Ini penurunan berturut-turut selama sepuluh bulan setelah penurunan 5,1% pada Januari. Ini penurunan tahunan terbesar dalam survei nasional yang dikompilasikan sejak 2011.
Penurunan bulanan pada Februari dari Januari sebesar 0,4% seperti bulan sebelumnya. Rekor penurunan ini bertepatan dengan berita bahwa perbankan China memberikan kredit sebesar 100 miliar yuan pada Evergrande Real Estate Group. Saham-saham properti naik untuk merespons berita penurunan harga properti ini.
Bank of Communications memperkirakan pemerintah akan mengambil langkah untuk mendorong pasar, termasuk menurunkan pajak dan memperlonggar persyaratan kredit perumahan. ”Selama akhir pekan Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang berjanji mendorong perekonomian jika terus melemah.
Jadi semakin buruk data ekonomi, kebijakan stimulus semakin cepat diluncurkan,” ungkap analis di Qilu Securities, Luo Wenbo, dikutip kantor berita Reuters. ”Para investor tidak akan begitu berani jika PM China tidak memberikan janji itu.” Data Biro Statistik Nasional (NBS) China menunjukkan, harga rumah baru di Beijing turun 0,2% antara Februari dan Januari, lebih cepat dari penurunan 0,1% pada Januari dari Desember.
Adapun harga rumah baru di Shanghai turun lagi sebesar 0,1% setelah delapan bulan penurunan selama berturut- turut. Westpac Global Economics menyatakan dalam laporannya bahwa konsolidasi harga rumah terbatas pada pasar properti kelas atas. ”Di luar kota-kota pantai yang dihuni warga kaya, proses mengurangi jumlah cadangan rumah memerlukan lebih banyak diskon dan menurunkan harga penjualan di pasar level bawah,” ungkap laporan Westpac.
”Singkatnya, ada tanda-tanda lebih lanjut di kota-kota besar, adapun sisanya masih harus berjuang.” Dari 70 kota besar yang diamati NBS, sebanyak 66 kota mengalami penurunan harga bulanan, naik dari 64 kota pada Januari. Liu Jianwei, pakar statistik di NBS, menjelaskan, penjualan pada Maret akan menunjukkan peningkatan dari Februari.
Volume penjualan di 40 kota besar yang diawasi perusahaan data perumahan China Real Estate Index System (CREIS) naik 51,6% pada pekan pertama Maret, dibandingkan pekan sebelumnya yang naik sekitar 23% pada pekan kedua. Sebagian besar kenaikan berasal dari kota level pertama dan kedua.
”Meski seluruh pasar melemah pada awal tahun, saat kebijakan dana murah dilanjutkan dan ada peningkatan peluncuran rumah baru pada Maret, pasar properti diperkirakan mengalami pemulihan,” papar perusahaan konsultan CREIS. Sino-Ocean Land juga memproyeksikan kenaikan harga di kota besar pada 2015.
Syarifudin
(bbg)