Hainan Airlines Selesaikan Penerbangan dengan Biofuel

Minggu, 22 Maret 2015 - 10:18 WIB
Hainan Airlines Selesaikan...
Hainan Airlines Selesaikan Penerbangan dengan Biofuel
A A A
SHANGHAI - Maskapai Hainan Airlines kemarin berhasil menyelesaikan penerbangan komersial pertama menggunakan biofuel yang terbuat dari minyak goreng bekas.

Langkah ini seiring upaya pemerintah mempromosikan kebijakan ramah lingkungan. “Pesawat Hainan Airlines itu terbang dari pusat perdagangan Shanghai menuju Beijing menggunakan biofuel yang disuplai oleh perusahaan China National Aviation Fuel dan raksasa energi, Sinopec,” ungkap pernyataan perusahaan pesawat Amerika Serikat (AS), Boeing, dikutip kantor berita AFP .

Pesawat Boeing 737 itu menggunakan campuran bahan bakar jet dan biofuel dengan perbandingan 50:50. “Biofuel itu dibuat dari minyak goreng bekas yang dikumpulkan dari berbagai restoran di China,” papar Boeing yang membenarkan bahwa penerbangan itu telah berhasil dilakukan kemarin.

Penggunaan minyak goreng bekas atau disebut “minyak selokan” di China menjadi target ekspos media karena produk sisa itu sering kali digunakan kembali untuk konsumsi manusia. Sinopec menyatakan, limbah minyak goreng itu dapat diolah kembali untuk penggunaan yang lebih bermanfaat.

“Ini mewakili kesungguhan komitmen dari Sinopec untuk melanjutkan inovasi teknologi dan sains maju, serta mempromosikan pengembangan bahan bakar rendah emisi dan ramah lingkungan,” ujar pihak Sinopec.

Penerbangan pertama di dunia yang sepenuhnya menggunakan biofuel dilakukan pada 2012 oleh satu pesawat yang lepas landas dari ibu kota Kanada, Ottawa. Meski demikian, beberapa pesawat komersial menggunakan campuran biofuel dengan bahan bakar jet.

Maskapai Australia, Qantas dan Air Canada, juga telah menguji penerbangan komersial menggunakan biofuel. Tahun lalu Boeing mengumumkan akan bekerja sama dengan Commercial Aircraft Corp asal China untuk mengembangkan biofuel untuk pesawat. Boeing juga memiliki proyek serupa dengan lembaga riset Chinese Academy of Sciences.

China menjadi pasar utama bagi Boeing. Berdasarkan perkiraan, negara itu akan membutuhkan 6.020 pesawat senilai USD870 miliar pada 2033. Sebelumnya dilaporkan, Boeing dalam posisi yang tepat untuk mencapai rekor target produksi untuk pesawat 737 pada 2018.

Hal itu diungkapkan Kepala Sistem Industri Boeing Co Pat Shanahan awal pekan ini. “Demi menunjukkan bahwa kami dapat mengakomodasi ketidakpastian dan risiko, atau mengurangi risiko, kami memiliki kondisi lebih baik saat ini dibandingkan pada masa lalu,” ujarnya.

Shanahan menjadi pengawas produksi di perusahaan pesawat terbesar dunia tersebut. Target untuk memecahkan rekor produksi itu seiring dengan langkah Boeing Co yang mulai menggunakan sistem otomatis baru untuk membuat panel sayap untuk pesawat 737. Langkah penting ini disiapkan untuk mencapai rekor kecepatan produksi sambil memperkenalkan model baru pesawat.

Sistem robot yang disebut panel assembly line (PAL) itu pekan ini mulai mengebor lubang dan memasang paku keling untuk sayap-sayap pesawat yang diproduksi Boeing. “Ini merupakan penggunaan pertama kali sistem robot sejak pemasangan dilakukan musim panas lalu,” papar pejabat Boeing kepada kantor berita Reuters saat kunjungan ke fasilitas perakitan pesawat di Renton, Washington.

PAL menggantikan mesin generasi lama yang digunakan untuk mengebor panel, tapi menyisakan tugas para pekerja untuk memasang paku keling. Proses ini sering kali mengakibatkan luka dan cacat para pekerja. PAL didesain untuk mengurangi pekerja yang terluka hingga setengahnya, mengurangi kecacatan pekerja hingga 66%, dan mengurangi waktu produksi hingga 33%.

Sistem otomatis ini sudah lama ditunggu karena pabrik pesawat 737 mencakup dua per tiga pesawat yang dibuat Boeing dan PAL akan membantu perusahaan itu meningkatkan produksi. Di dalam pabrik itu mesin biru seberat 60 ton terlihat seperti mesin pencuci mobil futuristik yang bergerak di atas rel di panel sayap.

Dengan bunyi mendesis yang tenang, mesin itu membuat lubang di panel sayap dan memasang paku keling, menghubungkan sejumlah bagian untuk menjadi bagian sayap pesawat. Lima mesin yang dibuat diluar Seattle oleh Electroimpact Inc itu telah berada di pabrik tersebut. Boeing akan memasang delapan mesin, dengan mesin kesembilan sebagai suku cadang.

Mereka menggantikan mesin lama yang dibuat oleh Gemcor dari West Seneca, New York. Dua lini perakitan Boeing di Renton membuat 42 pesawat 737 per bulan untuk bersaing dengan Airbus A320. Boeing berencana meningkatkan menjadi 47 pesawat per bulan dan kemudian 52 pesawat per bulan pada 2018. Musim panas ini Boeing akan membuka lini perakitan ketiga yang akan mulai membuat versi terbaru pesawat tersebut, 737 MAX.

Boeing berencana mulai membangun MAX pertama pada Agustus dan selesai pada November. Boeing tidak mengumumkan jadwal produksi untuk 737 MAX.

Syarifudin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7220 seconds (0.1#10.140)