IGAR Alokasikan Capex Rp30 Miliar
A
A
A
JAKARTA - PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) tahun ini menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp30 miliar. Dana tersebut akan digunakan perusahaan untuk membeli dua alat mesin baru.
Presiden Direktur IGAR Antonius Muhartoyo mengungkapkan pengadaan mesin baru agar dapat mendorong kinerja perusahaan, terutama terkait efisiensi. Menurutnya, mesin yang sudah lama dari sisi kecepatan sudah menurun.
"Untuk satu atau dua mesin saja. Mesin printing, kita tempatkan di dua pabrik (Bekasi dan Tangerang). Sumber dana dari laba yang ditahan sebesar Rp30 miliar," ujarnya di Gedung Pasadenia, Jakarta, Rabu (25/3/2015).
Antonius menceritakan bahwa saat ini harga obat sudah terlampau murah terutama generik. Dengan kondisi demikian perusahaan harus menekan biaya produksi melalui mesin baru. Hal ini membuat pihaknya tidak membagikan dividen dari laba bersih tahun lalu.
"Pada 2014 kita tidak bagi dividen karena tadi ada pertanyaan bagaimana untuk 2015. Kita akan langsung ke belanja modal Rp30 miliar. Nantinya karena begini, tingkatkan efisiensi. Beli mesin yang lebih modern karena semua ada BPJS (obat semua generik)," jelas dia.
Sementara, dari pengadaan mesin baru ini, pihaknya dapat melakukan efisiensi sebesar 10%-15%. Komponen biaya produksi raw material adalah yang paling mahal.
"Beli mesin baru terutama untuk obat generik ini. Kita mau invest mesin lebih canggih, tidak ada dividen. Naikin harga harus, tapi kita tahu industri farmasi belum terlalu baik. Ada patokan Harga Eceran Tertinggi (HET). Efisiensi saja makanya harus cari mesin baru," pungkasnya.
(Baca: Champion Pacific Terpengaruh Pelemahan Rupiah)
Presiden Direktur IGAR Antonius Muhartoyo mengungkapkan pengadaan mesin baru agar dapat mendorong kinerja perusahaan, terutama terkait efisiensi. Menurutnya, mesin yang sudah lama dari sisi kecepatan sudah menurun.
"Untuk satu atau dua mesin saja. Mesin printing, kita tempatkan di dua pabrik (Bekasi dan Tangerang). Sumber dana dari laba yang ditahan sebesar Rp30 miliar," ujarnya di Gedung Pasadenia, Jakarta, Rabu (25/3/2015).
Antonius menceritakan bahwa saat ini harga obat sudah terlampau murah terutama generik. Dengan kondisi demikian perusahaan harus menekan biaya produksi melalui mesin baru. Hal ini membuat pihaknya tidak membagikan dividen dari laba bersih tahun lalu.
"Pada 2014 kita tidak bagi dividen karena tadi ada pertanyaan bagaimana untuk 2015. Kita akan langsung ke belanja modal Rp30 miliar. Nantinya karena begini, tingkatkan efisiensi. Beli mesin yang lebih modern karena semua ada BPJS (obat semua generik)," jelas dia.
Sementara, dari pengadaan mesin baru ini, pihaknya dapat melakukan efisiensi sebesar 10%-15%. Komponen biaya produksi raw material adalah yang paling mahal.
"Beli mesin baru terutama untuk obat generik ini. Kita mau invest mesin lebih canggih, tidak ada dividen. Naikin harga harus, tapi kita tahu industri farmasi belum terlalu baik. Ada patokan Harga Eceran Tertinggi (HET). Efisiensi saja makanya harus cari mesin baru," pungkasnya.
(Baca: Champion Pacific Terpengaruh Pelemahan Rupiah)
(izz)