Bandeng Cabut Duri Beromzet Rp40 Juta Per Bulan
A
A
A
MEMULAI usaha sendiri tidaklah mudah. Dibutuhkan kemauan untuk belajar, tekad yang kuat, dan keberanian mengambil risiko. Hal itu disadari betul Muslim, 31, warga Bringin RT 02/RW 08 Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah.
Meski memiliki modal pas-pasan, Muslim sukses mengembangkan bisnis bandeng cabut duri. Bahkan,usaha yang dimulai sejak 1,5 tahun lalu itu kini beromzet sekitar Rp40 juta per bulan.
“Modal awal usaha saya hanya Rp3 juta dan model nekat,” kata Muslim, saat ditemui di rumahnya, beberapa waktu lalu.
Dia menceritakan, awal menggeluti bisnis bandeng duri lunak terinspirasi dari temannya yang tinggal di Rusun Kaligawe. Mereka menggeluti bisnis tersebut dan berjalan sukses.
Melihat hal itu, Muslim belajar dari temannya, mulai dari proses pembuatan hingga pemasaran. “Karena saya ingin belajar, saya sampai ikut juga untuk mengirimkan pesanan. Ikut belajar proses pembuatan dan seluk beluk terkait dengan bisnis bandeng duri cabut,” tuturnya.
Setelah “ngangsu kaweruh” (belajar) dirasa cukup, Muslim memberanikan diri memulai wirausaha. Bermodal Rp3 juta, plus nekat, Muslim melakukan semua sendiri, dari mulai pencabutan duri bandeng, pengolahan hingga pemasaran.
Seiring dengan perjalanan waktu pesanan semakin banyak. Dia kini mempekerjakan tiga orang. "Modal awal hanya untuk membeli alat-alat. Awalnya hanya bisa membuat sehari 5 kilogram,” imbuhnya.
Pertama kali berjualan, dia hanya memasarkan produk kepada warga sekitar melalui pertemuan-pertemuan dan arisan. Lambat laun produk olahannya makin dikenal masyarakat. Mereka tidak hanya dari Kota Semarang, tapi juga kota-kota lain.
Meski produk bandeng duri cabut buatannya cukup laris, dia tidak ingin mentok dengan satu produk. Inovasi pun dilakukan. Salah satunya dengan membuat nuget bandeng duri cabut.
Di luar dugaan inovasi tersebut diterima di pasaran. Bahkan dalam sehari, produk nugget bandeng duri yang dikelola Muslim bisa mencapai 30-35 kilogram. "RSUP Dr Karyadi sering pesan untuk nuget bandeng ini,” kata ayah dua anak ini.
Untuk mengembangkan bisnis lebih besar, Muslim mengaku saat ini kesulitan karena belum memiliki konsultan atau pendamping kewirausahaan. Hal tersebut berkaitan dengan upaya menata, membentuk sinergitas, dan strategi bisnis yang melibatkan berbagai elemen, termasuk pemerintah.
“Harapannya bisnis kuliner ini bisa berkembang dan menjadi salah satu oleh-oleh khas kota Semarang, selain bandeng presto,” tandasnya.
Meski memiliki modal pas-pasan, Muslim sukses mengembangkan bisnis bandeng cabut duri. Bahkan,usaha yang dimulai sejak 1,5 tahun lalu itu kini beromzet sekitar Rp40 juta per bulan.
“Modal awal usaha saya hanya Rp3 juta dan model nekat,” kata Muslim, saat ditemui di rumahnya, beberapa waktu lalu.
Dia menceritakan, awal menggeluti bisnis bandeng duri lunak terinspirasi dari temannya yang tinggal di Rusun Kaligawe. Mereka menggeluti bisnis tersebut dan berjalan sukses.
Melihat hal itu, Muslim belajar dari temannya, mulai dari proses pembuatan hingga pemasaran. “Karena saya ingin belajar, saya sampai ikut juga untuk mengirimkan pesanan. Ikut belajar proses pembuatan dan seluk beluk terkait dengan bisnis bandeng duri cabut,” tuturnya.
Setelah “ngangsu kaweruh” (belajar) dirasa cukup, Muslim memberanikan diri memulai wirausaha. Bermodal Rp3 juta, plus nekat, Muslim melakukan semua sendiri, dari mulai pencabutan duri bandeng, pengolahan hingga pemasaran.
Seiring dengan perjalanan waktu pesanan semakin banyak. Dia kini mempekerjakan tiga orang. "Modal awal hanya untuk membeli alat-alat. Awalnya hanya bisa membuat sehari 5 kilogram,” imbuhnya.
Pertama kali berjualan, dia hanya memasarkan produk kepada warga sekitar melalui pertemuan-pertemuan dan arisan. Lambat laun produk olahannya makin dikenal masyarakat. Mereka tidak hanya dari Kota Semarang, tapi juga kota-kota lain.
Meski produk bandeng duri cabut buatannya cukup laris, dia tidak ingin mentok dengan satu produk. Inovasi pun dilakukan. Salah satunya dengan membuat nuget bandeng duri cabut.
Di luar dugaan inovasi tersebut diterima di pasaran. Bahkan dalam sehari, produk nugget bandeng duri yang dikelola Muslim bisa mencapai 30-35 kilogram. "RSUP Dr Karyadi sering pesan untuk nuget bandeng ini,” kata ayah dua anak ini.
Untuk mengembangkan bisnis lebih besar, Muslim mengaku saat ini kesulitan karena belum memiliki konsultan atau pendamping kewirausahaan. Hal tersebut berkaitan dengan upaya menata, membentuk sinergitas, dan strategi bisnis yang melibatkan berbagai elemen, termasuk pemerintah.
“Harapannya bisnis kuliner ini bisa berkembang dan menjadi salah satu oleh-oleh khas kota Semarang, selain bandeng presto,” tandasnya.
(dmd)