Pengusaha Restoran Keluhkan Pelemahan Rupiah
A
A
A
JAKARTA - Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) membuat para pengusaha restoran di Garut, Jawa Barat (Jabar) cemas. Karena kondisi ini membuat fluktuasi harga yang semakin tidak jelas.
"Lemahnya mata uang rupiah terhadap dolar sangat dirasakan sektor usaha restoran serta industri makanan. Bagaimana tidak, fluktuasi harga bahan baku menjadi sangat tidak jelas," kata Ketua Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Garut Asep Haelusna di Garut, Selasa (24/3/2015).
Asep mengaku para pengusaha harus berpikir ekstra untuk mengakali kondisi fluktuasi harga. Usaha Rumah Makan Nasi Liwet Pak Asep Stroberi yang dijalaninya pun tak luput dari dampak yang dihasilkan atas menguatnya USD.
"Kami punya estimasi dalam memberlakukan nilai harga menu. Tidak sembarangan dalam mengubah menu berikut harganya. Ada sejumlah pertimbangan. Seperti para pengusaha kebanyakan, saya mencoba pintar-pintar untuk mengakalinya. Paling volume atau ons pada menu yang diubah. Yang jelas ada penurunan omzet," terang dia.
Pihaknya juga menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan plin plan dalam menetapkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kebijakan menaikkan dan menurunkan harga BBM bersubsidi dalam waktu relatif singkat, benar-benar membuat situasi pasar membingungkan.
"Seharusnya, kalau (pemerintah) mau menaikkan harga (BBM), tolong beri pengumuman. Agar kami siap-siap. Jangan tiba-tiba BBM naik, kemudian turun mendadak. Repot jadinya. Tidak ada waktu bagi para pengusaha dalam menyiapkan strateginya," papar dia.
Senada dengan Asep, produsen Nasi Liwet Instan 1001 sekaligus pemilik d' Anclom Restaurant Andris Wijaya juga mengeluhkan hal yang sama. Melemahnya rupiah berikut naik turunnya harga BBM telah memberikan dampak negatif pada usahanya.
"Sangat berpengaruh sekali. Harga-harga bahan makanan pokok meroket semua. Misalnya baru-baru ini harga bawang. Beras juga. Apalagi, saya sudah menaikkan gaji pegawai sewaktu harga BBM pertama naik. Setelah harga BBM turun, tidak mungkin bagi saya menurunkan (gaji) lagi," tutur Andris.
Harga bahan kemasan untuk setiap produknya pun meningkat. Sementara dia mengaku tidak mungkin menaikkan harga jual produknya. "Terlebih saat ini pasar lesu. Daya beli masyarakat melemah. Upaya yang saya lakukan, belum bisa mengimbangi harga-harga bahan baku," imbuhnya.
Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg pagi ini dibuka Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg pada level Rp12.988/USD. Posisi tersebut menguat 34 poin dibanding posisi penutupan Senin (23/3/2015) di level Rp13.022/USD. (Baca: Rupiah Dibuka Berhasil Menguat di Bawah Rp13.000/USD)
Seperti diketahui, pemerintah tengah membahas mengenai rencana kenaikan harga BBM. Hal yang menjadi pertimbangan untuk kembali menaikan harga BBM adalah harga minyak dunia merangkak naik dan menguatnya dollar AS di hadapan rupiah.
Melemahnya rupiah telah membuat nilai pembelian impor minyak mentah membengkak. (Baca: Pemerintah Beri Sinyal Naikkan Harga BBM Awal April)
"Lemahnya mata uang rupiah terhadap dolar sangat dirasakan sektor usaha restoran serta industri makanan. Bagaimana tidak, fluktuasi harga bahan baku menjadi sangat tidak jelas," kata Ketua Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Garut Asep Haelusna di Garut, Selasa (24/3/2015).
Asep mengaku para pengusaha harus berpikir ekstra untuk mengakali kondisi fluktuasi harga. Usaha Rumah Makan Nasi Liwet Pak Asep Stroberi yang dijalaninya pun tak luput dari dampak yang dihasilkan atas menguatnya USD.
"Kami punya estimasi dalam memberlakukan nilai harga menu. Tidak sembarangan dalam mengubah menu berikut harganya. Ada sejumlah pertimbangan. Seperti para pengusaha kebanyakan, saya mencoba pintar-pintar untuk mengakalinya. Paling volume atau ons pada menu yang diubah. Yang jelas ada penurunan omzet," terang dia.
Pihaknya juga menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan plin plan dalam menetapkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kebijakan menaikkan dan menurunkan harga BBM bersubsidi dalam waktu relatif singkat, benar-benar membuat situasi pasar membingungkan.
"Seharusnya, kalau (pemerintah) mau menaikkan harga (BBM), tolong beri pengumuman. Agar kami siap-siap. Jangan tiba-tiba BBM naik, kemudian turun mendadak. Repot jadinya. Tidak ada waktu bagi para pengusaha dalam menyiapkan strateginya," papar dia.
Senada dengan Asep, produsen Nasi Liwet Instan 1001 sekaligus pemilik d' Anclom Restaurant Andris Wijaya juga mengeluhkan hal yang sama. Melemahnya rupiah berikut naik turunnya harga BBM telah memberikan dampak negatif pada usahanya.
"Sangat berpengaruh sekali. Harga-harga bahan makanan pokok meroket semua. Misalnya baru-baru ini harga bawang. Beras juga. Apalagi, saya sudah menaikkan gaji pegawai sewaktu harga BBM pertama naik. Setelah harga BBM turun, tidak mungkin bagi saya menurunkan (gaji) lagi," tutur Andris.
Harga bahan kemasan untuk setiap produknya pun meningkat. Sementara dia mengaku tidak mungkin menaikkan harga jual produknya. "Terlebih saat ini pasar lesu. Daya beli masyarakat melemah. Upaya yang saya lakukan, belum bisa mengimbangi harga-harga bahan baku," imbuhnya.
Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg pagi ini dibuka Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg pada level Rp12.988/USD. Posisi tersebut menguat 34 poin dibanding posisi penutupan Senin (23/3/2015) di level Rp13.022/USD. (Baca: Rupiah Dibuka Berhasil Menguat di Bawah Rp13.000/USD)
Seperti diketahui, pemerintah tengah membahas mengenai rencana kenaikan harga BBM. Hal yang menjadi pertimbangan untuk kembali menaikan harga BBM adalah harga minyak dunia merangkak naik dan menguatnya dollar AS di hadapan rupiah.
Melemahnya rupiah telah membuat nilai pembelian impor minyak mentah membengkak. (Baca: Pemerintah Beri Sinyal Naikkan Harga BBM Awal April)
(izz)